Sejarah
Peradaban Islam TURKI USMANI (1288-1923 M / 1299–1923 M)
A. Latar
Belakang
Pendiri
kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabilah Oghuz / Ughuj yang mendiami
daerah Mongol dan daerah Utara Negeri Cina. Pada Abad ke-13 M, saat Chengis
Khan mengusir orang-orang Turki dari Khurasan dan sekitarnya. Kakenya Usman, yang
bernama Sulaiman bersama pengikutnya bermukim di Asia kecil. Dari perjalanan
tersebut Sulaiman, ia tenggelam ketika menyemberangi sungai Efrat (dekat
Allepo). Sulaiman mempunyai empat saudara yang bernama, Shunkur, Gundogdur,
al-Thugril, dan Dundar. Dua puteranya kembali ke tanah air mereka. Sementara
yang kedua terakhir bermukim di Asia kecil. Di sana mereka di bawah pimpinan
Sultan Alauddin di Kunia. Saat Mongol menyerang sultan Alauddin di Anggara
(kini Angkara), al-Thugril membantu mengusir Mongol, sehingga berkat jasanya
itu, Alauddin memberikan daerah Iski Shahr dan sekitarnya. Al-Thugril,
mendirikan ibukota bernama Sungut, di sana lahir anak pertama bernama Usman pad
1258 M. Al-Thugril meninggal pada 1288 M. dan ia mendeklarasikan dirinya
sebagai Sultan, maka sejak itulah berdiri Dinasti Turki Usman.
B. Silsilah
Keturunan / Kekuasaan
Sultan
Alauddin meninggal pada 1300 M / 699 H, maka Usman mengumumkan diri sebagai
Sultan yang berdaulat penuh. Namun tidak langung diakui oleh banyak orang. Pada
masa Usman hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, ia meninggal pada 1326 M.
kemudian puteranya naik tahta yang bernama Orkhan (Urkhun) pada usia 42 tahun.
Pada masanya ia membentuk tiga pasukan utama, tentara Siphai (tentara reguler),
tentara Hazeb (tentara ireguler), tentara Jenisari (pasukan direkrut pada usia
dua belas tahun).
Selanjutnya
kekuasaan beralih kepada puteranya Murad I, yang telah berhasil menaklukan,
Adrianopol, Masedonia, Bulgaria, Serbia, Kosovo dan Asia kecil. Murad I
bergelar Alexander abad pertengahan. Murad digantikan oleh puteranya Bayazid I,
yang bergelar Ildrim (kilat), terjadi pertempuran dengan tentara Mongol yang
dipimpin oleh Timur Lenk, sehingga Bayazid I bersama puteranya Musa tertawan
dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M. Pada masa ini Turki Usmani mulai
mengalami kemunduran. Kemudian dilanjutkan oleh Muhammad, ia berhasil
memulihkan kondisi menjadi stabil sehingga para sejarawan mensejajarkan dia
dengan Umar II dari Dinasti Umayyah.
Setelah ia
meninggal digantikan oleh Murad II (1421-1451 M),, ia mengembalikan cintra
Murad I, yaitu dengan merebut kembali daerah-daerah Eropa (Kosovo). Ia banyak
mendirikan Masjid dan Sekolah. Penggatinya adalah Muhammad II (1451-1484M),
dengan gelar Al-Fatih, ia telah berhasila menaklukkan kota Konstantinopel pada
25 Mei 1453. Dan juga ia menaklukkan Venish, Italy, Rhodos, dan Cremia yang
terkenal denan Konstantinopel II. ia menerapkan UU islam dalam qanun namah.
Setelaha abad ke-16 M atauran ini dilonggarkan. Al-fatih meninggal, digantikan
anaknya Bayazid II, kemudian digantikan oleh anaknya Salim I, ia sangat kejam,
dalam sejarah Eropa dikenal sebagai Salim the Grim. Ia menaklukkan Asia Kecil,
Persia, Kaldiran, dan Mesir. Dan juga berhasil menaklukkan Sultan Mamluk (1517
M). ia memindahkan Khalifah boneka Bani Abbas ke Konstantinopel yang bernama
Ahmad dan mengambil gelar secara sakral yang kemudian digunakan oleh sultan
Turki, Salim I, sehingga kota tersebut berubah menjadi Istambul.
