Tuesday, 10 November 2015

Sejarah Spanyol

Dari Masa Romawi,Visigothic sampai Islam


Oleh : Hanafi Wibowo

PENDAHULUAN


Dalam dunia Islam berlaku satu peradaban yang berbeda dengan peradaban-peradaban yang terdahulu di wilayah Persia dan Romawi. Suatu peradaban yang berbeda dengan peradaban Arab yang mendominasi Jazirah Arab pada masa ekspansi. Itulah peradaban Islam yang jiwa dan sendi-sendinya disarikan dari Islam serta diserap dari keunggulan-keunggulan peradaban dunia yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Dunia lebih mendapatkan manfaat dari peradaban Islam dibandingkan peradaban dua negara adikuasa sebelumnya, Yunani dan Romawi. Peradaban Yunani lebih banyak memusatkan perhatian kepada pemikiran dan filsafat serta tidak banyak memperhatikan kebutuhan masyarakat dan kehidpan individu. Lain halnya dengan peradaban Islam selain memotivasi kepada pemikiran dan filsafat, ujuga sangat memperhatikan aspek-aspek kehidupan individu dan masyarakat serta bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan dunia dan akhirat.

Oleh sebab itu ekspansi Islam berbeda dengan ekspansi yang dilakukan Romawi dan Mongol yang sama sekali tidak memperhatikan nilai peradaban yang tinggi, bahkan sebaliknya, bangsa Mongol telah merusak dan membinasakan peradaban yang telah ada. Sedangkan ekspansi Islam membawa risalah peradaban yang mengajak pada perdamaian, kesejahteraan dan ketenangan dalam kehidupan.
Andalusia mrupakan mata rantai pertama dan terpenting tempat terjadinya kontak antara orang-orang Arab Islam dengan orang-orang Kristen Eropa pada tahun 711 M. Andalusia yang kini merupakan bagian provinsi dari negara Spanyol sekaligus wilayah Eropa pertama yang mampu dikuasai oleh umat Islam. Sejak pertama kali menapakkan kaki di daratan Eropa, sejarah mencatat masyarakat muslim di Spanyol bergerak naik turun antara kekuatan dan kelemahan, antara ekspansi dan penolakan diri.
Lebih jauh kemudian, Andalusia atau Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) sendiri merupakan jembatan penghubung yang mentransmisikan peradaban Islam ke wilayah Eropa lainnya hingga benua Amerika. Bahkan sebelum Spanyol mampu merebut kembali (reconquista) wilayah mereka dari kaum muslimin dan mengusir penduduk muslim dari wilayah tersebut. Hal ini tak dapat dipungkiri mengingat Spanyol dan Portugal merupakan negara Eropa pertama yang melakukan perjalanan penting di luar wilayahnya pada abad ke-16. Beberapa tahun setelah mereka dapat mengusir umat Islam dari Semenanjung Iberia.
Setelah itu, lahirlah sebuah babak baru dalam lembaran sejarah manusia ketika ratusan ribu bangsa Eropa menaklukkan bangsa-bangsa lainnya di belahan bumi, dari ujung benua Afrika, benua Amerika hingga Asia. Islam di Spanyol juga menjadi peretas kejayaan Eropa hingga berabad-abad lamanya ketika Benua Biru ini mencapai zaman aufklarung dan masa renaissance hingga revolusi industri sebagai penanda era modern.


A. Spanyol Pra-Islam

Semenanjung Iberia  di benua Eropa barat daya, berbatasan di sebelah timur dan tenggara timur dan tenggara adalah Laut Tengah, di selatan Benua Afrika yang terhalang oleh Selat Gibraltar, di barat Samudera Atlantik dan di utara oleh Teluk Biscy. Pegunungan Pyrenia di timur laut membatasi dengan Prancis. Orang Yunanilah yang memberi nama Iberia untuk Semenanjung tempat Negara Modern Spanyol & Portugal , diambil dari nama sungai Ibre (Ebro). Orang orang Yunani mendirikan Koloni dagangnya di Wilayah Timur Laut Spanyol, tepatnya di Emporion (sekarang Kota Empurias yang terletak di Perbatasan Prancis).  Pada abad ke-6 SM, orang orang Punisia tiba di Iberia, dan mendirikan Koloni di Spanyol Selatan yang dinamai “Cartago Nova” (sekarang Kota Cartagena). Bagi Punisia, Iberia adalah wilayah penting sebagai pemasok Prajurit bagi Punisia dalam Perang, juga tambang Perak.


