Catatan Sejarah Kalimantan Selatan
Balai Seba Gedung Mahligai Pancasila salah satu bangunan dalam kompleks rumah jabatan Gubernur KalSel. |
Sejarah Pemerintahan di Kalimantan Selatan diperkirakan
dimulai ketika berdiri Kerajaan Tanjung Puri sekitar abad 5-6 Masehi. Kerajaan
ini letaknya cukup strategis yaitu di Kaki Pegunungan Meratus dan di tepi
sungai besar sehingga di kemudian hari menjadi bandar yang cukup maju. Kerajaan
Tanjung Puri bisa juga disebut Kerajaan Kahuripan, yang cukup dikenal sebagai
wadah pertama hibridasi, yaitu percampuran antarsuku dengan segala komponennya.
Setelah itu berdiri kerajaan Negara Dipa yang dibangun perantau dari Jawa.
Pada abad ke 14 muncul Kerajaan Negara Daha yang memiliki
unsur-unsur Kebudayaan Jawa akibat pendangkalan sungai di wilayah Negara Dipa.
Sebuah serangan dari Jawa menghancurkan Kerajaan Dipa ini. Untuk menyelamatkan,
dinasti baru pimpinan Maharaja Sari Kaburangan segera naik tahta dan
memindahkan pusat pemerintahan ke arah hilir, yaitu ke arah laut di Muhara
Rampiau. Negara Dipa terhindar dari kehancuran total, bahkan dapat menata diri
menjadi besar dengan nama Negara Daha dengan raja sebagai pemimpin utama.
Negara Daha pada akhirnya mengalami kemunduran dengan munculnya perebutan
kekuasaan yang berlangsung sejak Pangeran Samudra mengangkat senjata dari arah
muara, selain juga mendirikan rumah bagi para patih yang berada di muara
tersebut.
Pemimpin utama para patih bernama MASIH. Sementara tempat
tinggal para MASIH dinamakan BANDARMASIH. Raden Samudra mendirikan istana di
tepi sungai Kuwin untuk para patih MASIH tersebut. Kota ini kelak dinamakan
BANJARMASIN, yaitu yang berasal dari kata BANDARMASIH.
Kerajaan Banjarmasin berkembang menjadi kerajaan maritim
utama sampai akhir abad 18. Sejarah berubah ketika Belanda menghancurkan
keraton Banjar tahun 1612 oleh para raja Banjarmasin saat itu panembahan
Marhum, pusat kerajaan dipindah ke Kayu Tangi, yang sekarang dikenal dengan
kota Martapura.
Awal abad 19, Inggris mulai melirik Kalimantan setelah
mengusir Belanda tahun 1809. Dua tahun kemudian menempatkan residen untuk
Banjarmasin yaitu Alexander Hare. Namun kekuasaanya tidak lama, karena Belanda
kembali.
Babak baru sejarah Kalimantan Selatan dimulai dengan
bangkitnya rakyat melawan Belanda. Pangeran Antasari tampil sebagai pemimpin
rakyat yang gagah berani. Ia wafat pada 11 Oktober 1862, kemudian anak cucunya
membentuk PEGUSTIAN sebagai lanjutan Kerajaan Banjarmasin, yang akhirnya
dihapuskan tentara Belanda Melayu Marsose, sedangkan Sultan Muhammad Seman yang
menjadi pemimpinnya gugur dalam pertempuran. Sejak itu Kalimantan Selatan
dikuasai sepenuhnya oleh Belanda.
Daerah ini dibagi menjadi sejumlah afdeling, yaitu
Banjarmasin, Amuntai dan Martapura. Selanjutnya berdasarkan pembagian organik
dari Indisch Staatsblad tahun 1913, Kalimantan Selatan dibagi menjadi dua
afdeling, yaitu Banjarmasin dan Hulu Sungai. Tahun 1938 juga dibentuk
Gouverment Borneo dengan ibukota Banjarmasin dan Gubernur Pertama dr. Haga.
Setelah Indonesia merdeka, Kalimantan dijadikan propinsi
tersendiri dengan Gubernur Ir. Pangeran Muhammad Noor. Sejarah pemerintahan di
Kalimanatn Selatan juga diwarnai dengan terbentuknya organisasi Angkatan Laut
Republik Indonesia ( ALRI ) Divisi IV di Mojokerto, Jawa Timur yang
mempersatukan kekuatan dan pejuang asal Kalimantan yang berada di Jawa.
Dengan ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati menyebabkan
Kalimantan terpisah dari Republik Indonesia. Dalam keadaan ini pemimpin ALRI IV
mengambil langkah untuk kedaulatan Kalimantan sebagai bagian wilayah Indonesia,
melalui suatu proklamasi yang ditandatangani oleh Gubernur ALRI Hasan Basry di
Kandangan 17 Mei 1949 yang isinya menyatakan bahwa rakyat Indonesia di
Kalimantan Selatan memaklumkan berdirinya pemerintahan Gubernur tentara ALRI
yang melingkupi seluruh wilayah Kalimantan Selatan. Wilayah itu dinyatakan
sebagai bagian dari wilayah RI sesuai Proklamasi kemerdekaaan 17 agustus 1945.
Upaya yang dilakukan dianggap sebagai upaya tandingan atas dibentuknya Dewan
Banjar oleh Belanda.
Menyusul kembalinya Indonesia ke bentuk negara kesatuan
kehidupan pemerintahan di daerah juga mengalamai penataaan. Di wilayah
Kalimantan, penataan antara lain berupa pemecahan daerah Kalimantan menjadi 3
propinsi masing-masing Kalimantan Barat, Timur dan Selatan yang dituangkan
dalam UU No.25 Tahun 1956.
