MAKALAH SEJARAH KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI KALIMANTAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat-Nyalah, makalah yang berjudul “Sejarah Kerajaan-Kerajaan
islam di Kalimantan” dapat terselesaikan sesuai waktu yang disediakan. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Guru Pengajar
2. Orang tua
penulis yang mendukung penulis secara moral maupun materiil.
3.
Teman-teman yang telah mendukung
terselesaikannya penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya masukan baik itu saran ataupun
kritik yang bersifat membangun, serta bimbingan lebih lanjut yang sifatnya
membangun dari semua pihak demi sempurnanya makalah ini.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan
makalah ini terdapat kesalahan baik itu penulisan maupun penyusunan yang telah
penulis lakukan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR
ISI............................................................................................
1. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.........................................................................
B.
Tujuan......................................................................................
C. Rumusan
Masalah...................................................................
2. PEMBAHASAN
A. Awal Mula Kerajaan
Islam di Kalimantan................................
B.
Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan..................................
C. Peta Penyebaran
Kerajaan Islam di Kalimantan.....................
3. PENUTUP
A.
Kesimpulan..............................................................................
B.
Saran.......................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada waktu islam berkembang diseluruh kepulauan Indonesia,
Kerajaan majapahit yang beragama hindu diperintah oleh Brawija putera Angka
Wijaya. Kerajaan tersebut kemudian mengalami keruntuhan, dan raja yang
merobohkan kerajaan Majapahit ialah Raden Patah dengan delapan menterinya Yaitu sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Drajat,
Sunan Gunung Jati. Sunan Kudus, Ngundung Dan Sunan Demak. Mulai itulah agama
islam disebar diseluruh Indonesia dan salah satunya ialah Kalimatan.
Di Kalimantan awalnya banyak berdiri kerajaan-kerajaan
Hindu-Budha. Namun, karena penyebaran agama Islam yang mulai pesat dan luas
hingga merambah ke daerah Kalimantan, maka banyak muncul Kerajaan-kerajaan
Islam yang mulai berdiri. Entah karena Kerajaan Hindu-Budha yang beralih
memeluk agama Islam, atau juga kerajaan-kerajaan yang telah berhasil ditaklukan
dan mendirikan Kerajaan Islam sendiri.
Beberapa Kerajaan Islam yang ada di Kalimantan diantaranya
ialah Kesultanan Pasir, Kesultanan Sambas, Kesultanan Banjar, Kesultanan
Kartanegara dan lainnya. Oleh sebab itu hal inilah yang melatar belakangi
penulis untuk mengambil judul Sejarah kerajaan Islam yang ada di Kalimantan,
Khususnya Kalimantan Selatan.
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas yang
telah diberikan oleh guru pengajar. Selain itu pembuatan makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu serta pengetahuan tentang sejarah
kerajaan-Kerajaan Islam yang ada di Kalimantan.
C. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini diantaranya
ialah :
1. Bagaimana awal mulanya Kerajaan Islam di
Kalimantan?
2. Kerajaan-Kerajaan apa saja yang bercorak
Islam di Kalimantan?
3. Peta Penyebaran Kerajaan Islam di Kalimantan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal Mula
Kerajaan Islam di Kalimantan
Kerajaan Islam di Kalimantan awal mulanya terjadi karena
Kerajaan Hindu berperang dengan kerajaan Islam, tetapi akhirnya kerajaan hindu
menyerah diantaranya kerajaan hindu di Candi Laras dan Candi Agung di Tanjung
Pura. Sebagian rakyat memeluk agama Islam termasuk sebagian rakyat dayak
di pantai-pantai. Rakyat dayak yang telah masuk Islam , ialah yang sering
disebut sebagai dayak melayu, yang
kebanyakkan di kuala kapuas, tumpung laung (barito) dan beberapa kampung
melayu, sebenarnya mereka tetap suku dayak , hanya sudah memeluk agama islam.
Pangeran Samudra (suriansyah) pernah meminta seorang puteri
bernama Biang Lawai untuk dijadikan istri. Biang Lawai, adalah adik Patih
Dadar, Patih Muhur, dan mengijin perkawinan, hanya dengan perjanjian tidak akan
di Islamkan. Mula-mula oleh Pangeran Samudra, disanggupi, tetapi sesudah sampai
istana, putri itu dikabarkan diislamkan. Kabar tersebut sampai kepada Patih
Muhur bersaudara, menimbulkan amarah Patih Rumbih dari Kahayan , Patih Muhur
dari Bakumpai (barito) ilmu gaib,
berhasil merampas saudaranya kembali, Biang Lawai, dari istana sultan dan
dibawanya ke Sungai katan.