1. Roman Hispania (218 BC–400 CE)
Setelah Romawi mengusir orang orang Punisia dari Iberia  pada abad yang kedua mereka menamainya dengan “Hispania” yang berasal dari  bahasa Punisia Kuno span,artinya “Tersembunyi” (Hidden) , mungkin mengindikasikan betapa jauhnya wilayah tersebut..[1]

Dibawah kekuasaan Romawi. Wilayah ini dibagi menjadi  Hispania Citerior dan Hispania Ulterior. Bahasa Latin menjadi Bahasa Resmi Hispania, berbagai Infrastruktur seperti Amphiteater,Stadion,Kuil,Aquaduk,Pemandian Umum,dsb dibangun dengan baik. Hispania menjadi salah satu tulang punggung Ekonomi Romawi dengan hasil buminya seperti Minyak Zaitun & anggur belum lagi dari sector pertambangan seperti perak,emas,besi dan tembaga[2]

2. Gothic Hispania (409-711 CE)
Pada januari 409 M, Ketika Romawi melemah suku suku Germanic seperti Ostrogothic,Vandal & Suevi menyebrangi sungai Rhine, yang ketika itu sedang membeku, dan masuk ke Kekaisaran Romawi, Peristiwa ini disebut Periode Migrasi (Völkerwanderung)[3]. Tidak ada pasukan Romawi yang menghentikan mereka, sehingga mereka begitu bebas menjarah segala yang mereka temukan. Mereka datang dalam keadaan lengkap, terdiri atas pria, wanita, dan anak-anak. Ini berarti bahwa mereka datang untuk bermukim. Suku Vandal, dibawah pimpinan Geiseric adalah yang pertama mengacak-ngacak Roma[4]. Mereka kemudian mengambil alih bagian selatan Spanyol pada 411 M.


 Suku-Suku Germanic menyebrangi Sungai Rhine menuju perbatasan Romawi [46]
 Suku Visigoth yang berasal dari Sungai Vistula, tiba di wilayah itu pada 412 M, sebelumnya mereka telah masuk agama Kristen Arian pada 360 Masehi oleh Pendeta bernama Wulfilla[5]. Dibawah Pimpinan Alaric,mereka  mendirikan kerajaan Visigoth dari Toulouse (di selatan Prancis modern) dan secara bertahap memperluas pengaruh mereka ke semenanjung Iberia dengan mengusir kaum Vandal, yang pindah ke Afrika Utara tanpa meninggalkan jejak peradaban sedikitpun[6], kecuali asal usul nama Andalusia yang digunakan Umat Muslim.[7]
Pada tahun 509 M Suku Frank yang telah menguasai Prancis utara, berupaya untuk menerobos ke Mediterania di bawah pimpinan Raja mereka, Clovis. Setelah pertempuran besar di Vouillé, suku Franka menang, dan suku Visigoth kalah, dan raja mereka juga terbunuh. Suku Frank merebut sebagian besar Prancis sehingga Kerajaan Visigoth memindahkan  Ibukotanya ke  Toledo.

Kaisar Byzantium, Justinian Agung, berkeinginan mengembalikan Kejayaan Romawi. Justinianus mengirimkan pasukan untuk ikut campur dalam Konflik internal Visigothic antara Agila & Athanagild. Akan tetapi ketika Athanagild berterima kasih kepada pasukan Romawi dan mengatakan bahwa mereka boleh pulang, pasukan Romawi punya rencana lain, mereka menduduki Pesisir Selatan Spanyol dan mendirikan Provinsi yang bernama “Byzantine Spania” . Selama sekitar tujuh puluh tahun berikutnya, suku Visigoth berjuang untuk mengusir Romawi dari Spanyol.[8]

Pada tahun 600 M suku Visigoth adalah satu-satunya kelompok penganut Arian di Mediterania dan pada akhirnya mereka pun berpindah menjadi penganut Katolik, di bawah raja mereka Rekkared.

Di bawah Kekuasaan Visigoth, sama sekali tidak mempengaruhi perkembangan Bahasa Latin. Bahasa latin tetap dipakai dan malah Bahasa Gothic sama sekali tak berbekas di Semenanjung Iberia.

Dari segi, pembangunan ekonomi pun, sejumlah Insfrastruktur buatan Romawi seperti Pemandian,Toilet Umum,Stadion,dan lainnya ikut terbengkalai.[9] Karena orang orang Gothic tidak menguasai Teknologi untuk merawat apalagi memperbarui fasilitas umum pada masa Romawi tersebut. Baru pada masa Islam lah, Infrastruktur-infrastruktur tersebut diperbarui kembali.[10]

Situasi diperburuk, dengan konflik internal antara Raja Roderick dengan keluarga dan Pejabatnya,ditambah pula dengan tentara yang kebanyakan adalah budak, sudah pasti mereka tidak sepenuhnya loyal pada Raja, hal itu memicu keruntuhan Kerajaan Vishigothic di tangan pasukan Muslim pada 711 M.