Berdasarkan UU No.21 Tahun 1957, sebagian besar daerah
sebelah barat dan utara wilayah Kalimantan Selatan dijadikan Propinsi
Kalimantan Tengah. Sedangkan UU No.27 Tahun 1959 memisahkan bagian utara dari
daerah Kabupaten Kotabaru dan memasukkan wilayah itu ke dalam kekuasaan
Propinsi Kalimantan Timur. Sejak saat itu Propinsi Kalimantan Selatan tidak
lagi mengalami perubahan wilayah, dan tetap seperti adanya. Adapun UU No.25
Tahun 1956 yang merupakan dasar pembentukan Propinsi Kalimantan Selatan
kemudian diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 1957 dan UU No.27 Tahun 1959.
dibawah ini bebrapa catatan sejarah banjarmasin
* 8000 SM : Migrasi I, Manusia ras Austrolomelanesia
mendiami gua-gua di pegunungan Meratus. Ras ini melanjutkan migrasi ke pulau
Papua dan Australia. Fosilnya ditemukan di Gua Babi di Gunung Batu Buli, Desa
Randu, Muara Uya, Tabalong.
* 2500 SM : Migrasi II yaitu bangsa Melayu Proto dari pulau
Formosa (Taiwan) ke pulau Borneo dengan membawa adat ngayau yang menjadi nenek
moyang suku Dayak (rumpun Ot Danum).
* 1500 SM : Migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau Borneo.
* 400 : Migrasi orang India (Tamil) menyebarkan agama Hindu
ke Kalimantan, bersamaan dengan migrasi orang Sumatera yang membawa bahasa
Melayu dan mulai tumbuhnya Bahasa Banjar archais.
* 242 – 1362 : Berdirinya Kerajaan Tanjungpuri di Tanjung,
Tabalong yang didirikan suku Melayu.
* 600 : Suku Dayak Maanyan melakukan migrasi ke pulau Bangka
selanjutnya ke Madagaskar.
* 1025 : migrasi suku Melayu dari Kerajaan Sriwijaya akibat
serangan tentara Cola Mandala (India).
* 1355 : Ampu Jatmika mendirikan pemukiman dan Candi Laras
dengan pondasi tiang pancang ulin yang disebut kalang-sunduk di wilayah rawa
daerah aliran sungai Amas dan menobatkan dirinya sebagai raja Kerajaan Negara
Dipa.
* 1355 : Ampu Jatmika menaklukan penduduk asli wilayah Banua
Lima yaitu lima daerah aliran sungai (DAS) yaitu Batang Alai, Tabalong,
Balangan, Pitap, dan Amandit serta daerah perbukitan (Bukit), selanjutnya
mendirikan Candi Agung di Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara.
* 1360 : Lambung Mangkurat, Patih Kerajaan Negara Dipa
berangkat ke Majapahit untuk melamar Raden Putra, sebagai calon suami Putri
Junjung Buih.
* 1362 : Wilayah Barito, Tabalong dan Sawuku menjadi daerah
taklukan Kerajaan Majapahit. Hancurnya Kerajaan Nan Sarunai, kerajaan Suku
Dayak Maanyan karena serangan Majapahit. Pangeran Suryanata dari Majapahit
berhasil menjadi raja Negara Dipa.
* 1362 – 1448 : berdirinya Kerajaan Negara Dipa dibawah
Maharaja Suryanata.
* 1385 – 1421 : masa pemerintahan Pangeran Surya Gangga
Wangsa
* 1421 – 1436 : masa pemerintah Raden Carang Lalean
* 1436 – 1448 : masa pemerintahan Putri Kalungsu
* 1448- 1526 : Masa Kerajaan Negara Daha, Raden Sekar
Sungsang dengan gelar Maharaja Sari Kaburungan menjadi Raja pertama.
* 1448 : Bandar Muara Bahan ditetapkan sebagai Bandar
kerajaan menggantikan Bandar Muhara Rampiau, ditunjuk Patih Arya Taranggana
putera Aria Magatsari memimpin di bandar itu.
* 1448 – 1486 : masa pemerintahan Raden Sekar Sungsang
dengan gelar Maharaja Sari Kaburangan
* 1486 – 1515 : masa pemerintahan Raden Paksa dengan gelar
Maharaja Sukarama
* 1511 : migrasi suku melayu akibat runtuhnya Kerajaan
Malaka diserang Portugis, migrant ini mendiami sepanjang sungai Kuin.
* 1515 : Maharaja Sukarama wafat, diwasiatkan yang menjadi
raja adalah Pangeran Samudra.
* 1515 – 1519 : masa pemerintahan Arya Mangkubumi, arya Mangkubumi
dibunuh Sa’ban atas suruhan Pangeran Tumanggung; Pangeran Samudra melarikan
diri ke hilir Barito.
* 1518-1521 : Pati Unus, Sultan Demak menaklukan
kerajaan-kerajaan Kalimantan seperti Tanjungpura/Sukadana, Lawai, Sambas
sebelum menyerang Portugis di Malaka pada 1521.
* 1519 – 1526 : masa pemerintahan Pangeran Tumanggung (Raden
Panjang).
* 1520 : penobatan Raden Samudera oleh Patih Masih sebagai
raja di Muara Kuin dengan gelar Pangeran Samudera.
* 6 September 1526 : pertempuran antara Kerajaan Banjar dipimpin
Pangeran Samudra dengan Kerajaan Negara Daha dipimpin Pangeran Tumenggung di
Jingah Besar, Pangeran Samudra dibantu Kesultanan Demak.
* 24 September 1526 : kemenangan Pangeran Samudra dan
pembentukan Kesultanan Banjar, dengan memasukkan Kerajaan Nagara Daha.
* 1526-1545 : Masa pemerintahan Pangeran Samudera.
* 24 September 1526/6 Zulhijjah 932 H : Pangeran Samudera
memeluk Islam dengan gelar di dalam khutbah Sultan Suryanullah/Sultan
Suriansyah.
* 1550-1570 : Masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II)
di Banjarmasin
* 1570-1620 : Masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja
III) di Banjarmasin
* 1520-1620 : Masa pemerintahan Marhum Panembahan dengan
gelar Sultan Musta’inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612.
* 1596 : Belanda merampas 2 perahu lada dari Banjarmasin
yang berdagang di Kesultanan Banten.
* 14 Februari 1606 : Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman
Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin, karena perangainya yang buruk
Michaelszoon tewas terbunuh.
* 1612 : Belanda membakar Istana Raja Banjar Lama (kampung
Keraton) di Kuin, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke
Martapura.
* 1620 – 1637 : masa pemerintahan Ratu Agung dengan gelar
Sultan Inayatullah (Raja V).
