Sejarah
Perdamaian Tumbang Anoi, Kahayan,Central Borneo
Desa Tumbang Anoi pada tahun 1894. |
Terjadinya perang antar suku Dayak Ngaju dari
Kahayan, Kalimantan Tengah dengan suku Dayak Kenyah Mahakam, Kalimantan Timur
sebagai akibat adanya kesalah fahaman yang titik akar permasalahannya adalah
memperebutkan lokasi tempat berusaha pengambilan (memanen) getah Nyatu.
Lokasi tempat usaha pengambilan getah Nyatu
ini sehari harinya adalah tempat usaha memanen getah Nyatu oleh orang Dayak
Ngaju Kahayan. Lokasi daerah tempat pengambilan getah Nyatu ini terletak di
antara perbatasan wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur tepatnya di
pegunungan Puruy Ayau dan Puruk Sandah. Di mana perang antar Suku Dayak ini
semakin memanas di kedua belah pihak dengan cara saling kayau mengayau.
Sehingga
terjadi peristiwa yang di kenal dengan nama Kayau 100 yang artinya : Telah
terjadi pertempuran /perang di Tumbang Tuan sebelah Udik Tumbang Toyus di Sei
Barito Hulu atau pertempuran di Datah Nalau, Kalimantan Timur.
Mengayau
artinya: Memburu / mencari kepala manusia, biasanya mengayau di lakukan oleh
satu orang sampai dengan tiga orang.Kalau pada waktu terjadinya perang jika
pihak musuh kalah maka kepalanya akan di potong dan di ambil sebagai bukti
bahwa salah satu dari kelompok tersebut menang perang.
Penyerangan pertama kali di lakukan oleh Pihak
suku Dayak Kenyah yang di pimpin oleh Panglima perang yang bernama:
*Sangiang Hadurut
*Tingang
Koai
Daerah daerah yang menjadi sasaran serangan
Kayau meliputi:
*Kurun Tampang
*Sei
Miri dan Sei Hamputung
*Pajangei
*Sei Beringei dan Sei Rungan dan
lain lain
Pada akhirnya Pihak suku Dayak Ngaju dari
Kahayan mengadakan serangan balasan Kayau juga yang di pimpin oleh empat orang
bersaudara kandung yang tergolong sebagai Panglima perang yaitu:
*Undeng sebagai pimpinan perang
*Teweng
*Batoe
*Beneng
Keempat orang Panglima perang ini berasal dari
Kampung Batu Nyiwuh atau kalau sekarang Wilayah Kecamatan Tewah, Kabupaten
Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Para Panglima yang gagah berani ini telah di
pilih oleh seluruh warga Masyarakat Dayak Ngaju dari Kahayan dengan cara
terlebih dulu melakukan ritual Menajah Antang.
Menajah
Antang artinya: Memanggil roh halus dari alam gaib dengan ritual khusus yang
jika datang akan berbentuk dalam wujud seperti burung elang Menajah Antang ini
merupakan kebudayaan leluhur orang Dayak Kalimantan secara turun temurun dan
yang bisa melaksanakan ritual ini hanya Orang Dayak yang mengerti tentang
bahasa leluhur Dayak, bahasa Sangiang, bahasa Nahu dan menganut agama
Kaharingan biasanya Menajah Antang di lakukan oleh : Basir, Pisur atau Tukang
Tawur yang bisa berkomunikasi dengan alam gaib di Borneo.
Menajah Antang atau Najah Antang biasanya di
gunakan untuk berbagai keperluan yang penting , salah satunya untuk meramal
kesuksesan atau kegagalan sebelum berangkat perang. Pihak Dayak Ngaju dari
Kahayan mengirim utusan Kayau kepada Pihak Dayak Kenyah di Kalimantan Timur
dengan membawa tutuk bakaka yang berupa sababulu dengan Mandau yang artinya
sebagai isyarat pemberitahuan akan di adakannya peperangan .
Sababulu adalah sepotong bamboo yang di hiasi
dan di tancapkan di tanah dengan di selipi pesan khusus bahwa Pihak Dayak Ngaju
dari Kahayan siap untuk menanti kedatangan Kayau Kenyah di Tumbang Tuan sebelah
udik Tumbang Topus di sei Barito Hulu untuk bertempur/ perang secara terbuka
dan berhadap hadapan.
