Monday, 28 March 2016

PENELITIAN SEJARAH (HISTORICAL RESEARCH)




Penelitian sejarah dapat dilihat dari segi perspektif  sejarah/historis, serta waktu terjadinya fenomena-fenomena yang diselidiki. Banyak ahli yang mempersamakan metode sejarah  dengan metode dokumenter, karena dalam metode sejarah banyak data yang didasarkan pada dokumen-dokumen. Metode sejarah tidak sama dengan metode dokumenter, karena metode dokumenter dapat saja mengenai masalah masalah kini dan tidak perlu mengenai masalah lalu. Penelitian sejarah menggunakan catatan observasi atau pengamatan catatan observasi atau pengamatan orang lain yang tidak dapat diulang-ulang kembali.

1.    Pengertian Penelitian Sejarah

Sejarawan Inggris E.H. Carr (dalam Gall, Gall & Borg, 2007), telah menjawab pertanyaan “What is history?”. Sejarah adalah suatu proses interaksi yang terus-menerus antara sejarawan dan fakta yang ada, yang merupakan dialog tidak berujung antara masa lalu dan masa sekarang. Artinya sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Menurut Nevins (1933), sejarah adalah deskrispsi yang terpadu dari kedaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran. Penelitian dengan menggunakan metode sejarah penyelidikan yang kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan menimbang secara cukup teliti dan hati-hati bukti validitas dari sumber sejarah serta interpretasi dari sumber- sumber keterangan tersebut.

Secara umum dapat dimengerti bahwa penelitian sejarah merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan. Penelitian sejarah di dalam pendidikan merupakan penelitian yang sangat penting atas dasar beberapa alasan. Penelitian sejarah bermaksud membuat rekontruksi masa latihan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, mengverifikasikan serta mensintesiskan bukti-bukti untuk mendukung bukti-bukti untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat. Dimana terdapat hubungan yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis dengan tidak memandang sepotong-sepotong objek-objek yang diobservasi.

Menurut E.H. Carr (dalam Gall, Gall & Borg, 2007), penelitian sejarah sebagai proses sistematis dalam mencari data agar dapat menjawab pertanyaan tentang fenomena  dari masa lalu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari suatu institusi, praktik, tren, keyakinan, dan isu-isu dalam pendidikan. Selain itu Jack. R. Fraenkel & Norman E. Wallen (dalam Yatim Riyanto, 1996: 22), penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu. Sementara menurut Donald Ary dkk (Yatim Riyanto, 1996: 22) menyatakan bahwa penelitian sejarah adalah untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.

Berdasarkan pandangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu: 1) Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu); 2) Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif; 3) Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu; 4) Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).


2. Tujuan  dan Ciri Penelitian Sejarah

Tujuan penelitian sejarah adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau (Jhon W. Best, 1977 (dalam Nurul Zuriah 2005: 52). Sedangkan Donal Ary (dalam Yatim Riyanto 1996: 23) menyatakan bahwa penelitian sejarah  untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaiman dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.

Berikutnya Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (Yatim Riyanto 1996: 23) menyatakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk: 1) Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau; 2) Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang; 3) Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang; 4) Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak; 5) Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.
Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah tidak ldapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini dan masa mendatang.  Oleh karena itu beberapa ciri-ciri khas dari metode sejarah adalah sebagai berikut: 1) Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau; 2) Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer dibandingkan dengan data sekunder. Bobot data harus dikritik, baik secara internal maupun secara eksternal; 3) Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta menggali informasi yang lebih tua yang tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar; 4) Sumber data harus dinyatakan secara definitif, baik nama pengarang, tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan.

3.    Sumber Data pada Penelitian  Sejarah

Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tulisan dan sebagainya.

4.    Peranan Hipotesa pada Penelitian  Sejarah

Ada orang yang beranggapan bahwa hipotesa tidak diperlukan dalam penelitian sejarah. Ini tidak benar. Seperti penelitian yang menggunakan metode-metode lain, metode sejarah juga memerlukan adanya hipotesa sebagai jawaban sementara dalam memecahkan masalah. Memang, jika kerja hanya untuk memperoleh catatan-catatan masa lampau untuk kebutuhan masa sekarang, hipotesa tikda diperlukan. Tetapi penelitian yang hanya sekedar mengumpulkan catatan-catatan dan fakta-fakta masa lampau saja, bukanlah penelitian dalam arti yang sesungguhnya, tetapi hanya merupakan sebagian kecil prosedur atau step-step metode ilmiah dalam penelitian-penelitian sejarah. Seperti halnya penelitian-penelitian lain, metode sejarah juga bermaksud untuk menemukan suatu generalisasi yang akan menemukan pengertian-pengertian tentang fenomena-fenomena dengan dimensi waktu, yang mana generalisasi itu mencakup bukan saja masa lampau, tetapi juga tentang masa sekarang dan masa yang akan datang. Karena itu, hipotesa dalam metode sejarah diperlukan sebagai titik tolak dalam memfokuskan serta memandui kerja.