B. Usaha Umat Islam Menaklukkan Spanyol


Semenanjung Iberia mulai ditaklukan oleh umat Islam pada zaman khalifah Bani Umayyah, Al-Walid bin Abdul Malik (86-89 H/705-715 M). Sebelumnya, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara ini terjadi pada masa Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), dimana dia mengangkat Hasan bin Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Penaklukan atas Afrika Utara memakan waktu selama 53 tahun.[11] Setelah kawasan ini dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya ke Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol[12].

Kedatangan pasukan Islam terdengar oleh Raja Roderick melalui para Bangsawan yang menyaksikannya. Maka Raja itupun mempersiapkan bala tentaranya untuk menghadapi pasukan Thariq. Pada tanggal 19 Juli 711, kedua pasukan bertemu ditepi sungai Rio Guadalete, sehingga terjadilah pertempuran yang sengit.  Pasukan Roderick terdesak dan dapat dikalahkan, bahkan Roderick sendiri tewas tenggelam di Rio Babate ketika hendak melarikan diri[13].

Kesuksesan di Rio Guadalete mendorong semangat pasukan muslim untuk terus bergerak memasuki wilayah-wilayah kekuasaan Visigoth lainnya. Mula-mula bergerak ke Toledo dengan melewati dan menguasainya terlebih dahulu kota-kota Malaga, Elvira, Murcia dan Cordova. Kemudian Thariq terus bergerak hingga kebagian barat semenanjung Iberia. Thariq mendapat dukungan penduduk taklukannya untuk menaklukkan wilayah-wilayah lainnya[14]

Mendengar kesuksesan yang dicapai oleh Thariq bin ziyad, maka Amir Musa bin Nushair pada tahun 712 berangkat menuju Spanyol. la bersama pasukannya sebanyak 18.000 personil yang kebenyakan dari suku-suku Arab dengan menempuh jalur yang tidak dilewati oleh pasukan Thariq, la mampu menaklukkan  Sidonia,Carmona, dan berhasil memasuki Sevilla, Huelva dan ahirnya mengikuti arah sungai,sampailah ia bersama pasukannya kekota Merido dan kota-kota kecil lainnya. Kemudian ia dapat bertemu dan bergabung dengan pasukan Thariq di Toledo pada bulan Juli tahun 713[15].

Gelombang perluasan wilayah berikutnya ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan dilanjutkan oleh Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordeaux, Poitier, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, di antara kota Poitier dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol[16].

C. Perkembangan Politik  Islam di Spanyol

Secara garis besar perkembangan  Politik Islam di Spanyol dapat dibagi kepada beberapa tahap perkembangan sebagai berikut :

1.Provinsi Umayyah Andalusia

Pada periode ini Spanyol merupakan salah satu propinsi di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah di Damaskus, yang dipimpin oleh para wali wakil Khalifah disana, mulai dari tahun 93 H / 716 M sampai tahun 138 H/ 756 M.[17]

Pada masa ini, stabilitas politik di Spanyol belum tercipta dengan sempurna, dimana diantara para elite penguasa masih terdapat perselisihan, terutama diakibatkan oleh perbedaan etnis dan golongan, seperti antara etnis Barbar dan Arab yang masing-masing merasa berhak untuk memerintah di negeri tersebut. Bahkan terjadi pula perbedaan pandangan politik antara Khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara, dimana diantara mereka merasa paling berhak berkuasa di Spanyol. Hal ini sering menyulut terjadinya perang saudara, sehingga dalam jangka 40 tahun terjadi 20 kali pergantian wali dengan wali yang pertama adalah Abdul Aziz bin Musa bin Nushair, sampai Gubernur terakhirnya Yusuf bin Abdurrahman al-Fihri.[18]

 Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.[19]

2.Emirat Umayyah Andalusia

Periode ini dimulai dengan masuknya Abdurrahman ad-Dakhil[20] Amir Abdurrahman yang dipanggil al-Dakhil (New Comer) menetapkan Cordova sebagai ibu kotanya. Karena ketangkasan dan kegigihannya, ia mampu melepaskan diri dari kejaran Bani Abbas hingga dapat mendirikan Emirat (Dinasti Umayyah di Spanyol), Khalifah al-Mansur di Bagdad menjulukinya sebagai "The Falcon of Quraysh" atau si rajawali Quraysh[21].

Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik di bidang politik maupun bidang peradaban. Abdurrahman Al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman Al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai dikembangngkan pada periode ini.[22]

Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan (martyrdom). Namun, Gereja Katolik  Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama[23]

3.Kekhalifahan Umayyah Andalusia

Periode ini berlangsung semenjak Abdurrahman III yang bergelar an-Nashir memerintah pada tahun 315 H/912 M sampai munculnya periode Muluk ath-Tahwaif pada tahun 1013 M. Pada masa ini penguasa di Spanyol bergelar khalifah. Gelar tersebut bermula ketika Abdurrahman III dihadapkan dengan ancaman invasi oleh Fatimiyah, sebuah kerajaan Islam berideologi Syiah yang berbasis di Kairo. Dinasti Fatimiyah telah mengclaim dirinya sebagai Khalifah Tandingan melawan Khalifah Abbasiyah di Baghdad, Abdurrahman III memutuskan memakai  gelar Khalifah juga. Langkah ini membantu Abdurrahman III mendapatkan prestise di hadapan rakyatnya, dan gelar tersebut tetap dipertahankan sampai akhir masa kekuasaan Umayyah Andalusia [24].


Khalifah Abdurrahman II di Istananya, Madinat Az-Zahra bersama para ilmuwan,Menteri dan Musisi Istana [48]

Abdurrahman III dengan gelar an-Nashir yang memerintah + 50 tahun telah berhasil menciptakan stabilitas politik di Spanyol, hal ini dibuktikan dengan keberhasilannya memadamkan pemberontakan-pemberontakan, dan meredam timbulnya perpecahan dan perselisihan diantara bangsa Arab. & bangsa Berber[25]
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman Al-Nasir mendirikan universitas Cordova. Ia mendahului Al-Azhar Kairo dan Madrasah Nizamiyah Seljuk, juga menarik minat para siswa, Kristen dan Muslim, tidak hanya di Spanyol tetapi juga dari wilayah-wilayah lain di Eropa, Afrika dan Asia.[26]
Akhirnya pada tahun 1013 M, sebagai puncak dari Perang Saudara yang berlarut-larut, Andalusia terpecah menjadi banyak Kerajaan kecil yang mengclaim dirinya penerus Sah dari Umayyah Andalusia.[27]

4.Muluk at-Tawaif

Fitnah Andalusia (1009–1031) membuat Spanyol terpecah kepada lebih dari tiga puluh negara kecil yang dikenal dengan istilah muluk at-thawaif, yang berlangsung dari tahun 1013 – 1086 M. diantara Negara Negara kecil itu yang terkuat adalah Toledo,Sevilla & Zaragoza[28]

Pemerintah pada periode ini diwarnai dengan berbagai peperangan antara golongan, kerajaan yang kuat menyerang yang lemah sehingga untuk mempertahankan kekuasaannya, ada sebagian golongan yang meminta bantuan kepada non muslin. hal ini diwujudkan dengan berbagai serangan oleh pihak Kristen terhadap Islam. Pihak Kristen yang diwakili oleh  Raja Leon, Alfonso VI Jimenez berhasil merebut kota Toledo pada tahun 1085,[29]

Walaupun secara Politik, umat Islam Andausia terpecah belah,namun Seni dan Budaya berkembang pesat, setiap Kota berusaha keras menyaingi kota lain dalam hal peradaban, fenomena serupa juga terjadi pada Masa Abbasiyah pertengahan hingga akhir[30]

5. Masa Dinasti Murabithun

Dinasti Murabithun adalah dinasti berber[31] yang mulanya merupakan gerakan Tarekat yang kemudian berkembang menjadi gerakan religio-militer. Para Ulama & anggota Tarekat tinggal bersama di dalam ribat yang terletak di mulut sungai Senegal. Asal-usul dinasti ini dari Lamtunah, salah satu dari suku Sanhaja, Mereka juga disebut al-Mulassimun (orang-orang bercadar)[32]

Tarekat Murabithun ini dipelopori Yahya bin Ibrahim Al-Jaddali, salah seorang kepala suku Lamtunah. Gerakan ini dimulai sekembalinya dari perjalanan ibadah haji. Ia berjumpa dengan Abdullah bin Yasin Al-Jazuli & memintanya untuk mengajarkan ilmu agama yang benar kepada penduduk ditempat tinggalnya. Tarekat ini berkembang sangat cepat , sehingga dapat menghimpun sekitar 1000 orang pengikut. Selanjutnya, mereka melirik cara lain dalam perkembangan ajaran yaitu dengan memasuki wilayah politik militer & kekuasaan serta mengangkat Yahya bin Umar sebagai panglima militer. Mereka melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah Sahara Afrika dan kemudian ke Spanyol pada tahun tahun 1055[33].

