Tengku Akil dari Siak adalah nama yang tak asing
di kampoengku di Kab. Kayong Utara, Kalbar, terutama bagi masyarakat Sukadana,
terlebih lagi kalangan Bangsawan Sukadana yang bergelar Tengku. Tengku Akil
Siak adalah Anak Raja Siak yang dibawa Belanda untuk mengisi kekosongan
pemerintahan Sukadana yang telah ditinggalkan mundur oleh Pemerintahan Raja
Sukadana-Tanjungpura, karena terdesak oleh sebab akibat seringnya peperangan
seperti perang dengan Kerajaan Landak karena berebut pusaka Intan Kobi, pernah
diserang Mataram yang kemudian menawan Panembahan Ratu Air Mala, diserang
Inggris, diserang Pontianak untuk melumpuhkan pelabuhannya, sering dirompak
Lanun dan kemudian Belanda. Penerus Kerajaan Sukadana-Tanjungpura ini berpindah
ke Sungai Matan (sekarang Kecamatan Simpang Hilir-KKU). Namun, ekspansi Belanda
ke wilayah Kerajaan Matan terus berlanjut, pada masa pemerintahan Sultan
Muhammad Jamaluddin tahun 1822 datang rombongan komisi Belanda yang dipimpin
oleh C. Muller, untuk menduduki Sukadana dan menuntut hak atas Pulau Karimata.
Di dalam rombongan inilah ikut serta Tengku Akil.
Pada akhirnya Matan
Tanjungpurapun terpecah menjadi Kerajaan Simpang-Matan (yang terakhir di Teluk
Melano-Kayong Utara) dan Kayong-Matan (yang terakhir di Muliakerta-Ketapang).
Yang masih perlu ditelusuri tentang Tengku Akil ini adalah… Dalam catatan
orang Sukadana dikatakan bahwa Tengku Akil sebagai cucu Raja/Sultan Yahya,
sengaja dibawa Belanda yang bermaksud menggantikan kedudukan Raja di Sukadana
yang telah kosong. Tengku Akil akhirnya dapat menduduki dan memerintah Sukadana
bergelar Raja Tengku Akil Dipertuansyah (1827). Sukadana Baru inipun lebih
dikenal dengan nama Nieuw Broesseol oleh orang Belanda. Jika menelisik nama
Sultan Yahya, maka dalam urutan Sultan Siak, Sultan Yahya adalah Sultan ke-enam
yang memerintah tahun 1782-1784. Sedangkan dalam Syair Siak Sri Indrapura Dar
As-Salam Al-Qiyam tertulis nama Tengku Akil sebagai anak ketiga dari Sultan
Siak ke-empat yakni Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1776-1780). Tertulis
pula Tengku Akil adalah adik daripada Tengku Muhammad Ali tertua Putra Mahkota
Siak Sri Indrapura yang kemudian setelah dinobatkan menjadi Raja bergelar
Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782) atau Sultan Siak
kelima. Setelah masa Sultan Yahya, yang memerintah Siak adalah Dinasti Sayyid
atau Ba'alawi, keturunan dari Sayyid Syarif Utsman yang menikah dengan Embun
Badariah, Puteri dari Sultan Siak ke-empat yakni Sultan Abdul Jalil Alamuddin
Syah, atau kakaknya dari Tengku Akil.
Dalam catatan orang Belitong,
Tengku Akil awal mulanya bekerja untuk Inggris, kemudian bekerja untuk Belanda.
Tahun 1813, Inggris oleh Sir Thomas Stamford Raffles memerintahkan Jendral
Giullespie menguasai Palembang, terus Mayor W. Robinson meduduki Bangka
kemudian mengutus Tengku Akil dari Siak guna menguasai Belitung. Tengku Akil
mendapat perlawanan, dalam pertempuran itu Depati KA Hatam tewas dengan kepala
terpotong atau terkerat. Anak KA Hatam yang masih berusia muda, KA Rahad dan
beberapa saudaranya yang lain berhasil diselamatkan sepupunya KA Luso. KA luso
dan orang-orang berhasil mengusir Tengku Akil hingga Tengku Akil lari ke
bersembunyi di Pulau Lepar dan kemudian tahun 1820 Tengku Akil menjadi kaki
tangan Belanda di Bangka tapi mendapat perlawanan pula oleh Demang Singa Yuda
dan Juragan Selan hingga perahu dan pasukannya ditenggelamkan. Sedangkan dalam
catatan sejarah kaum kerabat Kerajaan Kubu keturunan Alawiyyin ber-fam Alaydrus
dan orang-orang Kubu pada umumnya, nama Tengku Akil juga dikenal karena pernah
terjadinya konflik akibat suatu ekspedisi yang dipimpin Tengku Akil dari Siak,
atas perintah dari Belanda. Akibat konflik ini, Yang Dipertuan Besar Kubu
Syarif Idrus bin Abdurrahman Alaydrus menemui ajalnya pada tahun 1794 M,
terbunuh ketika sedang shalat Subuh. Konflik dengan rombongan Siak dibawah
pimpinan Tengku Akil inilah konon yang membuat sumpah Raja Kubu yang menyatakan
mengharamkan anak keturunannya menikah dengan orang-orang Siak.
Boleh
jadi Tengku Akil yang berkelana menyerang Belitong, Bangka, berbuat huru hara
di Negeri Kubu dan menjadi Raja di Negeri Sukadana adalah Tengku Akil yang
sama, jika menilik tahun-tahun terjadinya penyerangan Belitong, Bangka dan
pendudukan Sukadana. Dan, yang memang perlu dikaji lagi, siapakah orang tua
dari Tengku Akil yang selalu disebut Tengku Akil Siak ini?!
Apakah Tengku Akil
itu cucu Sultan Yahya atau anaknya Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah. Yang
pasti, di Sukadana terdapat banyak peninggalan dari trah Tengku Akil yang
pernah memerintah Sukadana. Di Pulau Karimata, terdapat pula makam Tengku Abdul
Jalil yang menjadi penguasa Karimata, yang juga kerabat dari Tengku Akil Siak
ini. Jadi, pengembaraan Tengku Akil ini memang bikin heboh negeri
serantau...dari Sumatera dia tak boleh bertahta, maka didatanginya Belitong,
Bangka, Kubu hingga Sukadana. Memanglah...terlepas dari pro dan kontra cerita
Tengku Akil ini, sedianya ada pelajaran dari perjalanan sejarah serantau yang
mesti dikaji dan menarik buat diceritakan. Sumber : JU. Lontaan, 1975, Sejarah,
Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalbar. Syair Siak Sri Indrapura Dar As-Salam
Al-Qiyam, oleh SPN. Drs. Ahmad Darmawi, M.Ag. Sejarah Belitung
http://www.begalor.com/new/article.php?id_art=40 Pulau Maya Karimata, oleh Rudy
Handoko. Istana Panembahan Matan-Tanjungpura di Mulia Kerta, oleh Rudy Handoko.
Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/a_baybar_roodee/tengku-akil-dipertuansyah-raja-sukadana-baru-nieuw-broesseol_5500e0ae813311ca60fa83f8
No comments:
Post a Comment