* 1634 : VOC-Belnda menirim 6 kapal dibawah pimpinan
Gijsbert van Londensteijn kemudian ditambah beberapa kapal di bawah pimpinan
Antonie Scop dan Steven Batrentz.
* 1635 : VOC-Belanda mendirikan kantor dagang di Banjarmasin
di bawah pimpinan Wollebrandt Gelenysen de Jonge sejak 29 November 1635.
* 1637 – 1642 : masa pemerintahan Ratu Anom dengan gelar
Sultan Saidulllah (Raja VI).
* 1638 : seorang Asisten Belanda terbunuh di Benua Anyar,
pertempuran juga menewakan 64 orang bangsa Belanda, selanjutnya 27 orang
Martapura terbunuh, dibalas 40 orang Belanda tewas.
* 1642 – 1660 : masa pemerintahan Pangeran Ratu dengan gelar
Sultan Rakyat Allah (Raja VII).
* 1660 – 1663 : masa pemerintahan Raden Bagus dengan gelar
Sultan Amrullah Bagus Kasuma (Raja VIII).
* 1660 : Diadakan perjanjian perdamaian antara Belanda dan
Banjar; Pangeran Dipati Tuha (anak Sultan Saidullah) mengamankan wilayah Tanah
Bumbu dari pendatang. [2]
* 1663 – 1679 : masa pemerintahan Pangeran Suryanata II
degan gelar Sultan Agung.
* 1664 : perubahan nama Banjarmasih menjadi Banjarmassingh
(dialek Belanda).
* 1668 : Portugis mendatangkan pendeta Katolik bernama
Jentigmilia ke wilayah Kesultanan Banjarmasin.[3]
* 1680 – 1700 : masa pemerintahan Sultan
Tahlilullah/Amrulllah Bagus Kusuma kembali.
* 1700 – 1734 : masa pemerintahan Sultan
Hamidullah/Ilhamidullah/Tahmidullah I.
* 1734-1759 : Masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I di
Martapura.
* 1734 : Puana Dekke miminjam tanah di wilayah Tanah Kusan
kepada Sultan Tamjidullah I yang dinamakan kampung Pagatan, kelak menjadi Kerajaan
Pagatan pada masa Sultan Sulaiman.
* 1759 – 1761 : masa pemerintahan Pangeran Muhammad Aliuddin
Aminullah.
* 1761 – 1801 : masa pemerintahan Sultan Tahmidullah
II/Sunan Sulaiman Saidullah
* 1780 : Pangeran Mangku (Gusti Ali) bin Pangeran Prabu
menjadi raja Sampanahan.[2]Kota Banjarmasin di bawah otoritas Pangeran Dapa,
putera tertua Sultan Banjar[4]
* 14 Mei 1787 : Pangeran Amir (kakek Antasari) menyerang
Martapura dengan tentara Bugis, namun ditangkap Belanda, selanjutnya diasingkan
ke Srilangka.
* 1801 – 1825 : masa pemerintahan Sultan Sulaiman Saidullah.
* 1815 – 1816 : Inggris menguasai Maluka, Liang Anggang,
Kurau dan Pulau Lamai (kelak dinamakan Distrik Maluka, dibawah Alexander Here
yang menjadi Resident-commissioner sejak 1812.[5]
* 1825 – 1857 : masa pemerintahan Sultan Adam al-Watsiqu
billah.
* 1835: Zending dari Jerman mulai bekerja di selatan
Kalimantan.[6]
* 15 Muharam 1251 H/1825 : Undang Undang Sultan Adam (UUSA
1825).
* 1852 : pengangkatan Pangeran Tamjidillah II sebagai Sultan
Muda, merangkap Mangkubumi yang sudah dijabatnya sebelumnya menggantikan Ratu
Anom Mangku Bumi Kencana.
* 30 April 1856 : Belanda menerima konsesi tambang batu bara
yang ditandatangani Sultan Adam.
* 9 Oktober 1856 : Pengangkatan Pangeran Hidayatullah
sebagai Mangkubumi, sedangkan Sultan Muda tetap Pangeran Tamjidillah II.
* 1 November 1857 : Sultan Adam wafat.
* 3 November 1857 – 25 Juni 1859 : Masa pemerintahan Sultan
Tamjidillah II, yang disetujui Belanda sebagai raja Banjar.
* 3 November 1857 : pertemuan rencana perang melawan Belanda
di Martapura, antara Pangeran Hidayatullah, Pangeran Prabu Anom dan Nyai Ratu
Kamala Sari (permaisuri Sultan Adam).
* 23 Februari 1858 : Pangeran Prabu Anom (anak Sultan Adam)
dibuang ke Bandung.
* September 1858 : Tumenggung Jalil tidak mau lagi membayar
pajak kepada Belanda.
* 2 Februari 1859 : kedatangan bantuan tentara Belanda
dengan Kapal Arjuna, namun 3 hari kemudian dipulangkan lagi ke Batavia.
* Februari 1859 : Ratu Kemala Sari dan anak-anaknya
menyerahkan kerajaan dengan Pangeran Hidayatullah.
* 28 April 1859 : Pecahnya Perang Banjar, Pasukan Antasari
dengan 300 prajurit menyerang tambang batubara milik Belanda di Pengaron,
Serangan di Marabahan, Serangan di Gunung Jabuk, Serangan di Tabanio, dipimpin
Demang Lehman, H. Buyasin dan Kyai Langlang, Serangan di Pulau Petak, Pulau
Telo, dan disepanjang Sungai Barito, dipimpin Tumenggung Surapati dan Pambakal
Sulil, Sweeping di Banua Lima, dipimpin Tumenggung Jalil, Pambakal Gafur,
Duwahap, Dulahat, dan Penghulu Abdul Gani, dan Serangan terhadap Kapal Cipanas
di Martapura
* 29 April 1859, tambang batu bara Oranye Nassau diserbu.
* 1 Mei 1859, pasukan Antasari menyerang tambang batu baru
Juliana Hermina, serangan di Kalangan, Banyu Irang, dan Bangkal dipimpin
Pangeran Arya Ardi Kesuma.
* Juni 1859 : pertempuran di Sungai Besarah dipimpin
Pambakal Sulil
* 8 Juni 1859 : Belanda mengumumkan keadaan darurat perang.