Pangeran samudra memerintah balatentaranya untuk mencari
perempuan tersebutdipedelaman. Tetapi karena balatentara patihn muhur sangat
hebat, maka mundur lah balatentara sultan.
Patih muhur dan patih
rumbih mundur dan membuat pertahanandi taliu dikampung tundai. Sesudah itu
mereka mundur lagi membuat pertahanan didanau karam bersebrangan dengan negeri
goha kahayan. Mereka menyebrangi danau tersebut dan dipasang dundang, bambu
yang diruncingkan dibawah jembatans ehingga
sewktu-wktu jembatan tersebut dapat diputuskan jika balatentara sultan
lewatatas jembatan dan luka-luka terkena
bambu yang diruncingkan dibawahnya. Perahu-perahu mereka dapat dirampas oleh patih rumbih ditengelamkan . sekarang
tempat tersebut dinamai berayar yang artinay “berlayar”.
Diantara tempat pertempuran-pertempuran tersebut dengan
bentengnya ialah sungai muhur (barito), parabingan, (pangkoh) bukit rawi, tewang
pajagen, tewah, hulu kaspuas dan lain-lain.
Tentang tersebarnya agama islam dari banten kedaerah kalimantan dapat kita baca artikel
kerajaan islam dari banten di karang an R. Muchtadi dalam almanak muhamadyah
1357 H (1938) hlm. 166 dan 169, antara lain ditulis : aliudin sultan banten
bergelar abu mufakir muhamad aliudin, dia beramah tamah dengan kompeni, dan
mendapat kebebasan sisa utang kerajaan banten sebanyak 60.000 ringgit, bekas
menempuh landak (tahun 1698 ditentukan , bahwa landak dan sukadana diserahkan
pada kompeni. Daerah pantai barat kalimantan diperintah oleh sultan abdurahman
yang mendirikan kota pontianak.
Sultan muhamad aliudin hanya berputera seorang saja dan
meninggal ketika masih kanak-kanak tahun1786. Sultan zainal abidin dari banten
memasuki landak, matan. Tahun 1699. Kapal kompeni /VOC dan 75 pecalang banten
berlayar kesukadana diperintahkan oleh sultan agung (pangeran agung), keponakan
sultan banten yang bergelar panebahan.
Sultan landak didibantu oleh orang bugis dapat merebut
kembali daerahnaya sehingga panebahan dapat dipukul mundur , dengan
keluarganya melarikan diri ke anyer (banten). Landak dipegaruhi selama 80
tahun (1699-1778).
B. Kerajaan-Kerajaan
Islam di Kalimantan
Adapun Kerajaan-Kerajaan Islam yang ada di Kalimantan yaitu
:
1. Kesultanan Pasir
Dahulunya rakyat dayak pasir, diperintahkan oleh
kepala-kepala dari rakyat dayak sendiri . ada seorang kepala suku dayak yang
sangat berpengaruh , yang bernama tamanggung tokio, mengusulkan agar didaerah
daerah dikepali oleh sorang kepala suku dan untuk itu diminta sultan yang dekat
tempat tinggalnya. Mereka telah berangkat
dengan perahu yang penuh bermuatan emas
dan perak, yang dianugrahkan kepada nya kepada raja yang baru , mereka
telah pergi ke utara dan selatan, tetapi tak ada mendapat seorangpun yang dipandang cakap. Tamanggung
tokio sangatlah sedih sampai tidak minum dan makan , kemudian dalam mimpinya ia
melihat seorang tua yang berkata kepadanya:
Untuk mendapat raja, baiklah engkau pergi kelaut, dan disitu
engkau memperoleh sepotong bambu, yang ruasnya
tarapung apung dilaut ambilah
bambu itu, dan bungkuslah dengan sutra kuning, karena didalam bambu itu ada
sebutir telur yang harus dirabun diberi asap dupa, menyan dan garu. Dan dari
telur itu nanti akan dilahirkan seorang raja perempuan.
Pada esokkan harinya sesudah dia bangun, tamanggung tokio
menuruti pesan perempuan dalam mimpinya . sesudah 3 hari 3 malam telur itu
didupakan, maka terbelah dua lah buluh itu dan dari telur itu pecah pula dan
dilahirkan seorang bayi puteriyang cantik jelita. Anak itu sama sekali tidak
mampu menyusu, setelah berusaha dapatlah ia diberi makanan dengan susu kerbau
putih: lambat laun menjadi akil balig.
Puteri inilah yang diangkat jadi raja *(ratu pasir) , dan
waktu ia berumur 15 tahun ia telah
dinikahnkan , tetapi malang sekali ia tidak mendapat keturunan sihingga harus
diceraikan beberapa kali.