5. Jenis-jenis Penelitian Sejarah

Penelitian historis banyak sekali macamnya. Tetapi secara umum, dapat dibagi atas empat jenis, yaitu: Penelitian Sejarah Komparatif, Penelitian Yuridis atau Legal, Penelitian Biografis, dan Penelitian Bibliografis.

a.    Penelitian Sejarah Komparatif

Jika penelitian dengan metode sejarah dikerjakan untuk membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis pada suatu periode masa lampau, maka penelitian tersebut dinamakan penelitian sejarah komparatif. Misalnya, ingin diperbandingkan sistem pengajaran di Cina dan Jawa, dan pada masa kerajaan Majapahit. Dalam hal ini, si peneliti ingin memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaan dari fenomena-fenomena sejenis. Atau misalnya seorang peneliti ingin membandingkan usaha tani serta faktor sosial yang mempengaruhi usaha tani dari beberapa negara dan membandingkannya dengan usaha tani Indonesia dalam tahap-tahap trend waktu zaman pertengahan.

b.    Penelitian Yuridis atau Legal

Jika dalam metode sejarah diinginkan untuk menyelidiki hal-hal yang menyangkut dengan hukum, baik hukum formal ataupun hukum nonformal dalam masa yang lalu, maka penelitian sejarah tersebut digolongkan dalam penelitian yuridis. Misalnya peneliti ingin mengetahui dan menganalisa tentang keputusan-keputusan pengadilan akibat-akibat hukum adat serta pengaruhnyha terhadap suatu masyarakat pada masa lampau, serta ingin membuat generalisasi tentang pengaruh-pengaruh hukum tersebut atas masyarakat, maka penelitian sejarah tersebut termasuk dalam penelitian yuridis.
Penelitian Biografis

Metode sejarah yang digunakan untuk meneliti kehidupan seseorang dan hubungannya dengan masyarakat dinamakan penelitian biografis. Dalam penelitian ini, diteliti sifat-sifat, watak, pengaruh, baik pengaruh lingkungan maupun pengaruh pemikiran dan ide dari subjek penelitian dalam masa hidupnya, serta pembentukan watak figur yang diterima selama hayatnya. Sumber-sumber data sejarah untuk penelitian biografis antara lain: surat-surat pribadi, buku harian, hasil karya seseorang, karangan-karangan seseorang tentang figur yang diselidiki ataupun catatan-catatan teman dari orang yang diteliti tersebut.

d.    Penelitian Bibliografis

Penelitian dengan metode sejarah untuk mencari, menganalisa, membuat interpretasi serta generalisasi dari fakta-fakta yang merupakan pendapat para ahli dalam suatu masalah atau suatu organisasi dikelompokkan dalam Penelitian Bibliografis. Penelitian ini mencakup hasil pemikiran dan ide yang telah ditulis oleh pemikir-pemikir dan ahli-ahli. Kerja penelitian ini termasuk menghimpun karya-karya tertentu dari seorang penulis atau seorang filosof dan menerbitkan kembali dokumen-dokumen unik yang dianggap hilang dan tersembunyi seraya memberikan interpretasi serta generalisasi yang tepat terhadap karya-karya tersebut.

6. Langkah-langkah Penelitian Sejarah

Setelah menentukan topik penelitian selanjutnya meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a.    Pemilihan Subyek yang akan Diteliti

Pertama yang harus dilakukan adalah menentukan topik penelitian dengan tujuan agar dalam melakukan pencarian sumber-sumber sejarah dapat terarah dan tepat sasaran.Pemilihan topik penelitian dapat didasarakan pada unsur-unsur berikut ini:

Bernilai, peristiwa sejarah yang diungkap tersebut harus bersifat unik, kekal, abadi.