* 12 Juni 1859 : bantuan tentara Belanda datang dengan Kapal
Arjuna, Celebes, Montrado, Bone, dan van Os.
* 14 Juni 1859 : pertemuan Pangeran Hidayat dengan
Andressen, namun buntu.
* 15 juni 1859 : Sweeping oleh Belanda di Martapura.
* 17 Juni 1859 : pertempuran di Sungai Raya.
* 25 Juni 1859 : Sultan Tamjidillah II dimakhzulkan oleh
Belanda, terjadi pertempuran di Cempaka.
* 30 Juni 1859 : serangan ke Martapura dipimpin Demang
Lehman, 10 pejuang gugur.
Juli 1859 : tenggelamnya Kapal Cipanas di Pulau Kanamit.
* 16 Juli 1859 : Sultan Tamjidillah II dan Pangeran Adipati
Panoto Negoro Adiprojo di buang ke Jawa.
* Agustus 1859 : serangan ke Banjarmasin dipimpin Kyai
Mangun Karsa, pertempuran di benteng Tabanio, dipimpin Demang Lehman dan H.
Buyasin.
* September 1859 : pertemuan Pangeran Hidayat dengan
panglima-panglima, Pangeran Hidayat dinobatkan menjadi Raja.
* 27 September 1859 : pertempuran di Gunung Lawak, dipimpin
Demang Lehman, Aminullah, Antaludin, dan Ali Akbar.
* 28 September 1859 : bantuan tentara Belanda dari Surabaya.
* 13 November 1859 : Verspyck mengeluarkan ultimatum agar
Pangeran Hidayatullah menyerah dalam 20 hari.
* 14 November 1859 : gugurnya Pambakal Sulil di Sungai
Basarah.
* 23 Desember 1859 : pertempuran di Kuala Kapuas oleh suku
Dayak.
* 26 Desember 1859 : tenggelamnya Kapal Onrust oleh
Tumenggung Surapati di Lontontour.
* Desember 1859, Tumenggung Antaluddin bersama dengan Demang
Lehman, Pangeran Aminullah, Kusin dan Ali Akbar, mempertahankan Benteng Munggu
Tayur.
* 2 Januari 1860 : serangan terhadap Kapal van Os di Pulau
Petak
* 9 Februari 1860 : serangan terhadap Kapal Suriname di
Lontontour, kapal sampai rusak; pertempuran Masjid Amuntai.
* 22 Februari 1860 : serangan terhadap Kapal Montrado di
Lontontour
* 31 Maret 1860 : penyerbuan Benteng Amawang dipimpin Demang
Lehman.
* 18 Maret 1860 : pertempuran di Pamangkih, Walangku,
Kasarangan, Pantai Hambawang, Barabai, dan Aluan.
* 15 Mei 1860 : pertempuran di Tanjung, dipimpin Tumenggung
Jalil.
* 11 Juni 1860 : Kesultanan Banjar dihapuskan secara sepihak
oleh Belanda, dengan proklamasi yang ditandatangani Residen Surakarta FN.Nieuwenhuijzen
yang merangkap Komisaris Pemerintah Belanda untuk Daerah Afdeeling Kalimantan
Selatan-Timur.
* 9 Agustus 1860 : serangan terhadap Benteng Kelua, dipimpin
Pangeran Antasari.
* 17 Agustus 1860 : Pangeran Antasari mendirikan Benteng
Tabalong.
* 27 Agustus 1860 : serangan di Martapura dipimpin Pangeran
Muda.
* September 1860 : pertempuran di Rumpanang dan Tambarangan,
dipimpin Singa Jaya.
* 3 September 1860 : Pertempuran Benteng Madang pertama,
dipimpin Demang Lehman dan Tumenggung Antaludin.
* 4 September 1860 : pertempuran Benteng Madang kedua
* 13 September 1860 : pertempuran Benteng Madang ketiga
* 15 September 1860 : pertempuran di Sungai Malang, Amuntai,
dipimpin H. Abdullah.
* 18 September 1860 : pertempuran Benteng Madang Keempat
* 22 September 1860 : pertempuran Benteng Madang kelima.
* 13 Oktober 1860 : pertempuran Benteng Batu Mandi, dipimpin
Tumenggung Jalil.
* 17 Oktober 1860 : pertempuran di Jati, dipimpin Kyai
Jayapati.
* 25 Oktober 1860 : pertempuran di Bulanin, dipimpin Demang
Lehman.
* 27 Oktober 1860 : pertempuran di Jati lagi, dipimpin Kyai
Jayapati dan Demang Jaya Negara Seman.
* November 1860 : pertempuran di masjid Jati, dipimpin
Tumenggung Diparaksa.
* 1 November 1860 : Belanda mendinamit bangkai Kapal Onrust
di Lontontour.
* 24 Februari 1861 : pertempuran di Amalang dan Maleno,
dipimpin Demang Lehman dan Guna Wijaya.
* 3 Maret 1861 : pertempuran di Rantau, dipimpin Jaya Warna.
* 19 Maret 1861 : pertempuran di Karang Intan, dipimpin
Tumenggung Gamar.
* 21 April 1861 : Pertempuran benteng Amawang, 2 tahun
Perang Banjar, dipimpin Tumenggung Antaludin dan Demang Lehman, tewasnya Von
Ende.
* 23 April 1861 : serangan di Bincau.
* April 1861 : penangkapan dan hukuman mati untuk Pangeran
Kasuma Ningrat (paman Pangeran Hidayat), Kyai Nakut, dan Pambakal Matamin;
pertempuran di Binuang, Tumpakan Mati, Karang Jawa, Kandangan dan Nagara.
* 4 Mei 1861 : Pertempuran Paringin antara pasukan Antasari
melawan Belanda.
* 13 Mei 1861 : pertempuran di Gunung Wowong, Karau, Dayu
dan Sihong.
* 16 Mei 1861 : serangan di Paringin dipimpin H. Dulgani.
* 18 Mei 1861 : pertempuran di Pagat.
* 27 Mei 1861 : pertempuran di Barabai dipimpin Gusti Wahid.
* Mei 1861 : pertempuran di Martapura, Tanah Laut, Rantau,
Kandangan, Barabai, Amuntai, Paringin, Tabalong dan daerah Barito.
