Wednesday, 9 August 2017

Sejarah Dan Peninggalan Penting Kerajaan Kutai (Martadipura)

Sejarah Dan Peninggalan Penting Kerajaan Kutai (Martadipura)

Kerajaan Kutai (Martadipura) adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai di prediksi muncul pada abad ke 5 atau ± 400 M. Kerajaan ini terdapat di Muara Kaman, Kalimantan Timur (dekat kota Tenggarong), tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan itu. Nama Kutai diberikan oleh para ahli karena tak ada prasasti yang secara jelas mengatakan nama kerajaan ini. Karena memang sangat sedikit info yang bisa diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah.

Keberadaan kerajaan itu diketahui berdasar pada sumber berita yang ditemukan yakni berupa prasasti yang berbentuk yupa atau tiang batu berjumlah 7 buah. Yupa yang memakai huruf Pallawa serta bahasa sansekerta itu, bisa diambil kesimpulan mengenai keberadaan Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan, diantaranya politik, sosial, ekonomi, serta budaya.

Adapun isi prasati itu menyebutkan kalau raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia memiliki seorang putra bernama Aswawarman yang disebut sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Sesudah meninggal, Aswawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Aswawarman serta beberapa nama raja pada generasi selanjutnya menunjukkan sudah masuknya pengaruh ajaran Hindu dalam Kerajaan Kutai serta hal itu menunjukkan kalau raja-raja Kutai yaitu orang Indonesia asli yang sudah beragama Hindu.
Berikut ini adalah sejarah singkat kerajaan kutai, mulai dari sistem politiknya, masa kejayaan kerajaan kutai, kehidupan msyarakat kerajaan kutai, runtuhnya kerajaan kutai, dan peninggalan bersejarah kerajaan kutai.

SISTEM POLITIK KERAJAAN KUTAI

Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa kalau raja terbesar Kutai yaitu Mulawarman, putra Aswawarman serta Aswawarman yaitu putra Kudungga. Dalam yupa juga diterangkan kalau Aswawarman dikatakan sebagai Dewa Ansuman atau Dewa Matahari serta dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal semacam ini bermakna Asmawarman telah menganut agama Hindu serta dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam agama Hindu. Karenanya beberapa ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesia asli serta masih sebagai kepala suku, yang menurunkan raja-raja Kutai. 

Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa kalau raja terbesar Kutai yaitu Mulawarman, putra Aswawarman serta Aswawarman yaitu putra Kudungga. Dalam yupa juga diterangkan kalau Aswawarman dikatakan sebagai Dewa Ansuman atau Dewa Matahari serta dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal semacam ini bermakna Asmawarman telah menganut agama Hindu serta dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam agama Hindu. Karenanya beberapa ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesia asli serta masih sebagai kepala suku, yang menurunkan raja-raja Kutai.

Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang harmonis atau erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang diterangkan dalam yupa, kalau raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi pada kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernama Waprakeswara. Makna Waprakeswara yaitu tempat suci untuk memuja Dewa Siwa di pulau Jawa disebut Baprakewara.

MASA KEJAYAAN KERAJAAN KUTAI

Saat kejayaan Kerajaaan Kutai ada pada masa pemerintahan Raja Mulawarman. Hal semacam ini karena ia begitu bijaksana serta royal untuk hal-hal yang religius. Para brahmana dihadiahi emas, tanah, serta ternak secara adil, pengadaan upacara sedekah di tempat yang dianggap suci atau Waprakeswara. Serta dibuktikan juga dengan pemberian sedekah pada kaum Brahmana berupa 20.000 ekor sapi. Jumlah 20.000 ekor sapi ini menunjukkan kalau pada saat itu kerajaan Kutai sudah memiliki kehidupan yang makmur serta sudah mencapai masa kejayaannya.

Saat kejayaan Kerajaaan Kutai ada pada masa pemerintahan Raja Mulawarman. Hal semacam ini karena ia begitu bijaksana serta royal untuk hal-hal yang religius. Para brahmana dihadiahi emas, tanah, serta ternak secara adil, pengadaan upacara sedekah di tempat yang dianggap suci atau Waprakeswara. Serta dibuktikan juga dengan pemberian sedekah pada kaum Brahmana berupa 20.000 ekor sapi. Jumlah 20.000 ekor sapi ini menunjukkan kalau pada saat itu kerajaan Kutai sudah memiliki kehidupan yang makmur serta sudah mencapai masa kejayaannya.

KEHIDUPAN MASYARAKAT KERAJAAN KUTAI

Bila dilihat dari letak geografis, Kerajaan Kutai ada pada jalur perdagangan antara Cina serta India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal itu menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, selain pertanian. Kehidupan ekonomi di Kutai, tak diketahui secara pasti, kecuali dijelaskan dalam salah satu prasasti kalau Raja Mulawarman sudah mengadakan upacara korban emas serta tak memberikan hadiah sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana. Tak diketahui dengan pasti asal emas serta sapi itu diperoleh. 

1. Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial di Kerajaan Kutai adalah terjemahan dari prasasti-prasasti yang ditemukan oleh para ahli. Di antara terjemahan itu adalah sebagai berikut :

Masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib serta teratur.

Masyarakat di Kerajaan Kutai mempunyai kemampuan beradaptasi dengan budaya luar (India), mengikuti pola perubahan jaman dengan tetap memelihara serta melestarikan budayanya sendiri.

2. Kehidupan Ekonomi

Kehidupan ekonomi di Kutai, tak diketahui secara pasti, kecuali dijelaskan dalam salah satu prasasti kalau Raja Mulawarman sudah mengadakan upacara korban emas serta tak memberikan hadiah sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana. Tak diketahui dengan pasti asal emas serta sapi itu diperoleh.

Jika emas serta sapi itu didatangkan dari tempat lain, dapat disimpulkan kalau kerajaan Kutai sudah melakukan kegiatan dagang. Bila dilihat dari letak geografis, Kerajaan Kutai ada pada jalur perdagangan antara Cina serta India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal itu menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, selain pertanian.

3. Kehidupan Budaya

Sementara itu dalam kehidupan budaya bisa dikatakan kerajaan Kutai telah maju. Hal semacam ini dibuktikan melalui upacara penghinduan (pemberkatan beragama Hindu) yang disebut Vratyastoma. Vratyastoma dilakukan sejak pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya, sedangkan yang memimpin upacara itu, menurut para ahli, dipastikan merupakan para pendeta (Brahmana) dari India. Namun pada masa Mulawarman, kemungkinan sekali upacara penghinduan itu dipimpin oleh kelompok Brahmana dari orang Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia menunjukkan kalau kemampuan intelektualnya tinggi, terutama penguasaan pada bahasa Sansekerta yang pada dasarnya bukan bahasa rakyat India sehari-hari, tetapi lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.

RUNTUHNYA KERAJAAN KUTAI

Kerajaan Kutai berakhir ketika Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat kalau Kutai ini (Kutai Martadipura) tidak sama dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali ada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara. 

Kerajaan Kutai berakhir ketika Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat kalau Kutai ini (Kutai Martadipura) tidak sama dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali ada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

PENINGGALAN KERAJAAN KUTAI

Di abad 21 ini, beberapa peninggalan sejarah Kerajaan Kutai masih dapat kita temukan di Museum Mulawarman yang letaknya ada di Kota Tenggarong, Kutai Kartanegara. Bila Anda suatu saat berkunjung ke kota itu, sempatkanlah diri Anda untuk menengok bukti kebesaran dari kerajaan kutai. Seperti Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara. Isi dari Prasasti Yupa mengungkap sejarah dari Kerajaan Hindu yang ada di Muara Kaman, di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. 

Di abad 21 ini, beberapa peninggalan sejarah Kerajaan Kutai masih dapat kita temukan di Museum Mulawarman yang letaknya ada di Kota Tenggarong, Kutai Kartanegara. Bila Anda suatu saat berkunjung ke kota itu, sempatkanlah diri Anda untuk menengok bukti kebesaran dari kerajaan kutai. Apa sajakah peninggalannya itu?

1. Prasasti Yupa

Prasasti Yupa adalah salah satu bukti sejarah Kerajaan Kutai yang paling tua. Dari prasasti inilah diketahui mengenai adanya Kerajaan Kutai di Kalimantan. Di dalam prasasti ini ada tulisan-tulisan yang memakai bahasa Sansekerta serta aksara atau huruf Pallawa.
Isi dari Prasasti Yupa mengungkap sejarah dari Kerajaan Hindu yang ada di Muara Kaman, di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Pada dasarnya prasasti itu menceritakan mengenai kehidupan politik, sosial serta budaya Kerajaan Kutai.

2. Ketopong Sultan

Ketopong yaitu mahkota yang umum dipakai oleh Sultan Kerajaan Kutai yang terbuat dari emas. Ketopong ini mempunyai berat 1,98 kg dan sekarang ini masih tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Benda bersejarah yang satu ini ditemukan di Mura Kaman, Kutai Kartanegara pada tahun 1890. Sedangkan yang dipajang di Museum Mulawarman adalah ketopong tiruan.

3. Kalung Ciwa

Peninggalan sejarah berikutnya yaitu Kalung Ciwa yang ditemukan oleh pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ini ditemukan oleh seorang penduduk di sekitar Danau Lipan Muara Kaman pada tahun 1890. Saat ini Kalung Ciwa masih tetap dipakai sebagai perhiasan oleh sultan serta hanya digunakan saat ada pesta penobatan sultan baru.

4. Kura-kura Emas

Bukti sejarah Kerajaan Kutai yang satu ini cukup unik, karena berwujud kura-kura emas. Benda bersejarah ini sekarang ada di Museum Mulawarman. Benda yang mempunyai ukuran sebesar kepalan tangan ini ditemukan di daerah Long Lalang, daerah yang ada di hulu Sungai Mahakam.