Dalam melakukan serangan balasan ini Pihak
Dayak Ngaju Kahayan mengirim pasukan sebanyak 200 (dua ratus) orang dengan
menggunakan 8 (delapan) regeh ( sejenis perahu )yang terbuat dari kulit kayu
yang di dempul memakai damar hutan (nyating dalam bahasa Dayak Ngaju ).
Di pertempuran yang pertama Panglima Undeng
dan pasukannya mengalami kekalahan dan mereka mundur menuju Desa Long Bagun.
Sedangkan pada pertempuran yang kedua kalinya semua anak buah Panglima Undeng
dan teman temannya tewas terbunuh sedangkan yang selamat dan hidup hanya para
Panglimanya saja yaitu:
*Panglima
Undeng
*Panglima
Teweng
*Panglima
Batoe
*Panglima
Beneng
Di pihak Dayak Kenyah juga mengalami hal yang
sama pimpinan perang Sangiang Hadurut dan semua anggota pasukannya tewas
terbunuh dalam perang terbuka secara berhadap hadapan tersebut , termasuk
Tingang Koai yang bunuh diri karena merasa malu telah menjadi tawanan oleh
pihak musuh.
Kesimpulannya: Antara ke dua kubu yang sedang
bertikai /berperang tidak ada yang menang atau kalah.
Perselisihan
atau salah faham sering terjadi antar suku Dayak di Kalimantan yang berakhir
dengan peristiwa berdarah atau perang Kayau, karena tidak adanya keseragaman
ketentuan hukum adat untuk seluruh masyarakat suku Dayak di Kalimantan.
Perang Kayau yang terjadi antar suku Dayak di
pedalaman tersebut akhirnya di ketahui oleh pihak pemerintah Hindia Belanda
yang berkedudukan di Nanga Pinuh Kalimantan Barat yang berusaha mencari solusi
untuk menyelesaikan pertikaian tersebut dengan cara berusaha untuk menghentikan
perang Kayau yang sedang terjadi dan berusaha untuk menetapkan keseragaman
hukum adat untuk seluruh masyarakat suku Dayak di Kalimantan.
Tujuan
di adakannya hukum adat ini sebagai pedoman kebersamaan untuk persatuan,
pegangan serta penafsiran untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang sewaktu
waktu bisa saja terjadi. Damang Batoe di Tumbang Anoi dan Tamanggung Tendan di
Pulau Puruk, Bukit Batu Desa Tumbang Manange atau Upon Batoe ( sekarang
Kecamatan Tewah) ke dua orang tokoh masyarakat Dayak ini berinisiatif untuk
melakukan pertemuan damai antara para pemimpin suku Dayak dari seluruh
Kalimantan.
Dan oleh Damang Batoe pertemuan besar Tokoh
Tokoh masyarakat Dayak seluruh Kalimantan tersebut disanggupi untuk di
laksanakan di rumah adat Betang milik Damang Batoe yang akhirnya di kenal
dengan nama “Damai Tumbang Anoi”, tapi sayangnya sekarang rumah adat Betang
milik Damang Batoe yang bersejarah ini hanya tinggal tiang tiangnya saja.
Maka
di mulailah persiapan selama 3 (tiga) tahun untuk dapat terlaksananya pertemuan
besar adat yang rencananya akan di hadiri oleh sekitar lebih kurang dari 600
(enam ratus) orang utusan dari seluruh daerah Kalimantan dan sekitar lebih dari
1000 (seribu) orang dan rapat akan di laksanakan selama tiga bulan yang tentu saja
membutuh dana yang besar untuk konsumsi para tamu dan keperluan lainnya
.Untuk melaksanakan persiapan menyambut kedatang para utusan besar tersebut ,
maka Damang Batoe dan penduduk Tumbang Anoi :
*
membuka ladang di beberapa bukit yang di tanami parey (padi), ubi kayu (jawaw)
selama tiga tahun.
*Menyediakan
sekitar kurang lebih 60 ekor kerbau.
*Menyediakan
lebih dari 100 (seratus) ekor sapi.