* 10 Juni 1861 : pertempuran di Gunung Kupang, Awang
Bangkal, dan Batu Mahalon.
* 18 Juni 1861 : serangan awal di Martapura.
* 19 Juni 1861 : pertempuran di Gunung Pamaton dipimpin
Pangeran Hidayatullah.
* 20 Juni 1861 : pertempuran di Kuala Tambangan dipimpin
Tumenggung Gamar.
* 22 Juni 1861 : serangan di Mataraman dan Suwatu dipimpin
Pambakal Mail dan Tumenggung Buko.
* 3 Juli 1861 : serangan di benteng Barabai dipimpin Raksa
Yuda.
* 18, 22, 24 Juli 1861 : pertempuran di Buntok.
* Agustus 1861 : Pertempuran di Gunung Pamaton dan Gunung
Halau-halau dipimpin Tumenggung Antaludin dan Kiai Cakrawati (Galuh Sarinah).
* 1 Agustus 1861 : pertempuran di benteng Limpasu, tewasnya
Letnan Hoyyel.
* 10 Agustus 1861 ; pertempuran di benteng Pagger dipimpin
Pangeran Singa Terbang.
* 2 September 1861 : pertempuran di benteng Batu Putih,
gugurnya Pangeran Singa Anum dan Gusti Matali.
* 24 September 1861 : gugurnya Tumenggung Jalil pada
pertempuran Benteng Tundakan.
* 2 Oktober 1861 : Demang Lehman masuk Martapura menemui
Regent Martapura.
* 6 oktober 1861 : Demang Lehman ke Banjarmasin berunding
dengan Resident Verpyck, perundingan secara empat mata, selesai perundingan
rombongan kembali ke Martapura.
* 8 Oktober 1861 : pertempuran di Habang dan Kriniang
dipimpin H. Badur
* 18 Oktober 1861 : pertempuran di Banua Lawas dipimpin H.
Badur
* Oktober 1861 : pertempuran di Banua Lawas dan Teluk
Pelaeng, gugur 18 orang.
* 6 November 1861 : pertempuran di Pelari, dipimpin Pangeran
Antasari dan Tumenggung Surapati.
* 8 November 1861 : pertempuran di Gunung Tungka dipimpin
Pangeran Antasari, Tumenggung Surapati dan Gusti Umar, tewasnya Kapten Van
Vloten.
* 9 November 1861 : serangan di Teluk Selasih, tewasnya
Regent amuntai.
* 25 Nopember 1861 : pertemuan Pangeran Hidayatullah dengan
Demang Lehman, dan diputuskan Pangeran Hidayatullah menemui Ibu Ratu Siti di
Martapura.
* November 1861 ; pertempuran di Gunung Marta Niti Biru dan
Kria Wijaya Bepintu, dipimpin Kyai Karta Nagara.
* 5 Desember 1861 : pertempuran di Jatuh dipimpin Penghulu
Muda, tewasnya Opsir Koch.
* 15 Desember 1861 : pertempuran di Banua Lawas, tewasnya
Letnan Ajudan I Cateau van Rosevelt.
* 16 Desember 1861 : terbunuhnya Kontrolir Fujick di
Margasari dan Letnan Croes juga tewas di Sungai Jaya, oleh Tagab Obang.
* 28 Januari 1862 : Pangeran Hidayatullah dan Ratu Siti
masuk Martapura, berdiam di rumah Residen Martapura.
* 30 – 31 Januari 1862 : perundingan antara Pangeran
Hidayatullah dengan Regent Letnan Kolonel Verpyck di pendopo rumah Asisten
Resident, Pangeran Hidayatullah tertipu oleh janji Belanda.
* 3 Februari 1862 : Pangeran Hidayatullah menuju ke Pasayangan.
* 4 Februari 1862 : Pangeran Hidayatullah meninggalkan
Pasayangan menuju Pamaton; Masjid Pasayangan berumur 140 tahun dibakar Belanda.
* 22 Februari 1862 : tertangkapnya Ratu Siti; dibawanya
Pangeran Wira Kasuma ke Banjarmasin.
* 28 februari 1862 : Pangeran Hidayatullah masuk Martapura
menemui Ratu Siti di pendopo Regent Martapura.
* 3 Maret 1862 : Pangeran Hidayatullah dibawa dengan Kapal
Bali menuju Batavia, dikawal Kontrolir Kuin Letnan Verstege.
* 14 Maret 1862 (13 Ramadhan 1278 H) : Pangeran Antasari di
dinobatkan sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin, sebagai kepala
pemerintahan, pemimpin agama, dan panglima tertinggi pengganti Sultan Banjar.
* 11 Oktober 1862 : wafatnya Pangeran Antasari di Tanah
Kampung Bayan Begok Sampirang, Murung Raya.
* 1862 – 1905 : masa pemerintahan Sultan Muhammad Seman.
* 19 Oktober 1863 : tertangkapnya Sultan Kuning.
* 1864 : serangan Tumenggung Surapati di Muara Teweh dan
Montalat
* 27 Februari 1864 : Demang Lehman dihukum gantung di
lapangan Martapura, ketika tertangkap ia memegang pusaka Keris Singkir dan
Tombak Kalibelah.
* 1865 : Penghulu Rasyid gugur di Kelua, Tumenggung Naro
gugur di Gunung Kayu, Balangan.
* 26 Januari 1866 : H. Buyasin gugur.
* 1867 : serangan Tagap Kurdi di Amuntai.
* 1870 : serangan Panglima Wangkang di Marabahan dan
Banjarmasin.
* 1875 : wafatnya Tumenggung Surapati karena sakit.
* 1883 : serangan Sultan Muhammad Seman di Tanjung, Amuntai
dan Balangan.
* 1 Juli 1883 : serangan di Lampihong.
* 1885 : ditangkapnya Pangeran Perbatasari di Pahu, Kutai,
kemudian ia dibuang ke Kampung Jawa Tondano, Minahasa.
* 1886 : serangan Tumenggung Gamar di Tanah Bumbu.
* 1899 : Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster
Afdeeling van Borneo
* 1899 : peristiwa Amuk Hantarukung dipimpin Bukhari
* 1904 : wafatnya Pangeran Hidayatullah di Cianjur;
dibuangnya Gt. Muhammad Arsyad ke Bogor.