Selanjutnya
digantikan oleh Sulaiman Agung (1520-1566), mendapat julukan Sulaiman
al-Qanuni, pada masanya disusun sebuah kitab undang-undang (qanun), Kitab
tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur dan berhasil membawa kejayaan islam, dan
ia pula berhasil menterjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Turki. Sulaiman jug
berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Budapest, dan Yaman.
Dengan demikian, luas wilayah Turki Usmani pada masanya mencakup Asia Kecil,
Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis, dan
Aljazair di Afrika; Bulgaria,Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania
di Eropa.
Sulaiman
al-Qanuni diganti oleh Salim II (1566-1573 M), Di masa pemerintahannya terjadi
pertempuran antara armada laut Kerajaan Usmani dengan armada laut Kristen yang
terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bundukia, angkatan laut Sri
Paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari
Spanyol. Pertempuran itu terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran
ini Turki Usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut
oleh musuh.
Selanjunya
digantikan oleh Sultan Murad III (1574-1595 M) berkepribadian jelek dan suka
memperturutkan hawa nafsunya, namun Kerajaan Usmani pada masanya berhasil
menyerbu Kaukasus dan menguasai Tiflis di Laut Hitam (1577 M), merampas kembali
Tabnz, ibu kota Safawi, menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam negeri
Polandia, dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M. Namun kehidupan
moral Sultan yangjelek menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri.
Kekacauan
ini makin menjadi-jadi dengan tampilnya Sultan Muhammad III (1595-1603M),
pengganti Murad III, yang membunuh semua saudara laki-lakinya berjumlah 19
orang dan menenggelamkan janda-janda ayahnya sejumlah 10 orang demi kepentingan
pribadi. Dalam situasi yang kurang baik itu, Austria berhasil memukul Kerajaan
Usmani.
Sultan Ahmad
I (1603-1617 M), pengganti Muhammad III, sempat bangkit untuk memperbaiki
situasi dalam negeri, tetapi kejayaan Kerajaan Usmani di mata bangsa-bangsa
Eropa sudah mulai memudar.
Sesudah
Sultan Ahmad I ( 1603-1617 M), situasi semakin memburuk dengan naiknya Mustafa
I (masa pemerintahannya yang pertama (1617-1618 M) dan kedua, (1622-1623 M).
Karena gejolak politik dalam negeri tidak bisa diatasinya, Syaikh al-Islam
mengeluarkan fatwa agar ia turun dari tahta dan diganti oleh Usman II
(1618-1622 M). Namun yang tersebut terakhir ini juga tidak mampu memperbaiki
keadaan. Dalam situasi demikian bangsa Persia bangkit mengadakan perlawanan
merebut wilayahnya kembali. Kerajaan Usmani sendiri tidak mampu berbuat banyak
dan terpaksa melepaskan wilayah Persia tersebut.
Langkah-langkah
perbaikan kerajaan mulai diusahakan oleh Sultan Murad IV (1623 – 1640 M).
Pertama-tama ia mencoba menyusun dan menertibkan pemerintahan. Pasukan
Jenissari’ yang pernah menumbangkan Usman II dapat dikuasainya. Akan tetapi,
masa pemerintahannya berakhir sebelum ia berhasil menjernihkan situasi negara
secara keseluruhan. Situasi politik yang sudah mulai membaik itu kembali
merosot pada masa pemerintahan Ibrahim I (1640-1648 M), karena ia termasuk
orang yang lemah. Pada masanya ini orang-orang Venetia melakukan peperangan
laut melawan dan berhasil mengusir orang-orang Turki Usmani dari Cyprus dan
Creta tahun 1645 M. Kekalahan itu membawa Muhammad Koprulu (berasal dari Kopru
dekat Amasia di Asia Kecil) ke kedudukan sebagai wazir atau shadr al-a’zham
(perdana menteri) yang diberi kekuasaan absolut. Ia berhasil mengembalikan
peraturan dan mengkonsolidasikan stabilitas keuangan negara. Setelah Koprulu
meninggal (1661 M), jabatannya dipegang oleh anaknya, Ibrahim.