Seterusnya sesudah kawin yang ketujuh kali , belum juga
mempunyai anak, kebetulan datang lah seorang arab dari jawa (gresik), terus
dikawin kan dengan sang puteri . orang yang dari gresik tersebut dicarinya
dukun agar membuang sari bambu yang ada pada sang puteri sehingga bisa
melahirkan 2 puteri dan satu putera. Puetri yang tertua dikawinkan dengan
seorang arab yang membawa agama islam
dipasir (1600). Yang putera sesudah ibunda mangkat, mengantikan duduk
disingasana. Inilah cerita ringkas dari raja pasir, yang berasal dari sebutir
telur dan bersuamikan putera arab dari jawa.
2. Kesultanan Banjar
Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin (berdiri 1520,
masuk Islam 24 September 1526, dihapuskan Belanda 11 Juni 1860, pemerintahan
darurat/pelarian berakhir 24 Januari 1905) adalah sebuah kesultanan wilayahnya
saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kesultanan
ini semula beribukota di Banjarmasin kemudian dipindahkan ke Martapura dan
sekitarnya (kabupaten Banjar). Ketika beribukota di Martapura disebut juga
Kerajaan Kayu Tangi.
Ketika ibukotanya masih di Banjarmasin, maka kesultanan ini
disebut Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan penerus dari
Kerajaan Negara Daha yaitu kerajaan Hindu yang beribukota di kota Negara,
sekarang merupakan ibukota kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan.
3. Kesultanan Kota
Waringin
Kerajaan Kotawaringin adalah sebuah kerajaan Islam
(kepangeranan cabang Kesultanan Banjar) di wilayah yang menjadi Kabupaten
Kotawaringin Barat saat ini di Kalimantan Tengah yang menurut catatan istana
al-Nursari (terletak di Kotawaringin Lama) didirikan pada tahun 1615 atau 1530,
dan Belanda pertama kali melakukan kontrak dengan Kotawaringin pada 1637, tahun
ini dianggap sebagai tahun berdirinya sesuai dengan Hikayat Banjar dan
Kotawaringin (Hikayat Banjar versi I) yang bagian terakhirnya saja ditulis
tahun 1663 dan di antara isinya tentang berdirinya Kerajaan Kotawaringin pada
masa Sultan Mustain Billah. Pada mulanya Kotawaringin merupakan keadipatian
yang dipimpin oleh Dipati Ngganding.
Kerajaan Pagatan (1750). Kerajaan Pagatan (1775-1908) adalah
salah satu kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Tanah Kusan atau daerah
aliran sungai Kusan, sekarang wilayah ini termasuk dalam wilayah Kabupaten
Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Wilayah Tanah Kusan bertetangga dengan wilayah
kerajaan Tanah Bumbu (yang terdiri atas negeri-negeri: Batu Licin, Cantung,
Buntar Laut, Bangkalaan, Tjingal, Manunggul, Sampanahan).
4. Kesultanan
Pontianak
Kerajaan-kerajaan yang terletak di daerah Kalimantan Barat
antara lain Tanjungpura dan Lawe. Kedua kerajaan tersebut pernah diberitakan
Tome Pires (1512-1551). Tanjungpura dan Lawe menurut berita musafir Portugis
sudah mempunyai kegiatan dalam perdagangan baik dengan Malaka dan Jawa, bahkan
kedua daerah yang diperintah oleh Pate atau mungkin adipati kesemuanya tunduk
kepada kerajaan di Jawa yang diperintah Pati Unus. Tanjungpura dan Lawe (daerah
Sukadana) menghasilkan komoditi seperti emas, berlian, padi, dan banyak bahan
makanan. Banyak barang dagangan dari Malaka yang dimasukkan ke daerah itu,
demikian pula jenis pakaian dari Bengal dan Keling yang berwarna merah dan
hitam dengan harga yang mahal dan yang murah. Pada abad ke-17 kedua kerajaan
itu telah berada di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Mataram terutama dalam
upaya perluasan politik dalam menghadapi ekspansi politik VOC.