* 1906 : dibuangnya Ratu Zaleha ke Bogor, berkumpul suaminya
(Gt. Muhammad Arsyad).
* 24 Januari 1905 : Sultan Muhammad Seman, putra Pangeran
Antasari gugur melawan Belanda di benteng Baras Kuning.
* 24 Agustus 1905 : Panglima Batur ditangkap di Muara Teweh
* 1915 : Sarekat Islam mendirikan Madrasah Darussalam di
Martapura.
* 1919 : Banjarmasin mendapat otonom pemerintahan menjadi
Gemeente Bandjermasin.
* 1923 : National Borneo Congres ke-1
* 29-31 Maret 1924 : National Borneo Congres ke-2, dihadiri
wakil-wakil Perserikatan Dayak dan Sarekat Islam lokal.
* 1927 : pemberontakan di Tabalong dipimpin Darmawi atas
kerja paksa.
* 5 Maret 1930 : Keluarnya ketetapan no. 253 dan 254 tentang
berdirinya cabang Muhammadiyah di Banjarmasin dan Alabio
* 1937 : kembalinya Ratu Zaleha dari pembuangan ke
Martapura; pemberontakan Hariang, sehingga Kepala Distrik Kyai Masdhulhak
tewas.
* 1938 – 1942 : masa Gubernur Borneo dr. A. Haga
* 1938 : Wester afdeeling van Borneo, Zuider en Ooster
Afdeeling van Borneo menjadi sebuah propinsi di Hindia Belanda. Gemeente
Bandjermasin ditingkatkan menjadi Stads Gemeente Bandjermasin.
* 25 Desember 1941 : Jepang membom Lapangan Terbang Ulin
* 21 Januari 1942 : Jepang menembak jatuh pesawat
Catalina-Belanda di sungai Barito perairan Alalak, Barito Kuala,
* 8 Februari 1942 : Jepang memasuki Muara Uya, Tabalong,
Gubernur Haga mengungsi ke Kuala Kapuas menuju Puruk Cahu, Murung Raya.
* 10 Februari 1942 : Tentara Jepang memasuki Banjarmasin,
sejak 6 Februari 1942 pemerintahan kota sudah vacum.
* Februari 1942 : Dengan persetujuan walikota Banjarmasin H.
Mulder dibentuk Pimpinan Pemerintahan Civil (PPC) diketuai Mr. Rusbandi,
sebagai pemerintahan sementara.
* 12 Februari 1942 : Tentara Jepang mengeluarkan maklumat
kota Bajarmasin dan daerahnya diserahkan kepada PPC (Pimpinan Pemerintahan
Civil)
* 5 Maret 1942 : A.A Hamidhan menerbitkan surat kabar
Kalimantan Raya.
* 17 Maret 1942 : Gubernur A. Haga menyerah dengan Jepang di
Puruk Cahu, kemudian ditahan di Benteng Tatas.
* 18 Maret 1942 : Kiai Pangeran Musa Ardi Kesuma ditunjuk
Jepang sebagai Ridzie, penguasa penuh dan tertinggi pemerintah sipil meliputi
wilayah Banjarmasin, Hulu Sungai dan Kapuas-Barito (Dayak Besar).
* 17 April 1945 : Rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan
memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang baik
yang naik sepeda, mobil dan sebagainya.
* 6 Mei 1945 : Pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI
(MN=Muhammad Noor)
* 18 Agustus 1945 : Pemerintahan Sukarno-Hatta menunjuk Ir.
H. Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernurKalimantan
* 23 Agustus 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GEMIRI
(Gerakan Rakyat Mempertahankan Republik Indonesia) di Kandangan, Hulu Sungai
Selatan.
* Agustus 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Badan
Pemberontak Rakyat Kalimantan di Kandangan, Hulu Sungai Selatan.
* 23 September 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Pasukan
Berani Mati di Alabio, Hulu Sungai Utara.
* November 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Laskar
Syaifullah di Haruyan, Hulu Sungai Tengah.
* 9 November 1945 : Pertempuran di Banjarmasin melawan
Sekutu.
* 20 November 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran
GERPINDOM (Gerakan Rakyat Pengajar/Pembela Indonesia Merdeka) di Amuntai, Hulu
Sungai Utara.
* 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan
Pemuda Indonesia Merdeka) di Birayang, Hulu Sungai Tengah, Barisan Pelopor
Pemberontakan (BPPKL) di Martapura dan Banteng Borneo di Kota Rantau, Tapin
serta Laskar Hasbullah di Martapura, Pelaihari, Rantau dan Hulu Sungai.
* 30 Oktober 1945 : penyusupan Hasan Basry dan kawan-kawan
dari Surabaya dengan kapal Bintang Tulen.
* 5 – 7 Desember 1945 : Pertempuran Marabahan di Barito
Kuala.
* 24 September 1946 : penangkapan lasykar Saifullah oleh
Belanda di Kandangan pada saat pasar malam.
* 18 November 1946 : pembentukan Batalyon TNI ALRI DIVISI IV
(A) oleh Hasan Basri dengan melebur Banteng Indonesia dan organisasi
kemiliteran lainnya.
* Mei 1947 : pertempuran di Hambawang Pulasan, Barabai di
pimpin H. Aberanie Sulaiman, 48 serdadu Belanda tewas sedangkan 1 orang pejuang
gugur yaitu Made Kawis.[7]
* 3 Juli 1948 : Belanda melantik Dewan Banjar. [8]
* 18 Juli 1948 : peristiwa pertempuran di Wawai, 16 orang
pejuang gugur.
* Agustus 1948 : pertempuran di Hambawang Pulasan, dekat
Barabai dipimpin Aliansyah.
* 21 Desember 1948 : Pertempuran Hawang, Hulu Sungai Tengah.
* 2 Januari 1949 : Pertempuran di Negara di Hulu Sungai
Selatan (Palagan Nagara).
* 7 Januari 1949 : pembentukan Panitia Persiapan Proklamasi
Kalimantan, dengan ketua H. Aberanie Sulaiman.
* 6 Februari : Pertempuran Pagatan di Tanah Bumbu.