Kekuasaan Dinasti Murabithun di Spanyol hanya berlangsung sampai tahun 1149 M. Ketika Yusuf bin Tasyufin mangkat, ia digantikan oleh putranya Alif bin Yusuf yang selalu disibukkan oleh usaha untuk menumpas pemberontakan, maka lambat laun Murabithun pun mundur. Para penggantinya pun bukanlah orang-orang yang cakap, sehingga kekuasaan Dinasti ini dapat diambil oleh Dinasti Muwahhidun, disamping adanya serangan dari pihak Kristen, yang pada masa ini telah berhasil merebut beberapa daerah kekuasaan Islam seperti Castile, Barcelona, dan beberapa daerah lainnya.[34]

6. Masa Dinasti Muwahhidun

Kekuasaan Dinasti Muwahhidun di Spanyol dimulai pada tahun 1149 M adalah salah satu dinasti yang terkonsentrasi di Afrika Utara bagian Barat. Dinasti Muwahhidun berasal dari Suku Berber, yang pada awalnya adalah suatu gerakan Tarekat kemudian berkembang menjadi suatu kekuatan politik dengan mendirikan sebuah Dinasti yang berpusat di Maroko[35], dengan pendirinya Muhammad bin Tumart, setelah berhasil menumbangkan kekuasaan Dinasti Murabithun di Maghribi, kemudian berhasil merebut kekuasaan di Spanyol dengan tekad mengembalikan kejayaan Islam di sana.[36]

Pada masa ini serangan dari pihak Kristen semakin gencar, pada awalnya serangan yang dilancarkan oleh pihak Kristen dapat dipatahkan, sampai akhirnya Dinasti Muwahhidun dihadapkan pada perang Las Navas de Tolosa. Pada saat itu pasukan Kristen dipimpin oleh Alfonso VIII, Raja Castile, mengobarkan Reconquesta. Mereka berhasil menghimpun bantuan dari Perancis, Aragorn,Leon dan Orde Militer Kristen seperti Calatrava & Santiago .Pasukan Islam yang saat itu dibawah kepemimpinan al-Mansur Billah mengalami kekalahan besar, yang membawa kepada berakhirnya kekuasaan Dinasti Muwahhidun di Spanyol. Sejak saat itu satu per satu daerah kekuasaan Islam di Spanyol jatuh ke tangan pasukan Nasrani, selama tahun 1238 – 1260 M ,mereka dapat menguasai seluruh Spanyol,kecuali Granada,[37]

 7. Masa Bani Ahmar (1232 – 1492 M)

Pada periode ini Islam hanya memiliki daerah kekuasaan di Granada, di bawah pemerintahan Bani Ahmar. Mereka berhasil mengendalikan daerah-daerah pegunungan di Propinsi Granada, yang kemudian di sana didirikan Istana Al-Hambra. Pada masa ini peradaban kembali mengalami kemajuan seperti pada zaman Abdurrahman III, Granada pada waktu itu menjadi pusat peradaban yang banyak menarik perhatian para cendikiawan dan sastrawan khususnya yang berada di kawasan barat Islam. Keadaan ini dapat dipertahankan selama 2 ½ abad, yang mungkin sangat erat kaitannya dengan penguasa Granada hanya terdiri dari satu etnis yaitu Berber, yang berasal dari daerah Spanyol lainnya, yang kemudian berlindung di bawah kekuasaan Bani Ahmar.[38]

Akan tetapi pada masa ini, gesekan internal di tubuh istana tetap saja terjadi, dan hal itu dimanfaatkan Isabella-Ferdinand untuk menguasai Granada dan menyatukan Semenanjung Iberia. Sultan Granada, Mohammad XII Boabdil mencoba meminta bantuan Ottoman Empire namun ditolak oleh Bayazid II dan akhirnya Granada mengalami kekalahan telak. Melalui kapitulasi Granada,diputuskan bahwa Granada menjadi milik Los Reyes Católicos.[39]


Kapitulasi Granada, Mohammad XII Boabdil menyerahkan Kekuasaan pada Isabella-Ferdinand [47]

Jatuhnya kota Granada ke tangan Kristen menjadi tanda berakhirnya kekuasaan Islam di Spanyol selama 700 Tahun. Umat Muslim mengambil inisiatif untuk hijrah ke daerah Afrika Utara. Sedangkan non Katolik di Spanyol yang tidak pergi dipaksa untuk Konversi atau disiksa oleh Dewan Inkuisisi Gereja, pada masa Raja Philip von Habsburg dilakukan penghapusan sisa budaya umat muslim dan pengusiran sisa orang islam, juga Yahudi[40]


