A. Arti Metodologi dan Teori dalam Sejarah
Penulisan sejarah
modern yang dimulai pada tahun 1957 telah menuntut para ahli sejarah untuk
senantiasa mengikuti perkembangan ilmu-ilmu sosial . Karena sejarah dengan
pendekatan ilmu sosial lebih mampu menganalisis gejala historis yang sangat
komplek. Begitu kompleknya peristiwa masa lalu maka dalam melakukan analisis
pengkaji memerlukan alat, baik metode, metodologi maupun teori.
Metodologi
sungguh berbeda dengan metode. Fritz Mchlup seorang pakar ilmu ekonomi dalam
bukunya metodology of Eco nomics and Other Social Sciences menyatakan "
The study of principles that guide student of any field of knowledge, and
especially of any branch of higherlearning (science) (Fritz Machlup 1978 :
55).
Sejarawan Renier
berpendapat bahwa metodologi adalah sama dengan filsafat sejarah formal yaitu,
meneliti logika dan epistimologi sejarah sebagai disiplin ilmu. (G.J. Reiner,
1956:84). Filsafat sejarah yang formal ini menurut W.H. Walsh dinamakan
filsafat sejarah kritis dan di dalamnya dibahas empat masalah yaitu, (1)
Sejarah dan bentuk-bentuk pengetahuan yang lain, (2), kebenaran dan fakta dalam
sejarah (3) objektifitas sejarah (4) Eksplanasi dalam sejarah (W.H. Walsh, 1967
:15)
Dalam sebuah
buku yang cukup menarik karya F.R. Ankersmit mengemukakan antara lain mengenai
filsafat sejarah kriti, yang di dalamnya juga ahateori pengetahuan atau
epistimologi sejarah. Judul asli buku ini adalah Denken Over Geschiedenis : Een
Overzicht Von Modeme geschiedfilosfische Opvttingen, 1984, yang kemudian
diterjemahkan oleh Pater Dick Hartoko dengan judul "Refleksi tentang
Sejarah : Pendapat Modern tentang sejarah" (Gramedia 1987)
Berlainan dengan
metodologi sejarah, maka metode sejarah sebagaimana yang dikemukakan oleh
Gilbert J. Garraghan adalah seperangkat azas dan kaidah yang sistematis yang
digubah untuk membantu secara efektif mengumpulkan sumber-sumber, menilainya
secara kritis dan menyajikan suatu sintesis hasil yang dicapai, pada umumnya
dalam bentuk tertulis ( Gilbert J. Garraghan, 1984). Buku mengenai metode
sejarah yang terkenal di Indonesia adalah karya Louis Gottchlalk, Unstanding of
History yang sudah diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto dengan judul
"Mengerti Sejarah"
Meskipun
metodologi mempunyai metode, tetapi metodologi bukanlah metode, dan bukan pula
seperangkat metode, dan bukan pula diskripsi tentang metode-metode. Dengan
demikian metode adalah teknik riset atau alat yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, sedangkan metodologi adalah falsafat mengenai teknik riset
atau aturan tertentu, prosedur intelektual dalam sub komunitas ilmiah termasuk
di dalamnya pembentukan konsep-konsep, memformulasikan hipotesis, dan menguji
teori.
Jika
metodologi mempunyai metode, maka
metodologi juga berkaitan erat dengan masalah teori. Teori dalam displin
sejarah juga seringkali disebut kerangka referensi atau skema referensi.
Kerangka teori atau kerangka referensi
merupakan perangkat kaedah yang memandu sejarawan untuk menyelidiki masalah
yang akan diteliti, dalam menyusun bahan-bahan yang telah diperolehnya dari
sumber-sumber, dan juga mengevaluasi penemuannya (SSRC, 1954 : 125)
"Kerangka
Referensi, aliran pemikiran, adalah konfigurasi yang sangat umum yang
didalamnya biasanya dikelompokkan sebagian besar wawasan-wawasan teorotis yang
relevan dalam ilmu-ilmu sosial. Fungsi teori daisiplin sejarah sama dengan yang
terdapat dalm ilmu-ilmu lain, yaitu untuk mengidentifikasi masalah yang hendak
diteliti, menyusun katagori-katagori untuk mengorganisasi hipotesis yang
melalnya beberapaam interpretasi data dapat diuji. Teori tidak dapat memberikan
jawaban pada peneliti, akan tetapi teori dapat membekali peneliti dengan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan terhadap fenomena yang hendak
diteliti.