* 14 Februari 1949 : pertempuran di Batu Tangga, Birayang, 2
orang pejuang gugur.
* 15 April 1949 : Pertempuran Batakan di Tanah Laut.
* 15 Mei 1949 : Perumusan teks proklamasi di Telaga Langsat,
dipimpin H. Aberanie Sulaiman.
* 16 Mei 1949 : penandatanganan teks proklamasi di Ni’ih
oleh Hassan Basry.
* 17 Mei 1949 : Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV
Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry (Pahlawan Nasional).
* 3 Juni 1949 : Pertempuran Serangan Umum Kota Tanjung di
Tabalong.
* 8 Agustus 1949 : Pertempuran Garis Demarkasi di Karang
Jawa.
* 2 September 1949 : perundingan antara TNI ALRI DIVISI (A)
yaitu Hasan Basri dengan Belanda diwakili Jenderal Mayor Suharjo dan UNCI
sebagai penengah di Munggu Raya, Kandangan.
* 2 September 1949 : pengakuan Angkatan Perang Republik
Indonesia terhadap TNI ALRI DIVISI (A) sebagai bagian dari angkatan perang dan
mengangkat Hasan Basri sebagai Komandan Batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
* 1 November 1949 : peleburan TNI ALRI DIVISI (A) ke
dalamTNI Angkatan Darat Divisi Lambung Mangkurat, dengan panglima Letkol Hasan
Basri dan Kepala Staf Mayor H. Aberani Sulaiman.
* 01 Juni 1950 : pembentukan Kabupaten Kotabaru.
* 29 Juni 1950 : Kepmendagri No. C/17/15/3 wilayah
Kalimantan dibagi menjadi 6 Kabupaten Administratif dan 3 Swapraja. Salah
satunya Afdeling Van Hoeloe Soengai dibentuk menjadi Kabupaten Hulu Sungai
dangan ibukota Kandangan.
* 14 Agustus 1950 : pembentukan Propinsi Kalimantan;
pembentukan Kabupaten Banjar.
* 14 Agustus 1950 – 1953 : masa Gubernur dr. Mordjani
* 2 Desember 1950 : pembentukan Kabupaten Hulu Sungai
Selatan, dengan Bupati Syarkawi.
* 2 Mei 1952 : Berdirinya Kabupaten Amuntai.
* 1953 – 1955 : masa Gubernur Mas Subardjo
* 14 Januari 1953 : Perubahan nama Kabupaten Amuntai menjadi
Kabupaten Hulu Sungai Utara.
* 14 Januari 1953 : Perubahan nama Kabupaten Amuntai menjadi
Kabupaten Hulu Sungai Utara.
* 2-3 September 1953 : musyawarah tokoh-tokoh untuk
pembentukan Kabupaten Barabai.
* 24 September 1953 : Wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan
Muhammad Seman, sebelumnya diasingkan di Cianjur.
* 11 Januari 1954 : turun gunungnya Bulan Jihad (sahabat
Ratu Zaleha) dari pedalaman Kalimantan.
* 4 April 1954 : pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten
Barabai di rumah Asisten Wedana Abdul Muis Ridhani, ditunjuk sebagai ketua
adalah A. Zaini.
* 1955 – 1957 : masa Gubernur Raden Tumenggung Arya Milono.
* 7 Desember 1956 : Terbentuknya provinsi Kalsel yaitu
gabungan dari Kotawaringin, Dayak Besar, Daerah Banjar dan Federasi Kalimantan
Tenggara. Belakangan Pasir (bagian Federasi Kalimantan Tenggara) bergabung ke
provinsi Kalimantan Timur.
* 1957 – 1959 : masa Gubernur Syarkawi
* 23 Mei 1957 : Wilayah Kotawaringin dan Dayak Besar
membentuk provinsi Kalimantan Tengah.
* 1958 : musyawarah masyarakat Tapin di Balai Rakyat
menghasilkan Badan Musyawarah Penuntut Kabupaten Tapin, yang diketuai H Isbat
* 15 Maret 1958 : pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten
Tabalong dengan ketua Juhri.
* 11 November 1958 : Pengangkatan kerangka Pangeran Antasari
untuk dimakamkan di Komplek Makam Pahlawan Perang Banjar di Banjarmasin.
* 1959 – 1963 : masa Gubernur Maksid.
* 24 Desember 1959 : pembentukan Kabupaten Hulu Sungai
Tengah.
* 4 Januari 1960 : pembentukan Kabupaten Barito Kuala.
* 22 Agustus 1960 : pembekuan kegiatan PKI dan ormasnya oleh
Kepala Penguasa Perang Daerah kalsel Brigjen Hasan Basri.
* 3 Juni 1961 : pembentukan Panitia Penuntutan Kabuapaten
Tanah Laut (Panitia 17), dengan ketua Soeparjan.
* 1-2 Juli 1961 : musyawarah besar Tanah Laut menghasilkan
pembentukan Panitia Penyalur Hasrat Rakyat Tuntutan Daswati II Tanah Laut yang
diketuai H. M. N. Manuar.
* 1963 – 1963 : masa Gubernur Abu Jahid Bustami.
* 1963 – 1968 : masa Gubernur Aberani Sulaiman.
* 30 November 1965 : pembentukan Kabupaten Tapin.
* 1 Desember 1965 : pembentukan Kabupaten Tabalong.
* 02 Desember 1965 : pembentukan Kabupaten Tanah Laut.
* 1968 – 1970 : masa Gubernur Jasmani.
* 23 Maret 1968 : pemberian Gelar Pahlawan Nasional untuk
Pangeran Antasari.
* 1970 – 1980 : masa gubernur Subarjo Sosroroyo.
* 15 Januari 1979 : wafatnya Ir. Pangeran M. Noor, Gubernur
Kalimantan pertama dimakamkan di Jakarta.
* 1980 – 1984 : masa Gubernur Mistar Cokrokusumo.
* 1984 – 1995 : masa Gubernur Ir. H.M. Said.
* 15 Juli 1984 : wafatnya Brigjen Hasan Basri, dimakamkan di
Liang Anggang, Banjarbaru
* 10 November 1991 : Peresmian Museum Wasaka oleh Gubernur
Kalsel Ir. H. Muhammad Said
* 23 Mei 1997 : Peristiwa Jumat Kelabu di Banjarmasin,
kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA (partai)
* 1995 – 2000 : masa Gubernur Gusti Hasan Aman.