Keaslian (Orisinalitas), peristiwa sejarah yang diungkap hendaknya berupa upaya pembuktian baru atau ada pandangan baru akibat munculnya teori dan metode baru

Praktis dan Efesien, peristiwa sejarah yang diungkap terjangkau dalam mencari sumbernya dan mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa itu.

Kesatuan, unsur-unsur yang dijadikan bahan penelitian itu mempunyai satu kesatuan ide.

b.    Heuristik (Pengumpulan Data)
Heuristik merupakan langkah awal dalam penelitian sejarah untuk berburu dan mengumpulkan berbagi sumber data yang terkait dengan masalah yang sedeang diteliti.misalnya dengan melacak sumber sejarah tersebut dengan meneliti berbagai dokumen, mengunjungi situs sejarah, mewawancarai para saksi sejarah.

c.    Kritik (Verifikasi)
Kritik merupakan kemampuan menilai sumber-sumber sejarah yang telah dicari (ditemukan). Kritik sumber sejarah meliputi kritik ekstern dan kritik intern.
Kritik Ekstern, kritik ekstern di dalam penelitian ilmu sejarah umumnya menyangkut keaslan atau keautentikan bahan yang digunakan dalam pembuatan sumber sejarah, seperti prasasti, dokumen, dan naskah.Bentuk penelitian yang dapat dilakukan sejarawan, misalnyatentang waktu pembuatan dokumen itu (hari dan tanggal) atau penelitian tentang bahan (materi) pembuatan dokumen itu sndiri.Sejarawan dapat juga melakukan kritik ekstern dengan menyelidiki tinta untuk penulisan dokumen guna menemukan usia dokumen. Sejarawan dapat pula melakukan kritik ekstern dengan mengidentifikasikan tulisan tangan, tanda tangan, materai, atau jenis hurufnya.
Kritik Intern, kritik Intern merupakan penilaian keakuratan atau keautentikan terhadap materi sumber sejarah itu sendiri. Di dalam proses analisis terhadap suatu dokumen, sejarawan harus selalu memikirkan unsur-unsur yang relevan di dalam dokumen itu sendiri secara menyeluruh. Unsur dalam dokumen dianggap relevan apabila unsur tersebut paling dekat dengan apa yang telah terjadi, sejauh dapat diketahui berdasarkan suatu penyelidikan kritis terhadap sumber-sumber terbaik yang ada.

d.    Interpretasi (Penafsiran)
Interfretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagi fakta yang ada kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada ditafsirkan sehingga ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada, untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit. Bagi sejarawan akademis, interfretasi yang bersifat deskriptif sajabelum cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut untuk mencari landasan penafsiran yang digunkan.

e.    Historiografy (Penulisan Sejarah)
Historiogray adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibavca orang lain. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisan nya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan.

7. Bagan Langkah-langkah Penelitian Sejarah

Bila dilihat dari sifat, dan langkah penelitian sejarah, maka ada 3 (tiga) hal yang menjadi bagian penting, yaitu:

Sumber lisan, terbagi atas:

sumber primer à  Jika ada pelaku sejarah yang masih hidup, dapat menceritakan pengalamannya secara langsung, ketika peristiwa sejarah itu terjadi sumber sekunder à Jika bukan pelaku, tetapi ia menyaksikan saat terjadinya suatu peristiwa sejarah Bukti, adanya kenyataan sejarah Fakta, hipotesa, kesimpulan dari penyelidikan dokumen-dokumen dan sumber sejarah, masih perlu kajian dan penelitian lebih lanjut

8.    Contoh Penelitian Sejarah

Judul :

Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.

Perumusan masalah :

Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ?
Heuristik (Pengumpulan Data)
Langkah awal dalam penelitian ini berburu dan mengumpulkan berbagi sumber data yang terkait dengan masalah yang sedang diteliti, misalnya dengan melacak sumber sejarah komunis di Indonesia dengan meneliti berbagai dokumen, mengunjungi situs sejarah, mewawancarai para saksi sejarah.
Kritik (Verifikasi)
Kemampuan menilai sumber-sumber sejarah mengenai komunis di Indonesia yang telah dicari (ditemukan). Kritik sumber sejarah meliputi kritik ekstern dan kritik intern.
Interpretasi (Penafsiran)
Menafsirkan fakta mengenai komunis di Indonesia dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Fakta yang ada ditafsirkan sehingga ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada, untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit.
Historiografy (Penulisan Sejarah)
Proses penyusunan fakta-fakta sejarah komunis di Indonesia dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah komunis di Indonesia. Perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisannya, serta  harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan.
Pengumpulan data :
Analisis dokumen, wawancara dari sumber primer dan sumber sekunder
Analisis data :
Cenderung melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika hanya sebatas statistic deskriptif
Kesimpulan :

Misalnya, tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada bangsa kita.