Demikian pula Kotawaringin yang kini sudah termasuk wilayah
Kalimantan Barat pada masa Kerajaan Banjar juga sudah masuk dalam pengaruh
Mataram, sekurang-kurangnya sejak abad ke-16. Meskipun kita tidak mengetahui
dengan pasti kehadiran Islam di Pontianak, konon ada pemberitaan bahwa sekitar
abad ke-18 atau 1720 ada rombongan pendakwah dari Tarim (Hadramaut) yang di
antaranya dating ke daerah Kalimantan Barat untuk mengajarkan membaca al-
Qur’an, ilmu fikih, dan ilmu hadis. Mereka di antaranya Syarif Idrus bersama
anak buahnya pergi ke Mampawah, tetapi kemudian menelusuri sungai ke arah laut
memasuki Kapuas Kecil sampailah ke suatu tempat yang menjadi cikal bakal kota
Pontianak. Syarif Idrus kemudian diangkat menjadi pimpinan utama masyarakat di
tempat itu dengan gelar Syarif Idrus ibn Abdurrahman al-Aydrus yang kemudian
memindahkan kota dengan pembuatan benteng atau kubu dari kayu-kayuan untuk
pertahanan. Sejak itu Syarif Idrus ibn Abdurrahman al-Aydrus dikenal sebagai
Raja Kubu. Daerah itu mengalami kemajuan di bidang perdagangan dan keagamaan,
sehingga banyak para pedagang yang berdatangan dari berbagai negeri.
5. Kesultanan
Sambas
Kesultanan Sambas adalah kesultanan yang terletak di wilayah
pesisir utara Propinsi Kalimantan Barat atau wilayah barat laut Pulau Borneo
(Kalimantan)dengan pusat pemerintahannya adalah di Kota Sambas sekarang.
Kesultanan Sambas adalah penerus dari kerajaan-kerajaan Sambas sebelumnya.
Kerajaan yang bernama Sambas di Pulau Borneo atau Kalimantan ini telah ada paling
tidak sebelum abad ke-14 M sebagaimana yang tercantum dalam Kitab Negara
Kertagama karya Prapanca. Pada masa itu Rajanya mempunyai gelaran
"Nek" yaitu salah satunya bernama Nek Riuh. Setelah masa Nek Riuh,
pada sekitar abad ke-15 M muncul pemerintahan Raja yang bernama Tan Unggal yang
terkenal sangat kejam. Karena kekejamannya ini Raja Tan Unggal kemudian
dikudeta oleh rakyat dan setelah itu selama puluhan tahun rakyat di wilayah
Sungai Sambas ini tidak mau mengangkat Raja lagi. Pada masa kekosongan pemerintahan
di wilayah Sungai Sambas inilah kemudian pada awal abad ke-16 M (1530 M) datang
serombongan besar Bangsawan Jawa (sekitar lebih dari 500 orang) yang
diperkirakan adalah Bangsawan Majapahit yang masih hindu melarikan diri dari
Pulau Jawa (Jawa bagian timur) karena ditumpas oleh pasukan Kesultanan Demak
dibawah Sultan Demak ke-3 yaitu Sultan Trenggono.
6. Kesultanan
Kartanegara
Kesultanan Kutai atau lebih lengkap disebut Kesultanan Kutai
Kartanegara ing Martadipura (Martapura) merupakan kesultanan bercorak Islam
yang berdiri pada tahun 1300 oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti di Kutai Lama dan
berakhir pada 1960. Kemudian pada tahun 2001 kembali eksis di Kalimantan Timur
setelah dihidupkan lagi oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai upaya
untuk melestarikan budaya dan adat Kutai Keraton. Dihidupkannya kembali
Kesultanan Kutai ditandai dengan dinobatkannya sang pewaris tahta yakni putera
mahkota Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat menjadi Sultan Kutai
Kartanegara ing Martadipura dengan gelar H. Adji Mohamad Salehoeddin II pada
tanggal 22 September 2001.
7. Kesultanan Berau
Kesultanan Berau adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri
di wilayah Kabupaten Berau sekarang ini. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-14
dengan raja pertama yang memerintah bernama Baddit Dipattung dengan gelar Aji
Raden Suryanata Kesuma dan istrinya bernama Baddit Kurindan dengan gelar Aji
Permaisuri. Pusat pemerintahannya berada di Sungai Lati, Kecamatan Gunung
Tabur.[3] Sejarahnya kemudian pada keturunan ke-13, Kesultanan Berau terpisah
menjadi dua yaitu Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan Sambaliung.Menurut
Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam
zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal
van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8.
