Sunday 14 April 2019

Makam Putri 7 Bintan Bukti Besarnya Kerajaan Melayu

Makam Putri 7 Bintan Bukti Besarnya Kerajaan Melayu


Sejarah kebudayaan melayu dan peninggalan-peninggalan sejarah melayu di Bintan banyak dijumpai. Tak mengherankan apabila Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau terkenal dengan kebudayaan melayunya. Banyak peninggalan sejarah di tanah bunda melayu ini bisa dijumpai. Tokoh masyarakat lokal maupun sejarawan menyatakan bahwa Kabupaten Bintan merupakan awal dari sejarah Kerajaan Melayu yang menyebar hingga Malaka. 

Bahkan sebagian lagi berpendapat, Kerajaan Kota Kara Bintan merupakan akhir dari peradaban Sultan Mahmud Malaka. Bahkan sejumlah nama seperti Hang Tuah dan Hang Jebat maupun Hang Nadim bahkan yang terdahulu Laksamana Bintan disebut-sebut sebagai keturunan sultan dari Pulau Bintan. 

Selain itu ada Salah satunya makam keramat yang berada di RT 05/RW 03 Bukit Batu Desa Bintan Buyu, Kecamatan Teluk Bintan ini menjadi bukti kerajaan melayu. Makam Bukit Batu ini terdapat 7 makam putri, namun yang dapat kita lihat dengan mata biasa hanyalah enam. Satu makam tersebut  hanya dapat dilihat oleh orang yang mempunyai mata batin. Dan memang belum ada seorang pun warga  sal Bukit Batu dapat melihat makam tersebut. Makam keramat ini diketahui bernama Makam Datuk Wan Pok atau Wan empuk Makam Wan Melani, Makam Permaisuri Bintan, Makam Dang Sri Beni, Makam Tok Telani dan Makam Tok Kelaun (Hile) Menurut catatan sejarah Wan Pok (Wan Empuk, Wan Malini adalah dua orang perempuan yang berasal dari bukit Siguntang Mahameru Palembang. Mereka mengikuti suaminya Nila Pahlawan dan Krisna Pendeta, kerabat Sang Sapurba dan Demang Lebar Daun. 

Mereka itu adalah kelompok penguasa dari kerajaan Sriwijaya yang hijrah ke Bintan pada kurun waktu abad ke 12 M. Tok Telani adalah putra Demang Lebar Daun yang memangku jabatan di Bintan, setelah Raja Bintan membuka negeri baru di Tumasek. Sementara itu, nama tokoh Wan Sri Beni adalah putrid yang berasal dari Pulau Bintan yang kawin dengan Sang Nila Utama putra Sang Sapurba yang dijadikan raja di Bintan. Sang Nila Utama kemudian membuka negeri Tumasek dan bergelar Sri Tri Buana yang mempunyai makna cahaya tiga benua yang dimaksudkan tiga benua adalah Palembang, Bintan dan Tumasek. 

Kemudian bundanya adalah seorang Raja perempuan atau permaisuri yang pernah memerintah di Pulau Bintan, sebelum kedatangan pangeran dari Sriwijaya. Tok Hile atau Datok Hilir adalah kerabat dekat permaisuri Raja Bintan yang membantu Raja Perempuan itu menjalankan pemerintahannya. 

Di daerah makam tersebut hingga saat ini masih sering dilakukan upacara atau ziarah yang dilakukan oleh masyarakat setempat dan sering pula diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat dari luar daerah Bintan bahkan hingga dari luar negeri seperti Malaysia dan Singapura yang ritun berkunjung menziarahi makam tersebut. Bahkan pada setiap tanggal 27 rajab, bersamaan dengan peringatan hari isra’ mi’raj masyarakat Bintan menyelenggarakan upacara selamatan yang dipusatkan di komplek makam Bukit Batu. 

Makam tersebut memiliki ukuran panjang dan lebar 12 meter sedangkan tingginya 1,5 meter. di makam ini ada juru kunci yang menjaga makam tersebut,  bernama Atan. Menurut keterangan juru kunci ini, makam bukit Batu ini sering didatangi pengunjung dengan berbagai macam permintaan. Dari permintaan baik maupun tidak baik. Anehnya lagi permintaan ini sering dikabulkan. “Semua itu tergantung kepada kepercayaan kita masing-masing, Pengunjung yang meminta-minta datang dari berbagai daerah, tidak hanya orang Indonesia,bahkan orang Mancanegara, pengunjung yang datang malam-malam saya kira kedatangannya pun untuk meminta sesuatu,” ujarnya. 

Menurut cerita Atan, Setiap tanggal 27 Rajab tanggal sering diadakan acara yang sudah menjadi tradisi masyarakat di Bukit Batu. Biasanya acara tersebut dalam bentuk wujud syukur dan sekaligus mengikat tali silaturahmi. Setiap warga yang datang ke makam ini  membawa satu piring pulut kuning "Hal ini dilakukan atas wujud syukur dan mengikat tali silaturahmi sesama warga Bukit Batu. 

Ada membawa satu biji telur dan satu piring pulut kuning," cerita Atan. Acara yang dilakukan tiap tahun itu tidak hanya diikuti warga Bukit Batu, Namun kegiatan ini kerap diikuti warga  Mancanegara Pun yang datang Bintan.

Sumber : kompasiana

No comments:

Post a Comment