Sunday, 14 April 2019

Wisata Sejarah Tanjungpinang

Wisata Sejarah Tanjungpinang

Tanjungpinang kota bersejarah. Kota ini pernah menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Riau-Lingga, Pernah menjadi ibukota Provinsi Riau sebelum dipindahkan ke Pekanbaru, dan setelah itu menjadi ibukota Kabupaten Riau Kepulauan, dan kini menjadi ibukota Provinsi Kepulauan Riau.

Tanjungpinang juga merupakan tempat asalnya bahasa Indonesia yang cikal bakalnya berasal dari bahasa Melayu di pulau Penyengat.

Tanjungpinang memang layak dijadikan kota tujuan wisata sejarah, religi dan budaya. Jejak-jejak sejarah dan kebudayaan Melayu, tersebar di beberapa tempat di kota ini. Antara lain, Monumen Raja Haji Fisabilillah, Mesjid Raya Sultan Riau, Komplek Makam Engku Putri Hamidah, Komplek Makam Raja Haji Fisabilillah, Komplek Makam Raja Ja'afar, Istana Raja Ali, Makam Raja Abdulrahman, Benteng Pertahanan Bukit Kursi, Makam Daeng Marewah, Makam Daeng Celak, Komplek makam Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah dan Situs istana kota Raja atau Kota Lama.

Kota Tanjungpinang tanggal 6 Januari 2018 sudah berusia 234 tahun. Hari jadi Tanjungpinang ini, diperingati dari peristiwa bersejarah dan heroik, saat pasukan Raja Haji Fisabillillah, melawan Belanda. Dengan catatan sejarah yang kaya dan panjang, Tanjungpinang layak menjadi kota tujuan wisata sejarah. Sebab, di ulu Riau atau Sungai Carang inilah nama Riau bermula.

Jejak Sejarah Sungai Carang mulai ditoreh tiga abad silam antara tahun 1672 hingga 1784. Sungai Carang dan Hulu Riau, Tanjung-pinang, adalah ‘jantung’ sejarah dan menjadi pusat emporium dagang dan kejayaan Melayu.  Dalam hikayat negeri Johor, Laksamana Johor Tun Abdul Jamil membangun sebuah negeri setelah ditititahkan oleh Sultan Abdul Jalil Syah, Sultan Johor (1623-1677) yang bersemayam di Pahang, untuk membuat sebuah negeri di Pulau Bintan.Negeri baru yang terletak di Sungai Carang Pulau Bintan itulah yang disebut Riau.

Laksamana Tun Abdul Jamil tidak hanya berhasil membangun kelengkapan untuk menjadikannya benteng pertahanan dengan kelengkapan kapal perang, tapi juga bandar dagang dan ibukota baru Kerajaan Johor pewaris kebesaran Melaka.

Jejak-jejak sejarah itu tersebar sejak dari Sungai Baharu, Kota Lama, Kota Piring, Sungai Timun, Batangan, Kampung Melayu, Sungai Payung, Bukit Galang, Sungai Galang, Pulau Biram Dewa atau Kota Piring, Sungai Pulai, Tanjung Unggat, Anak Kuda Pasir, Sungai Terusan atau Terusan Riau, Pulau Bayan, Kampung Bugis, hingga ke Tanjungpinang, Tanjung Buntung, Teluk Keriting Senggrang, dan Pulau Penyengat yang terletak di muaranya. Selain itu, aliran sejarah yang menghilir dari Sungai Carang itu sesungghnya juga telah menciptakan Tanjungpinang.

Sejak tiga abad silam, Sungai Carang di Hulu Riau serta Tanjungpinang, tidak hanya berperan sebagai pusat emporium dagang, tapi juga menjadi tempat istana-istana megah berdiri pada zaman.Yang Dipertuan Muda Daeng Kemboja membangun istana megah dari batu karang yang ditumbuk bernama Pangkalanrama di sebelah kiri mudik ke hulu Sungai Riau.

Sebuah peta lama milik Belanda di Tanjungpinang Pulau Bintan tahun 1880, Figuratieve kaart van de Nederlandsche Bezitting op het Eiland Bintang yang kini disimpan perpustakaan KITLV di Leiden, Pangkalanrama disebut juga Oud Riouw of Pangkalangrama, Riau Lama atau Pangkalanrama.

Setelah Yang Dipertuan Muda Riau II, Daeng Kemboja, mangkat dalam usia 80 tahun pada 1777, maka pangkat itu kemudian diamanahkan kepada keponakannya, Raja Haji Ibni Daeng Celak Yang Dipertuan Muda Riau III yang ketika itu berada di Pahang. Dari Pahang, Raja Haji Yang Dipertuan Muda Riau IV kembali ke Riau di Sungai Carang.


Kembalinya Raja Haji menandai babak baru dalam jejak-jejak sejarah di Sungai  Carang. Sejak saat itu, Negeri Riau sekali lagi mencapai puncak kemakmurannya sebagai bandar dagang di Selat Melaka.Raja Haji juga membangun istana dengan sebuah balairung berdidinding cermin di Pulau Biram Dewa. Istana itu dikelilingi dengan pagar tembok atau kota dari batu karang ditumbuk yang kemudian ditatah dengan pinggan dan piring serta berhiaskan bocong pada bagian atasnya. Itulah pangkal mula Pulau Biram Dewa masyhur dengan sebutan  Kota Piring.***

Sumber :wisatabatam

No comments:

Post a Comment