* 2000 – 2005 : masa Gubernur Syahriel Darham.
* 20 April 2000 : pembentukan kota Banjarbaru.
* 3 November 2001 : pemberian gelar Pahlawan kemerdekaan
untuk Brigjen Hasan Basri.
* 8 April 2006 : pembentukan Kabupaten Balangan dan Tanah
Bumbu.
* 2005 – 2010 : masa Gubernur Rudy Ariffin.
Sultan Adam |
Silsilah Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar adalah nama lain dari sebutan Kerajaan
Banjarmasin atau Kesultanan Banjar. Kerajaan Banjar menurut M. Idwar Saleh
(1981/1982) berdiri pada tanggal 24 September 1526 sebagai sebuah kerajaan
Islam. Sebelum kerajaan ini berdiri, di Kalimantan Selatan sudah ada kerajaan
lainnya yang bercorak sebagai negara suku yakni Nan Sarunai dan Tanjung Pura
dan negara awal yakni Negara Dipa dan Negara Daha.
Kerajaan Tanjung Pura dan Nan Sarunai dapat dijelaskan
sebagai negara yang rakyatnya melulu dari satu etnik (terutama etnik Maanyan)
dan tatanannya diatur oleh tradisi yang ditransformasikan dari nenek moyang ke
generasi berikutnya. Sedangkan negara awal merupakan suatu bentuk kerajaan
transisi dari negara negara suku ke negara yang tatanan pemerintahannya yang
lebih fomal atau teratur. Kerajaan Negara Dipa dan Negara Daha berperan dalam
sejarah pembentukan Kerajaan Banjar di kemudian hari, karena silsilah raja-raja
Banjar dapat ditelusuri atau berasal dari keturunan raja-raja Negara Dipa dan
Negara Daha. Pada masa puncak kejayaannya, Kesultanan Banjar memiliki kekuasaan
teritorial yang sangat luas, yakni meliputi wilayah Kalimantan Selatan dan
Tengah dan bahkan pengaruhnya sampai ke sebagian wilayah Kalimantan Timur dan
Kalimantan Barat saat sekarang.
Dalam buku Sejarah Banjar (Ideham, dkk. editor, 2003) disebutkan
bahwa sejak berdirinya kerajaan Banjar pada 24 September 1526 sampai
berakhirnya perang Banjar yang juga berakhirnya pemerintahan Pegustian sebagai
penerus kerajaan Banjar tahun 1905, terdapat 19 orang raja yang pernah
berkuasa. Sultan pertama adalah Sultan Suriansyah (1526-1545), raja pertama
yang memeluk agama Islam, dan raja terakhir adalah Sultan Mohammad Seman yang
meninggal dalam pertempuran melawan Belanda di Menawing – Puruk Cahu dalam
tahun 1905. Kerajaan Banjar runtuh sebagai akibat kalah perang dalam Perang
Banjar (1859-1905), yang merupakan perang menghadapi kolonialisme Belanda.
Sultan Suriansyah sebagai sebagai raja pertama berkeraton di Kuwin Utara
sekarang yang dahulu sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan,
sedangkan raja terakhir Sultan Mohammad Seman berkeraton di Menawing-Puruk Cahu
sebagai pusat pemerintahan pelarian dalam rangka menyusun kekuatan untuk
melawan kolonialisme Belanda.
Raja-Raja Banjar sejak berdirinya kerajaan Banjar sampai
lenyapnya pemerintahan Pegustian di Menawing, adalah sebagai berikut :
1) Periode
tahun 1526 – 1545: Pangeran Samudera, selanjutnya bergelar Sultan Suriansyah.
2) Periode
tahun 1545 – 1570: Sultan Rahmatullah.
3) Periode
tahun 1570 – 1595: Sultan Hidayatullah.
4) Periode
tahun 1595 – 1620: Sultan Mustain Billah, Marhum Panembahan, yang dikenal
sebagai Pangeran Kacil. Sultan inilah yang memindahkan keraton ke Kayutangi
Martapura, karena keraton di Kuwin hancur di serang Belanda pada tahun 1612.
5) Periode
tahun 1620 – 1637: Ratu Agung bin Marhum Panembahan yang bergelar Sultan
Inayatullah.
6) Periode
tahun 1637 – 1642: Ratu Anum bergelar Sultan Saidullah.
7) Periode
tahun 1642 – 1660: Adipati Halid (Pangeran Tapesana).
8) Periode tahun 1660 – 1663: Amirullah Bagus Kesuma
memegang kekuasaan, 1663.
9) Periode
tahun 1663 – 1679: Pangeran Adipati Anum setelah merebut kekuasaan dari
Amirullah Bagus Kesuma dan memindahkan keraton ke Banjarmasin bergelar Sultan
Agung.
10) Periode
tahun 1680 – 1700: Amirullah Bagus Kesuma.
11) Periode
tahun 1700 – 1734: Sultan Hamidullah gelar Sultan Kuning.
12) Periode
tahun 1734 – 1759: Pangeran Tamjid bin Sultan Amirullah Bagus Kesuma bergelar
Sultan Tamjidillah.
13) Periode
tahun 1759 – 1761: Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah bin Sultan Kuning.
14) Periode
tahun 1761 – 1801: Pangeran Nata Dilaga sebagai wali putera Sultan Muhammad
Aliuddin yang belum dewasa tetapi memegang pemerintahan dan bergelar Sultan
Tahmidullah.
15) Periode
tahun 1801 – 1825: Sultan Suleman Almutamidullah bin Sultan Tahmidullah.
16) Periode
tahun 1825 – 1857: Sultan Adam Al Wasik Billah bin Sultan Suleman.
17) Periode
tahun 1857 – 1859: Pangeran Tamjidillah.
18) Periode
tahun 1859 – 1862: Pangeran Antasari yang bergelar Panembahan Amir Oeddin
Khalifatul Mu’mina.
19) Periode
tahun 1862 – 1905: Sultan Muhammad Seman.
Source : banuadayak
No comments:
Post a Comment