Sumber : fadlibae

TEORI & METODOLOGI DALAM SEJARAH





A. Arti Metodologi dan Teori dalam Sejarah

     Penulisan sejarah modern yang dimulai pada tahun 1957 telah menuntut para ahli sejarah untuk senantiasa mengikuti perkembangan ilmu-ilmu sosial . Karena sejarah dengan pendekatan ilmu sosial lebih mampu menganalisis gejala historis yang sangat komplek. Begitu kompleknya peristiwa masa lalu maka dalam melakukan analisis pengkaji memerlukan alat, baik metode, metodologi maupun teori.

     Metodologi sungguh berbeda dengan metode. Fritz Mchlup seorang pakar ilmu ekonomi dalam bukunya metodology of Eco nomics and Other Social Sciences menyatakan " The study of principles that guide student of any field of knowledge, and especially of any branch of higherlearning (science) (Fritz Machlup 1978 : 55). 

     Sejarawan Renier berpendapat bahwa metodologi adalah sama dengan filsafat sejarah formal yaitu, meneliti logika dan epistimologi sejarah sebagai disiplin ilmu. (G.J. Reiner, 1956:84). Filsafat sejarah yang formal ini menurut W.H. Walsh dinamakan filsafat sejarah kritis dan di dalamnya dibahas empat masalah yaitu, (1) Sejarah dan bentuk-bentuk pengetahuan yang lain, (2), kebenaran dan fakta dalam sejarah (3) objektifitas sejarah (4) Eksplanasi dalam sejarah (W.H. Walsh, 1967 :15)

       Dalam sebuah buku yang cukup menarik karya F.R. Ankersmit mengemukakan antara lain mengenai filsafat sejarah kriti, yang di dalamnya juga ahateori pengetahuan atau epistimologi sejarah. Judul asli buku ini adalah Denken Over Geschiedenis : Een Overzicht Von Modeme geschiedfilosfische Opvttingen, 1984, yang kemudian diterjemahkan oleh Pater Dick Hartoko dengan judul "Refleksi tentang Sejarah : Pendapat Modern tentang sejarah" (Gramedia 1987)

      Berlainan dengan metodologi sejarah, maka metode sejarah sebagaimana yang dikemukakan oleh Gilbert J. Garraghan adalah seperangkat azas dan kaidah yang sistematis yang digubah untuk membantu secara efektif mengumpulkan sumber-sumber, menilainya secara kritis dan menyajikan suatu sintesis hasil yang dicapai, pada umumnya dalam bentuk tertulis ( Gilbert J. Garraghan, 1984). Buku mengenai metode sejarah yang terkenal di Indonesia adalah karya Louis Gottchlalk, Unstanding of History yang sudah diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto dengan judul "Mengerti Sejarah"

     Meskipun metodologi mempunyai metode, tetapi metodologi bukanlah metode, dan bukan pula seperangkat metode, dan bukan pula diskripsi tentang metode-metode. Dengan demikian metode adalah teknik riset atau alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, sedangkan metodologi adalah falsafat mengenai teknik riset atau aturan tertentu, prosedur intelektual dalam sub komunitas ilmiah termasuk di dalamnya pembentukan konsep-konsep, memformulasikan hipotesis, dan menguji teori.

        Jika metodologi  mempunyai metode, maka metodologi juga berkaitan erat dengan masalah teori. Teori dalam displin sejarah juga seringkali disebut kerangka referensi atau skema referensi. Kerangka teori atau  kerangka referensi merupakan perangkat kaedah yang memandu sejarawan untuk menyelidiki masalah yang akan diteliti, dalam menyusun bahan-bahan yang telah diperolehnya dari sumber-sumber, dan juga mengevaluasi penemuannya (SSRC, 1954 : 125)

      "Kerangka Referensi, aliran pemikiran, adalah konfigurasi yang sangat umum yang didalamnya biasanya dikelompokkan sebagian besar wawasan-wawasan teorotis yang relevan dalam ilmu-ilmu sosial. Fungsi teori daisiplin sejarah sama dengan yang terdapat dalm ilmu-ilmu lain, yaitu untuk mengidentifikasi masalah yang hendak diteliti, menyusun katagori-katagori untuk mengorganisasi hipotesis yang melalnya beberapaam interpretasi data dapat diuji. Teori tidak dapat memberikan jawaban pada peneliti, akan tetapi teori dapat membekali peneliti dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan terhadap fenomena yang hendak diteliti.   