8. Kesultanan
Sambaliung
Kesultanan Sambaliung adalah kesultanan hasil dari pemecahan
Kesultanan Berau, dimana Berau dipecah menjadi dua, yaitu Sambaliung dan Gunung
Tabur pada sekitar tahun 1810-an. Sultan Sambaliung pertama adalah Sultan
Alimuddin yang lebih dikenal dengan nama Raja Alam. Raja Alam adalah keturunan
dari Baddit Dipattung atau yang lebih dikenal dengan Aji Suryanata Kesuma raja
Berau pertama. Sampai dengan generasi ke-9, yakni Aji Dilayas. Aji Dilayas
mempunyai dua anak yang berlainan ibu. Yang satu bernama Pangeran Tua dan
satunya lagi bernama Pangeran Dipati. Kemudian, kerajaan Berau diperintah
secara bergantian antara keturunan Pangeran Tua dan Pangeran Dipati (hal inilah
yang membuat terjadinya perbedaan pendapat yang bahkan kadang-kadang
menimbulkan insiden). Raja Alam adalah cucu dari Sultan Hasanuddin dan cicit
dari Pangeran Tua, atau generasi ke-13 dari Aji Surya Nata Kesuma. Raja Alam
adalah sultan pertama di Tanjung Batu Putih, yang mendirikan ibukota
kerajaannya di Tanjung pada tahun 1810. (Tanjung Batu Putih kemudian menjadi
kerajaan Sambaliung).
9. Kerajaan Tidung
Kerajaan Tidung atau dikenal pula dengan nama Kerajaan
Tarakan (Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah Suku Tidung di utara
Kalimantan Timur, yang berkedudukan di Pulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu.
10. Kesultanan
Bulungan
Kesultanan Bulungan atau Bulongan adalah kesultanan yang
pernah menguasai wilayah pesisir Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau,
Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan sekarang. Kesultanan ini berdiri pada tahun
1731, dengan raja pertama bernama Wira Amir gelar Amiril Mukminin (1731–1777),
dan Raja Kesultanan Bulungan yang terakhir atau ke-13 adalah Datuk Tiras gelar
Sultan Maulana Muhammad Djalalluddin (1931-1958).
C. Peta Penyebaran
Kerajaan Islam di Kalimantan
Penyebaran Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan dapat
dilihat pada gambar peta di bawah ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa awal
mulanya Kerajaan Islam di Kalimantan terjadi karena Kerajaan-Kerajaan
Hindu-Budha dapat ditaklukkan oleh kerajaan Islam sehingga agama Islam menyebar
hingga ke seluruh Nusantara, salah satunya Kalimantan. Di Kalimantan, Kerajaan
Islam juga menyebar akibat kekalah Kerajaan Hindu-Budha yang kemudian
digantikan oleh Kerajaan Islam. Salah satu Pangeran yang berjasa dalam
penyebaran Kerajaan Islam di Kalimantan Ialah Pangeran samudera. Hal itu
terjadi karena pangeran Samudera menikahi seorang Puteri dari Kerajaan
Hindu-Budha yang kemudian diIslamkanoleh Pengeran samudera dan hal itu
mengakibatkan kemarahan dari saudara-saudara sang Puteri dan mengakibatkan
terjadi perperangan dan pertumpahan darah. Dari sanalah kemudian muncul
kerajaan-kerajaan Islam yang tersebar akibat kekalah kerajaan Hind-Budha
tersebut.
Adapun Kerajaan-Kerajaan Islam yang ada di Kalimantan yaitu
Kesultanan Pasir, Kesultanan Banjar, Kesultanan Kota Waringin, Kesultanan
Beruk, Kesultanan Pontianak, Kerajaan Tidung, Kesultanan Sambas, Kesultanan
Kertanegara, Kesultanan Sambaliung, Kesultanan Bulungan.
B. Saran
Setelah beberapa paparan dan kesimpulan yang dijabarkan,
saran yang dapat penulis sampaikan yaitu semoga dengan mengetahui sejarah
perkembangan Islam di Kalimantan kita dapat menghormati dan menghargai hasil
jerih payah mereka dalam menegakkan Islam di daerah Kalimantan walaupun harus
berkorban nyawa dalam memerangi kerajaan Hindu-Budha yang pernah menguasai
daerah-daerah di Kalimantan.
DAFTAR PUSTAKA
Wildian, Anggita. 2014. Sejarah Kerajaan-Kerajaan Islam di
Kalimantan. http://anggitwildian.blogspot.co.id/2014/03/sejarah-kerajan-kerajaan-islam-di.html
. Diakses tanggal 14 November 2015 pukul 10.00 Wita.
Anonim. 2015. Kerajaan-Kerajaan Islam di
Kalimantan.http://www.gurusejarah.com/2015/01/kerajaan-kerajaan-islam-di-kalimantan.html.
Diakses tanggal 14 November 2015 pukul 10.00 Wita.
Sumber : rossyblackmonster.blogspot.my
"Explore the historical exhibits in our museum! Discover inspiring artifacts and stories from the past!" let's visit our website here https://legitsparrow92.wixsite.com/sport72/blog
ReplyDelete