Ibrahim
menyangka bahwa kekuatan militernya sudah pulih sama sekali. Karena itu, ia
menyerbu Hongaria dan mengancam Vienna. Namun, perhitungan Ibrahim meleset, ia
kalah dalam pertempuran itu secara berturut-turut. Pada masa-masa selanjutnya
wilayah Turki Usmani yang luas itu sedikit demi sedikit terlepas dari
kekuasaannya, direbut oleh negara-negara Eropa yang baru mulai bangun. Pada
tahun 1699M terjadi “Perjanjian Karlowith” yang memaksa Sultan untuk
menyerahkan seluruh Hongaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada
Hapsburg; dan Hemenietz, Padolia, Ukraina, Morea, dan sebagian Dalmatia kepada
orang-orang Venetia.
Pada tahun
1770 M, tentara Rusia mengalahkan armada Kerajaan Usmani di sepanjang pantai
Asia Kecil. Akan tetapi, tentara Rusia ini dapat dikalahkan kembali oleh Sultan
Mustafa III (1757-1774 M) yang segera dapat mengkonsolidasi kekuatannya.
Sultan
Mustafa III diganti oleh saudaranya, Sultan Abd al-Hamid (1774-1789 M), seorang
yang lemah. Tidak lama setelah naik tahta, di Kutchuk Kinarja ia mengadakan
perjanjian yang dinamakan “Perjanjian Kinarja” dengan Catherine II dari Rusia.
Isi perjanjian itu antara lain:
1. Kerajaan
Usmani harus menyerahkan benteng-benteng yang berada di Laut Hitam kepada Rusia
dan memberi izin kepada armada Rusia untuk melintasi selat yang menghubungkan
Laut Hitam dengan LautPutih, dan
2. Kerajaan
Usmani mengakui kemerdekaan Kirman (Crimea).
Demikianlah
proses kemunduran yang terjadi di Kerajaan Usmani selama dua abad lebih setelah
ditinggal Sultan Sulaiman al-Qanuni. Satu persatu negeri-negeri di Eropa yang
pernah dikuasai kerajaan ini memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri di
Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan yang memberontak terhadap kekuasaan
Kerajaan Usmani, tetapi juga beberapa daerah di Timur Tengah mencoba bangkit
memberontak.
Di Mesir,
kelemahan-kelemanan Kerajaan Usmani membuat Mamalik bangkit kembali. Di bawah
kepemimpinan Ali Bey, pada tahun 1770 M, Mamalik kembali berkuasa di Mesir,
sampai datangnyaNapoleon Bonaparte dari Perancis tahun 1798 M.
Di Libanon
dan Syria, Fakhral-Din, seorang pemimpin Dntze, berhasil menguasai Palestina,
dan pada tahun 1610 M merampas Ba’albak dan mengancam Damaskus. Fakhr al-Din
baru menyerah tahun 1635 M. Di Persia, Kerajaan Safawi ketika masih jaya
beberapa kali mengadakan perlawanan terhadap Kerajaan Usmani dan beberapa kali
pula ia keluar sebagai pemenang.
Sementara
itu, di Arabia bangkit kekuatan baru, yaitu aliansi antara pemimpin agama
Muhammad ibn Abd al-Wahhab yang dikenal dengan gerakan Wahhabiyah dengan
penguasa lokal Ibn Sa’ud. Mereka berhasil menguasai beberapa daerah di jazirah
Arab dan sekitarnya di awal paroh kedua abad ke-18 M.
Pemberontakan-pemberontakan
yang terjadi di Kerajaan Usmani ketika sedang mengalami kemunduran.
Gerakan-gerakan seperti itu terus berlanjut hingga abad ke-19 dan ke-20 M.