      Jika seorang sejarawan mengemukakan teorinya secara ekplisit dalam penelitiannya maka tidaklah sukar bagi kita untuk menyimak keseluruhan teori yang dipakainya. Kita dapat melihat apakah apakah teori itu dapat dibuktikan dalam kajianya ataukah ia hanya dapat membuktikan sebagaianya saja. Begitu pentingnya konsep dan teori ilmu-ilmu sosial bagi sejarawan, maka maka para sejarawan harus mengikuti pertengkaran yang terjadi diantara para pakar ilmu-ilmu sosial yang bukan hanya percekcokan mengenai masalah terminologi, tetapi lebih dalam lagi yakni yang menyangkut konflik -konflik mendasar mengenai sifat dasar fenomena sosial. Jadi sejarawan yang meminjam konsep-konsep dan teori-teori ilmu sosial mau tidak mau harus menerima perselisihan-perselisihan yang berlaku diantara pakar ilmu-ilmu sosial.

      Apabila sejarawan dianjurkan menggunakan teori-teori ilmu sosial, bukan berarti ingin menjadikan ilmu sejarah terjebak dalam kerangka pemikiran ilmu-ilmu sosial, tetapi hanya ingin menjdikan sejarah sebagai ilmu yang mampu menganalisis persoalan-persoalan sosial dan budaya, karena keberadaan sebagai manusia di masa lalu berada dalam komunitas sosial dan budaya.
     
B. Sekilas tentang Metode Sejarah

     Sebagaimana disebutkan diatas bahwa metode sejarah adalah seperangkat kaidah yang membantu peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Dengan demikian metode sejarah adalah membahas tentang penelitian sumber-sumber sejarah, kritik sumber, sintesis sampai kepada penyajian hasil penelitian. Metode sejarah merupkan langkah penting, karena tanpa metode penulisan sejarah tidak akan efektif. Dengan mengikuti aturan dan metode sejarah yang benar akan menjamin hasil yang bisa dipertanggung jawabkan.
     Metode dalam penelitian sejarah akan membahas tentang penelitian sumber, kritik sumber, sintesis sampai kepada penyajian hasil penelitian. Semua kegiatan atau proses harus mengikuti metode dan kegiatan atau proses harus mengikuti metode dan aturan yang benar. Dengan demikian metode sejarah sebagaimana disebutkan di atas adalah seperangkat aturan dan prinsip-prinsip yang sistimatis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan menyajikan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan. Adapun langkah-langkah praktis yang harus dilalui oleh peneliti sejarah berkaitan dengan penerapan metode sejarah adalah sebagai berikut :

       a) Heuristik, atau pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data, atau jejak-jejak sejarah. sejarah tanpa sumber maka tidak bisa bicara. Maka sumber dalam penelitian sejarah merupakan hal yang paling utama yang akan menentukan bagaimana aktualitas masa lalu manusia bisa dipahami oleh orang lain.

       b) Kritik sumber, adalah suatu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh agar memperoleh kejelasan  apakah sumber tersebut autentik atau tidak. Pada proses ini dalam metode sejarah biasa disebut dengan istilah kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern adalah suatu upaya yang dilakukan oleh sejarawan untuk melihat apakah sumber tersebut cukup kredibel atau tidak, sedangkan kritik ektern adalah kegiatan sejarawan untuk melihat apakah sumber yang didapatkan autentik ataukah tidak.

         c) Interpretasi atau penafsiran, adalah suatu upaya sejarawan untuk melihat kembali tentang sumber-sumber yang didapatkan telah diuji autentisitasnya dan terdapat saling hubungan antara satu dan yang lain. Dengan demikian sejarawan memberikan penafsiran terhadap sumber yang telah didapatkan.


             d) Historiografi, adalah menyusun atau merekonstruksi fakta-fakta yang telah tersusun yang didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk tertulis. Dalam penulisan sejarah ketiga kegiatan yang dimulai dari heuristik, kritik, analisis belum tentu menjamin keberhasilan dalam penulisan sejarah. oleh karena itu harus dibarengi oleh latihan-latihan yang intensif

Sumber : drssayuti