D. Kemajuan-Kemajuan yang Dicapai Spanyol pada Masa Islam


1.Pembangunan fisik

Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Dalam bidang pertanian diperkenalkan sistem irigasi. Dam, kanal, saluran dan jembatan air didirikan. Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Pengaturan hidrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan naurah (Spanyol: noria)[41]

Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota az-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, masjid Sevilla, dan istana al-Hambra di Granada. Jembatan besar dibangun melintang di atas sungai Al-Wadi Al-Kabier (Spanyol: Guadalquivier) yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. [42]


2. Kebudayaan

Seorang Seniman yang Bakatnya kurang dihargai, bernama Ziryab memutuskan untuk pindah dari Baghdad ke Andalusia dan memberikan banyak kontribusi bagi Kebudayaan. Ia menciptakan gaya pakaian yang elegan untuk empat musim di Eropa. Bayangkan, bahkan sebelum Paris dikenal sebagai pusat mode dunia, Ziryab sudah melakukan terobosan langkah awal dalam perkembangan dunia mode. Pada musim semi para wanita disarankan memakai busana warna terang[43]

Ziryab juga memperkenalkan "Tata Cara Makan" dengan buah dan sayuran seperti asparagus, dan juga memperkenalkan bahwa makanan disajikan di taplak meja dari kulit, bersikeras bahwa makanan harus disajikan terpisah dalam  tiga bagian yang terdiri atas sup, hidangan utama, dan dessert. Dia juga memperkenalkan penggunaan kristal sebagai wadah untuk minuman, yang lebih efektif daripada gelas logam. Sebelum waktu itu, makanan disajikan begitu saja di piring-piring di meja , seperti yang terjadi pada masa Kekaisaran Romawi.[44]

3. Ilmu Pengetahuan

IImu-ilmu sains di zaman Spanyol Islam berkembang dengan baik. Abbas ibn Firnas (ilmu kimia dan astronomi) ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu, ia juga menjadi manusia pertama yang melakukan eksperimen terbang dengan sayap, mendahului Otto Lilienthal di German & Wright Brothers di America.

Ahli Matematika Andalusia bernama Al-Qalasadi  menggunakan ﻭ (wa) yang berarti ''dan'' untuk penambahan (+). Untuk pengurangan (-), al-Qalasadi menggunakan ﻻ (illa) berarti ''kurang''. Sedangkan untuk perkalian (x), ia menggunakan ف (fi)  yang berarti ''kali''. Simbol ة (ala) yang berarti ''bagi'' digunakan untuk pembagian (/).

Selain itu, al-Qalasadi juga menggunakan simbol ﺝ (j) untuk melambangkan ''akar''.  Simbol ﺵ (sh) digunakan untuk melambangkan sebuah variable (x).  Lalu, ia menggunakan simbol ﻡ (m) untuk melambangkan ''kuadrat'' (X2). Huruf ﻙ (k) digunakan sebagai simbol ''pangkat tiga'' (x3). Sedangkan, ﻝ (l)  melambangkan sama dengan (=).

Astronom Toledo bernama Al-Zarqali mampu membuat astrolab paling canggih dan akurat.  Atrolab yang ciptakannya tergolong paling bagus di antara astrolab lain yang dibuat sebelumnya serta pada masa itu. Astrolab itu bisa digunakan untuk beragam keperluan.

Astrolab ciptaannya bisa digunakan untuk mengamati siklus zodiak.  Selain itu juga bisa didesain secara khusus untuk mengukur garis lintang dan memproyeksikan letak ekuator. Teknologi astrolab yang dibuatnya juga bisa menentukan jam atau waktu.

Dari bidang Filsafat, ada Ibnu Rusyd yang berpendapat bahwasanya akal (reason) merupakan basis bagi pengetahuan manusia terhadap wujud ketuhanan, dan dan bahwa al-Qur’an merupakan sebuah ungkapan alegoris yang memerlukan penafsiran rasional. . Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme[45]



DAFTAR PUSTAKA


Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, jilid 4, (Kairo: Maktabah al-Mishriyah,  1979

Ali Audah, Dari Khazanah Dunia Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000

Bernard F. Reilly, The Medieval Spains ,Cambridge: Cambridge University Press, 1993)

Bossong, Georg. 2002. Der Name Al-Andalus: Neue Überlegungen zu einem alten Problem. In David Restle and Dietmar Zaefferer, eds, Sounds and systems: studies in structure and change. A festschrift for Theo Vennemann. Berlin: Mouton de Gruyter. pp. 149–164. (In German)