• Osman I
(1281-1326; bey)
• Orhan I
(1326-1359; bey)
• Murad I
(1359-1389; sultan sejak 1383)
• Beyazid I
(1389-1402)
•
Interregnum (1402-1413)
• Mehmed I
(1413-1421)
• Murad II
(1421-1444) (1445-1451)
• Mehmed II
(sang Penguasa) (1444-1445) (1451-1481)
• Beyazid II
(1481-1512)
• Selim I
(1512-1520)
• Suleiman I
(yang Agung) (1520-1566)
• Selim II
(1566-1574)
• Murad III
(1574-1595)
• Mehmed III
(1595-1603)
• Ahmed I
(1603-1617)
• Mustafa I
(1617-1618)
• Osman II
(1618-1622)
• Mustafa I
(1622-1623)
• Murad IV
(1623-1640)
• Ibrahim I
(1640-1648)
• Mehmed IV
(1648-1687)
• Suleiman
II (1687-1691)
• Ahmed II
(1691-1695)
• Mustafa II
(1695-1703)
• Ahmed III
(1703-1730)
• Mahmud I
(1730-1754)
• Osman III
(1754-1757)
• Mustafa
III (1757-1774)
•
Abd-ul-Hamid I (1774-1789)
• Selim III
(1789-1807)
• Mustafa IV
(1807-1808)
• Mahmud II
(1808-1839)
•
Abd-ul-Mejid I (1839-1861)
•
Abd-ul-Aziz (1861-1876)
• Murad V
(1876)
•
Abd-ul-Hamid II (1876-1909)
• Mehmed V
(Reşad) (1909-1918)
• Mehmed VI
(Vahideddin) (1918-1922)
•
Abd-ul-Mejid II, (1922-1924; hanya sebagai Kalifah)
C. Kemajuan
/ Kejayaan Masa Turki Usmani
Selama
kejayaan dinasti ini ada beberapa yang telah berhasil namun diperiode
selanjutnya daerah-daerah yang telah dikuasi kembali direbut oleh pihak yang
ingin menguasai Turki Usmani, adapun keberhasilan pada masa Sultan Sulaiman I
disusun sebuah kitab undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa
al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai
datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat
berharga ini, di ujung namanya ditambah gelar al-Qanuni.
Pada masa
Sulaiman kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun nmesjid,
sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan
pemandian umum. Disebutkan bahwa buah dari bangunan itu dibangun di bawah
koordinator Sinan, seorang arsitek asal Anatolia.
Sebagai
bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan
mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan,
mereka kelihatan tidak begitu menonjol.
Bangsa Turki
juga banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa
bangunan-bangunan mesjid yang indah, seperti Masjid Al-Muhammadi atau Mesjid
Jami’ Sultan Muhammad Al-fatih, Mesjid Agung Sulaiman dan Mesjid Abi Ayyub
al-Anshari.Mesjid-mesjidtersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah.
Salah satu mesjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah mesjid
yang asalnya gereja Aya Sopia. Hiasan kaligrafi itu, dijadikan penutup
gambar-gambar Kristiani yang ada sebelumnya.
Pada masa
Turki Usmani tarekat mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang ialah
tarekat Bektasyi dan Tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak dianut oleh
kalangan sipil dan militer. Di pihak lain, kajian-kajian ilmu keagamaan,
Asy’ariyah mendapatkan tempatnya. Selain itu para ulama banyak menulis buku
dalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan) terhadap
karya¬karya masa klasik.
D. Faktor
Runtuhnya Turki Usmani
Ada 2 faktor
yang membuat khilafah Turki Utsmani mundur:
1. Intern
• Buruknya
pemahaman Islam
Lemahnya
pemahaman Islam membuat reformasi gagal. Sebab saat itu khilafah tak bisa
membedakan IPTEK dengan peradaban dan pemikiran. Ini membuat munculnya struktur
baru dalam negara, yakni perdana menteri, yang tak dikenal sejarah Islam
kecuali setelah terpengaruh demokrasi Barat yang mulai merasuk ke tubuh
khilafah. Saat itu, penguasa dan syaikhul Islam mulai terbuka terhadap
demokrasi lewat fatwa syaikhul Islam yang kontroversi. Malah, setelah terbentuk
Dewan Tanzimat (1839 M) semakin kokohlah pemikiran Barat, setelah disusunnya
beberapa UU, seperti UU Acara Pidana (1840), dan UU Dagang (1850), tambah
rumusan Konstitusi 1876 oleh Gerakan Turki Muda, yang berusaha membatasi fungsi
dan kewenangan kholifah.