*Ratusan ekor babi dan ayam.
setelah berakhir musim panen rapatpun dapat
terlaksana dengan sukses di rumah adat Betang milik Damang Batoe selaku
pengundang yang di hadiri oleh para Tokoh atau Pemimpin masyarakat suku Dayak
dari seluruh Kalimantan.
Nama
nama para utusan yang telah hadir di pertemuan Damai Tumbang Anoi ini adalah :
*Utusan
tetap dari seluruh Kalimantan sebanyak 125 ( seratus dua puluh lima) orang.
*Utusan
dari Kerajaan Banjar Kayu Tangi oleh Pangeran Hidayatullah di kirim utusan
khusus sebanyak 3 (tiga) orang.
*
Utusan dari Solo sebanyak 3 (tiga) orang.
*Para
pemimpin dari seluruh suku Dayak Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, berjumlah sebanyak 60 (enam puluh ) orang :
1
(satu) orang dari masing masing suku terkecuali Brunai yang pada saat itu di
berada di bawah jajahan Inggris.
*Utusan
dari Kesultanan Kalimantan Barat yaitu Raden Mas Brata Kusuma Jaya.
*Utusan dari pemerintah Hindia Belanda yang
berkedudukan di Nanga Pinuh di hadiri oleh Controleur C.W.Aernout.
Daptar nama nama utusan pemimpin dari daerah
tertentu yaitu:
*Utusan
dari Kalimantan Timur :
1.Ketua
: Bang Cuk Lui ( suku Dayak Kenyah)
2.Wakil Ketua : Bang Lawing
3.Anggota :
Taman
Jajit.
Taman Kuling
Haji Burit ( utusan dari Kutai) Haji Bamin
*Utusan
dari Tanah Siang :
1.Ketua
: Tamanggung Anur Tiang ( Ayahanda dari Tamanggung Silam)
2.Pembantu
: 2 (dua) Orang
*Utusan
dari Kuala Kapuas :
1.Ketua : Juragan Timbang
2.Peserta
: Raden Yohanes
3.
Damang Bahandang Balau
*Utusan
dari Tuyun :
Tamanggung Sandin
*Utusan dari Batu Nyiwuh :
a. Undeng
b.Teweng
c. Batoe
e.
Beneng
Keempat orang utusan ini tidak memiliki gelar
keningratan atau hanya rakyat jelata biasa saja.
Utusan dari Kuala Kurun :
a.Tamanggung Panji
b.Damang Suan
c.Langkahan
*Utusan dari Hurung Bunut :
a.Unjung
b.Singa
Bungai
*Utusan dari Bukit Rawi :
a.Tamanggung Sura Jaya Pati (Lawak) mengirim
wakilnya : cucunya yang bernama Luther Nuhan (Abdullah Nuhan).
*Utusan dari Sei Rungan :
a.Damang Singa dari Tumbang Malahoi
*Utusan
dari Sei Manuhing :
a.Damang Bakal dari Luwuk Tukau
*Utusan
dari Pulau Petak :
a.Damang
Anum Jayakersa
*Utusan dari Muara Kuatan :
a.Raden Huda Jaya Pati Rapat
Damai
Tumbang Anoi di laksanakan pada tanggal 22 Mei s/d 24 July 1894 yang tertulis
dalam buku sejarah Kabupaten Kuala Kapuas , sedangkan menurut masyarakat
Tumbang Anoi rapat berlangsung pada tahun 1883 yang hampir bersamaan dengan
meletusnya gunung Krakatau pada tahun 1883. Tetapi dalam buku sejarah
Kalimantan Barat rapat Damai Tumbang Anoi pada tahun 1894
Setelah rapat berakhir dengan sukses selama
lebih kurang dari 3 (tiga) bulan yang menetapkan kesepakatan dalam 2 (dua) hal
yaitu :
1.Menghentikan
secara menyeluruh permusuhan /pertikaian antar suku atau kayau mengayau dan
permusuhan dengan pihak pemerintah Hindia Belanda.
2.Menetapkan
hukum adat yang berlaku sama untuk seluruh masyarakat suku Dayak di seluruh
Kalimantan.