C.E. Bosworth, The Islamic Dynasties, Bandung : Mizan, l993

Chejne, Anwar G, 1974, Muslim Spain: Its History and Culture, Menneapolis, The
University of Minnesota Press

Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern .Ponorogo: STAIN Ponorogo Pres, 2009)

David Wessenstein, Politics and Society in Islami Spain: 1002-1086, (New Jersey: Princeton University Press, 1985)

Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Khilafah, Jakarta : PT. Icktiar Baru Van Hoeve, 2002

Gill, John (2008). Andalucia: A Cultural History. Oxford : Oxford University Press

Glick, Thomas F (2005). Islamic And Christian Spain in the Early Middle Ages. Leiden : Ej Brill

Hamka, Sejarah Umat Islam, (Bukittinggi : Penerbit Nusantara),

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1985,

Heather and Matthews, Goths in the Fourth Century,Liverpool : Liverpool University Press

John Hines, Karen Høilund Nielsen, Frank Siegmund, The pace of change: studies in early-medieval chronology, Oxbow Books, 1999

Jurji Zaidan,   Tarikh al-Tamaddun al-Islami, juz III. (Kairo: Dara l-Hilal, tt)

Lapidus, Ira M. (2002). Sejarah Sosial Uma Islam. Cambridje : Cambridge University Press

Mahmudunnasir, Islam Its Concept & History, (New Delhi: Kitab Bravan, 1981)

Makki, Mahmoud (1992). "The Political History of Al-Andalus". In Jayyusi, Salma Khadra. The Legacy of Muslim Spain. Handbuch der Orientalistik. Part 1, Volume 12. Leiden: E.J. Brill.

Maidir Harun & Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang: IAIN IB Press, 2001)

Michael Maas, The Cambridge Companion to the Age of Justinian, Cambridge University Press, 2005

Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat, Jakarta :Risalah Gusti

Merrilis,Andy (2004), Vandals,Roman & Berber, Understanding Late antique north Africa, ashgate

Philip K. Hitti, History of The Arabs, Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta

S. M. Imaduddin, Muslim Spain: 711-1492 A.D,Leiden : EJ Brill

Syamsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Hamzah, 2000

Thomas Hogdkins, Italy and Her Invaders, second edition (Oxford, 1892)

Ulick Ralph Burke (2008), A History of Spain from the Earliest Times to the Death of Ferdinand the Catholic, Lightning Source Incorporated

W. Montgomery Watt (1990), Kejayaan Islam: Kajian kritis dari tokoh orientalis,Yogyakartra : Tiara wacana

William Presscott. History of the Reign of Philip the Second : King of Spain, Kessinger Publishing, 2004

Wilson, Andrew (2007): "The Metal Supply of the Roman Empire.Supplying Rome and the Roman Empire, Journal of Roman Archaeology, supplement 69, hlm. 109–125

[1] Ulick Ralph Burke (2008), A History of Spain from the Earliest Times to the Death of Ferdinand the Catholic, Lightning Source Incorporated,hlm.14
[2] Wilson, Andrew (2007): "The Metal Supply of the Roman Empire.Supplying Rome and the Roman Empire, Journal of Roman Archaeology, supplement 69, hlm. 109–125
[3] John Hines, Karen Høilund Nielsen, Frank Siegmund, The pace of change: studies in early-medieval chronology, Oxbow Books, 1999, hlm. 93
[4] Thomas Hogdkins, Italy and Her Invaders, second edition (Oxford, 1892), vol. 2 hlm. 244-249
[5] Heather and Matthews, Goths in the Fourth Century,Liverpool : Liverpool University Press,hlm.143
[6] Merrilis,Andy (2004), Vandals,Roman & Berber,  Understanding Lante antique north Africa, ashgate,hlm.3-28
[7] Bossong, Georg. 2002. Der Name Al-Andalus: Neue Überlegungen zu einem alten Problem. In David Restle and Dietmar Zaefferer, eds, Sounds and systems: studies in structure and change. A festschrift for Theo Vennemann. Berlin: Mouton de Gruyter. pp. 149–164. (In German)
[8] Michael Maas, The Cambridge Companion to the Age of Justinian, Cambridge University Press, 2005,hlm.28
[9] S. M. Imaduddin, Muslim Spain: 711-1492 A.D,Leiden : EJ Brill, hlm. 13
[10]Mahmudunnasir, Islam Its Concept & History, (New Delhi: Kitab Bravan, 1981), hlm. 214