• Salah
menerapkan Islam.
Dengan
diambilnya UU oleh Suleiman II, seharusnya penyimpangan dalam pengangkatan
kholifah bisa dihindari, tapi ini tak tersentuh UU. Dampaknya, setelah
berakhirnya kekuasaan Suleimanul Qonun, yang jadi khalifah malah orang lemah,
seperti Sultan Mustafa I (1617), Osman II (1617-1621), Murad IV (1622-1640),
Ibrohim bin Ahmed (1639-1648), Mehmed IV (1648-1687), Suleiman II (1687-1690),
Ahmed II (1690-1694), Mustafa II (1694-1703), Ahmed III (1703-1730), Mahmud I
(1730-1754), Osman III (1754-1787), Mustafa III (1757-1773), dan Abdul Hamid I
(1773-1788). Inilah yang membuat militer, Yennisari-yang dibentuk Sultan
Ourkhan-saat itu memberontak (1525, 1632, 1727, dan 1826), sehingga mereka
dibubarkan (1785). Selain itu, majemuknya rakyat dari segi agama, etnik dan mazhab
perlu penguasa berintelektual kuat. Sehingga, para pemimpin lemah ini memicu
pemberontakan kaum Druz yang dipimpin Fakhruddin bin al-Ma'ni
Dengan tak
dijalankannya politik luar negeri yang Islami-dakwah dan jihad-pemahaman jihad
sebagai cara mengemban ideologi Islam ke luar negeri hilang dari benak muslimin
dan kholifah. Ini terlihat saat Sultan Abdul Hamid I/Sultan Abdul Hamid Khan
meminta Syekh al-Azhar membaca Shohihul Bukhori di al-Azhar agar Allah SWT
memenangkannya atas Rusia (1788). Sultanpun meminta Gubernur Mesir saat itu
agar memilih 10 ulama dari seluruh mazhab membaca kitab itu tiap hari
Menghadapi kemerosotan itu, khilafah telah melakukan reformasi (abad ke-17,
dst).
2. Eksten
• Penjajahan
Barat membawa semangat gold, glory, dan gospel
Sejak
jatuhnya Konstantinopel di abad 15, Eropa-Kristen melihatnya sebagai awal
Masalah Ketimuran, sampai abad 16 saat penaklukan Balkan, seperti Bosnia,
Albania, Yunani dan kepulauan Ionia. Ini membuat Paus Paulus V (1566-1572)
menyatukan Eropa yang dilanda perang antar agama-sesama Kristen, yakni
Protestan dan Katolik. Konflik ini berakhir setelah adanya Konferensi
Westafalia (1667). Saat itu, penaklukan khilafah terhenti. Memang setelah
kalahnya khilafah atas Eropa dalam perang Lepanto (1571), khilafah hanya
mempertahankan wilayahnya. Ini dimanfaatkan Austria dan Venezia untuk memukul
khilafah. Pada Perjanjian Carlowitz (1699), wilayah Hongaria, Slovenia,
Kroasia, Hemenietz, Padolia, Ukraina, Morea, dan sebagian Dalmatia lepas;
masing-masing ke tangan Venezia dan Habsburg. Malah khilafah harus kehilangan
wilayahnya di Eropa pada Perang Krim (abad ke-19), dan tambah tragis setelah
Perjanjian San Stefano (1878) dan Berlin (1887).
See more
at: http://feryntina.blogspot.com/2013/04/sejarah-peradaban-islam-turki-usmani.html#sthash.xBZ1sX6x.dpuf
Source: Kerajaan Usman Turki
No comments:
Post a Comment