Catatan
di bawah ini: Berkaitan dengan tulisan tersebut
di atas Tumbang Anoi, Damang Batu, Gunung Mas
Desa Tumbang Anoi pada tahun 1894.
Tumbang Anoi adalah salah satu desa yang
berada di kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan
Tengah, Indonesia. Tumbang Anoi adalah tempat bersejarah bagi perjalanan
masyarakat Dayak. Tumbang Anoi menjadi tempat rapat akbar untuk mengakhiri
tradisi mengayau pada tahun 1894 Tumbang Anoi adalah salah satu pusat
permukiman penduduk Suku Dayak Kadorih, salah satu subsuku Dayak Ot Danum di
hulu Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah. Tumbang Anoi dihuni oleh 418 warga dari
116 keluarga Tumbang Anoi berjarak sekitar 300 kilometer arah utara Palangka
Raya, ibu kota Kalimantan Tengah. Hingga saat ini, tempat itu masih harus
ditempuh dengan perjalanan darat selama tujuh jam, dilanjutkan dengan
menggunakan perahu motor menyusuri Sungai Kahayan ke arah hulu selama dua jam
dari Tumbang Marikoi,Ibu kota Kecamatan Damang Batu.
Source : esterkusumanegara.blogspot.com
cerita perang antara kenyah dan ngaju ini jelas sekali hanya karangan belaka aka dongeng yang di buat2..tidak ada nama orang2 dayak kenyah bernama Sangiang Hadurut dan Tingang Koai..nama orang2 dayak kenyah itu unik dan hanya orang kenyah yang mengetahuinya..artikel di atas yang mengandung kebenaran hanya tentang keikut sertaan dalam perjanjian damai tumbang anoi itu saja..selebihnya tentang perang kayau dengan dayak ngaju tersebut tak lebih hanya cerita hayalan semata..
ReplyDeleteMenurut hemat saya, tidak penting lagi memepermasalahkan benar tidaknya nama para pelaku peristiwa perang kayau 100 dalam artikel ini. Nama bisa keliru, namun kejadian nya benar terjadi dari penuturan orang-orang tua turun temurun. Lagipula perang kayau 100 ini hanya cerita pengantar atau latar belakang peristiwa yang lebih penting yaitu : RAPAT DAMAI SUKU DAYAK di Tumbang Anoi 1894. Tanpa adanya rapat damai tersebut, bisa jadi kita yang ada sekarang bukannya saling berkomentar atau blogwalking ke sesama blogger melainkan saling "kayau" :D
DeleteKapan2 silakan berkunjung ke blog kita, kebetulan juga membahas tentang Tumbang Anoi di : http://www.infoitah.com/2016/01/Rapat.Perdamaian.Suku.Dayak.Tumbang.Anoi.1894.html
Salam Damai dari Uluh Itah Dayak Ngaju
Sejarah perang Dayak Kenyah dan Dayak ngaju itu mungkin tidak benar ttpi yg saya tau dri cerita ini adalah antara suku Dayak aoheng dan Dayak ngaju dan kenapa sya bilang begitu krna smpai skrng msh berdiri kokoh tugu leluhur kami yg bernama tingang koai di kmpng Tiong Ohang kecekatan long APARI kab.mahakam ulu. Prov.kaltim yg berbatasan antara Kaltim/kalteng. Kaltim/Kalbar dan Kaltim/Serawak iban
ReplyDeleteBVGAMING | Situs Daftar Sbobet Deposit 24 Jam Terpercaya Di Indonesia.
ReplyDeleteAnda Bisa Daftar Account Sbobet Di BvGaming Menggunakan e-Money Linkaja, Ovo, Gopay, Dana, Sakuku.
Anda Dapat Pasang Taruhan Bola Deposit Menggunakan e-Money Linkaja, Gopay, Dana, Ovo, Sakuku Dengan Berbagai Ketersediaan Pasaran Bola Online Yang Lengkap.
Terima Juga Daftar Menggunakan Semua Jenis Rekening Bank Di Indonesia. Pulsa Telkomsel . XL / Axis.
Dapatkan Banyak Penawaran Promo Spesial ! Kunjungi Link : https://bit.ly/regisbvgaming
Atau Bisa Hubungi Whatsapp : +628122222995
kontol malah judi
Delete