Jika seorang
sejarawan mengemukakan teorinya secara ekplisit dalam penelitiannya maka
tidaklah sukar bagi kita untuk menyimak keseluruhan teori yang dipakainya. Kita
dapat melihat apakah apakah teori itu dapat dibuktikan dalam kajianya ataukah
ia hanya dapat membuktikan sebagaianya saja. Begitu pentingnya konsep dan teori
ilmu-ilmu sosial bagi sejarawan, maka maka para sejarawan harus mengikuti
pertengkaran yang terjadi diantara para pakar ilmu-ilmu sosial yang bukan hanya
percekcokan mengenai masalah terminologi, tetapi lebih dalam lagi yakni yang
menyangkut konflik -konflik mendasar mengenai sifat dasar fenomena sosial. Jadi
sejarawan yang meminjam konsep-konsep dan teori-teori ilmu sosial mau tidak mau
harus menerima perselisihan-perselisihan yang berlaku diantara pakar ilmu-ilmu
sosial.
Apabila
sejarawan dianjurkan menggunakan teori-teori ilmu sosial, bukan berarti ingin
menjadikan ilmu sejarah terjebak dalam kerangka pemikiran ilmu-ilmu sosial,
tetapi hanya ingin menjdikan sejarah sebagai ilmu yang mampu menganalisis
persoalan-persoalan sosial dan budaya, karena keberadaan sebagai manusia di
masa lalu berada dalam komunitas sosial dan budaya.
B. Sekilas tentang Metode Sejarah
Sebagaimana
disebutkan diatas bahwa metode sejarah adalah seperangkat kaidah yang membantu
peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Dengan demikian metode
sejarah adalah membahas tentang penelitian sumber-sumber sejarah, kritik
sumber, sintesis sampai kepada penyajian hasil penelitian. Metode sejarah
merupkan langkah penting, karena tanpa metode penulisan sejarah tidak akan
efektif. Dengan mengikuti aturan dan metode sejarah yang benar akan menjamin
hasil yang bisa dipertanggung jawabkan.
Metode dalam
penelitian sejarah akan membahas tentang penelitian sumber, kritik sumber,
sintesis sampai kepada penyajian hasil penelitian. Semua kegiatan atau proses
harus mengikuti metode dan kegiatan atau proses harus mengikuti metode dan
aturan yang benar. Dengan demikian metode sejarah sebagaimana disebutkan di
atas adalah seperangkat aturan dan prinsip-prinsip yang sistimatis untuk
mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan
menyajikan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan. Adapun
langkah-langkah praktis yang harus dilalui oleh peneliti sejarah berkaitan
dengan penerapan metode sejarah adalah sebagai berikut :
a) Heuristik,
atau pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengumpulkan sumber-sumber, data-data, atau jejak-jejak sejarah. sejarah tanpa
sumber maka tidak bisa bicara. Maka sumber dalam penelitian sejarah merupakan
hal yang paling utama yang akan menentukan bagaimana aktualitas masa lalu
manusia bisa dipahami oleh orang lain.
b) Kritik
sumber, adalah suatu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh agar
memperoleh kejelasan apakah sumber
tersebut autentik atau tidak. Pada proses ini dalam metode sejarah biasa
disebut dengan istilah kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern adalah
suatu upaya yang dilakukan oleh sejarawan untuk melihat apakah sumber tersebut
cukup kredibel atau tidak, sedangkan kritik ektern adalah kegiatan sejarawan
untuk melihat apakah sumber yang didapatkan autentik ataukah tidak.
c)
Interpretasi atau penafsiran, adalah suatu upaya sejarawan untuk melihat
kembali tentang sumber-sumber yang didapatkan telah diuji autentisitasnya dan
terdapat saling hubungan antara satu dan yang lain. Dengan demikian sejarawan
memberikan penafsiran terhadap sumber yang telah didapatkan.
d)
Historiografi, adalah menyusun atau merekonstruksi fakta-fakta yang telah
tersusun yang didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap sumber-sumber
sejarah dalam bentuk tertulis. Dalam penulisan sejarah ketiga kegiatan yang
dimulai dari heuristik, kritik, analisis belum tentu menjamin keberhasilan
dalam penulisan sejarah. oleh karena itu harus dibarengi oleh latihan-latihan
yang intensif
Sumber : drssayuti
No comments:
Post a Comment