Dari riwayat yang diketahui benda ini adalah persembahan dari seorang pangeran dari Kerajaan China untuk Putri Raja Kutai, Aji Bidara Putih. Kura-kura emas ini adalah bukti dari pangeran itu untuk mempersunting sang putri.

5. Pedang Sultan Kutai

Pedang Sultan Kutai terbuat dari emat padat. Pada gagang pedang ada ukiran gambar seekor harimau yang siap untuk menerkam mangsanya. Sedangkan di bagian ujung pedang ada hiasan seekor buaya. Untuk melihat benda ini anda harus berkunjung ke Museum Nasional di Jakarta.

6. Keris Bukit Kang

Kering Bukit Kang adalah keris yang dipakai oleh Permaisuri Aji Putri Karang Melenu, permaisuri Raja Kutai Kartanegara yang pertama. Berdasar pada cerita dari masyarakat mengatakan kalau putri ini adalah putri yang ditemukan dalam sebuah gong yang hanyut di atas bambu. Di dalam gong itu ada bayi perempuan, telur ayam serta sebuah keris. Keris ini dipercaya sebagai Keris Bukit Kang.

7. Singgasana Sultan

Singgasana Sultan yaitu salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Kutai yang masih tetap terjaga hingga sekarang. Benda ini diletakkan di Museum Mulawarman. Pada jaman dulu Singgasana ini dipakai oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman dan raja-raja Kutai sebelumnya. Singgasana Sultan ini dilengkapi dengan payung erta umbul-umbul dan peraduan pengantin Kutai Keraton.

8. Kalung Uncal

Kalung Uncal yaitu kalung emas seberat 170 gram yang dihiasi liontin berelief cerita ramayana. Kalung ini jadi atribut kerajaan Kutai Martadipura serta mulai dipakai oleh Sultan Kutai Kartanegara pasca Kutai Martadipura berhasil ditaklukan. Adapun berdasarkan riset para ahli, kalung uncal sendiri diperkirakan berasal dari India (Unchele). Di dunia, sekarang ini hanya ada 2 kalung uncal, satu ada di India serta satunya lagi ada di Museum Mulawarman, Kota Tenggarong.

9. Tali Juwita

Tali juwita yaitu peninggalan kerajaan kutai yang melambangkan 7 muara serta 3 anak sungai (sungai Kelinjau, Belayan serta Kedang Pahu) yang dimiliki sungai mahakam. Tali juwita terbuat dari benang yang banyaknya 21 helai serta biasanya dipakai dalam upacara adat Bepelas.

10. Kelambu Kuning

Ada banyak benda peninggalan kerajaan yang dipercaya mempunyai kemampuan magis oleh masyarakat adat Kutai sampai sekarang ini. benda-benda ini diletakkan dalam kelambu kuning untuk menghindari tuah serta bala yang dapat ditimbulkannya. Beberapa benda peninggalan sejarah kerajaan kutai itu diantaranya kelengkang besi, tajau, gong raden galuh, gong bende, arca singa, sangkoh piatu, dan Keliau Aji Siti Berawan.

11. Meriam

Kerajaan kutai adalah kerajaan yang dilengkapi dengan sistem pertahanan kuat. Hal ini dibuktikan oleh banyak peninggalan sejarah berupa meriam serta beberapa alat bela diri yang lain. Adapun meriam, kerajaan kutai mempunyai 4 yang sampai saat ini masihlah terjaga dengan rapi. Keempat meriam itu diantaranya Meriam Sapu Jagat, Meriam Gentar Bumi, Meriam Aji Entong, serta Meriam Sri Gunung.

12. Tombak Kerajaan Majapahit

Tombak-tombak tua yang berasal dari Kerajaan Majapahit juga adalah peninggalan sejarah kerajaan kutai. Tombak-tombak itu sudah ada di Muara Kaman sejak dahulu. Ini menunjukkan bila kerajaan kutai serta Kerajaan Majapahit pada masa silam mempunyai hubungan yang sangat erat.

13. Keramik Kuno Tiongkok

Ratusan keramik kuno yang diperkirakan berasal dari beragam dinasti di kekaisaran Cina tempo dahulu yang pernah ditemukan tertimbun di sekitar danau Lipan menunjukkan kalau kerajaan kutai serta kekaisaran china sudah melakukan hubungan perdagangan yang erat pada masa silam. Ratusan keramik kuno sebagai peninggalan sejarah kerajaan Kutai itu saat ini tersimpan di ruangan bawah tanah museum mulawarman di Tenggarong, Kutai kartanegara.

14. Gamelan Gajah Prawoto

Di Museum Mulawarman sekarang ini juga ada seperangkat gamelan. Gamelan-gamelan ini dipercaya berasal dari pulau Jawa. Tidak hanya itu, beberapa topeng, keris, pangkon, wayang kulit, dan barang-barang kuningan serta perak yang ada sebagai peninggalan sejarah kerajaan kutai tempo silam juga menunjukkan kalau sudah ada hubungan erat pada kerajaan-kerajaan di Jawa dengan Kerajaan Kutai Kartanegara.

Sumber : www.seruni.id

No comments:

Post a Comment