[11] A. Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Islamiyah,  Maktabah al-Mishriyah,  1979), hlm. 154
[12] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000, Cet. 11, hlm. 88.
[13] Philip K. Hitti, History of The Arabs, PT Serambi Ilmu Semesta Jakarta, hlm. 493-494
[14] Chejne, Anwar G, 1974, Muslim Spain: Its History and Culture, Menneapolis, The
University of Minnesota Press.hlm.8
[15] Watt, Montgomery dan Cachia, Pierre, 1992, A History Islamic Spain, Edinburgh
University Press,hlm.15
[16] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1985, Cet. 5, hlm. 62
[17] Hamka, Sejarah Umat Islam, (Bukittinggi : Nusantara, t.th), cet. 3, hlm. 284
[18] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000, Cet. 11., h. 94
[19] David Wessenstein, Politics and Society in Islami Spain: 1002-1086, (New Jersey: Princeton University Press, 1985), hlm. 15-16
[20] Maidir Harun/Firdaus, Sejarah Peradaban Islam I, (Padang : IAIN Press, 2001) h. 109-110)
[21] Philip K. Hitti, History of The Arabs, PT Serambi Ilmu Semesta Jakarta, hlm. 502)
[22] Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, jilid 4, (Kairo: Maktabah al-Mishriyah,  1979), hlm. 41-50
[23] Jurji Zaidan,   Tarikh al-Tamaddun al-Islami, juz III. (Kairo: Dara l-Hilal, tt),hlm.200
[24] Bernard F. Reilly, The Medieval Spains ,Cambridge: Cambridge University Press, 1993), hlm.84.
[25]Hamka, Sejarah Umat Islam, (Bukittinggi : Nusantara, t.th), cet. 3,hlm. 288
[26]Philip K. Hitti, History of The Arabs, PT Serambi Ilmu Semesta Jakarta, hlm.506
[27] W. Montgomery Watt (1990), Kejayaan Islam: Kajian kritis dari tokoh orientalis,Yogyakartra : Tiara wacana,hlm.217-218
[28] http://www.zum.de/whkmla/region/spain/taifas.html
[29] Maidir Harun & Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang: IAIN IB Press, 2001) hlm. 114
[30] Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Khilafah, Jakarta : PT. Icktiar Baru Van Hoeve, 2002, hlm. 201
[31] Glick, Thomas F (2005). Islamic And Christian Spain in the Early Middle Ages. Leiden : Ej Brill,hlm.37
[32] C.E. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, Bandung:  Penerbit Mizan, 1993, hlm. 50
[33] Syamsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: HAmzah, 200), hlm.268
[34] Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern .Ponorogo: STAIN Ponorogo Pres, 2009), hlm.200
[35] Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Khilafah, Jakarta : PT. Icktiar Baru Van Hoeve, 2002. Hlm. 206
[36]C.E. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, Bandung:  Penerbit Mizan, 1993. Hlm.52
[37] Philip K. Hitti, History of The Arabs, PT Serambi Ilmu Semesta Jakarta, hlm.531-534
[38] Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Khilafah, Jakarta : PT. Icktiar Baru Van Hoeve, 2002,hlm. 212
[39] Makki, Mahmoud (1992). "The Political History of Al-Andalus". In Jayyusi, Salma Khadra. The Legacy of Muslim Spain. Handbuch der Orientalistik. Part 1, Volume 12. Leiden: E.J. Brill. Hlm.77
[40] William Presscott. History of the Reign of Philip the Second : King of Spain, Kessinger Publishing, 2004,hlm.196
[41] Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat, Risalah Gusti hlm. 243
[42] Ali Audah, Dari Khazanah Dunia Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999,hlm.220
[43]  Gill, John (2008). Andalucia: A Cultural History. Oxford University Press. hlm. 81
[44] Lapidus, Ira M. (2002). Sejarah SOsial Uma Islam. Cambridge University Press. p. 311.
[45] Ibid,hlm.593
[46]http://www.castelodafantasia.net/2006b/mix4.html
[47] Karya Pelukis Spanyol Francisco Pradilla y Ortiz (http://www.invertirenarte.es/images/stories/mercadodearte/2009/abr18/francisco_pradilla_rendicion_de_granada_bonhams.jpg)
[48] Karya Dionisio Baixeras Verdaguer (http://emuseumplus.ird.ub.es/eMuseumPlus?service=direct/1/ResultLightboxView/moduleBottomContextFunctionBar.bottomNavigator.next&sp=10&sp=Scollection&sp=SfieldValue&sp=0&sp=3&sp=3&sp=Slightbox_3x4&sp=48&sp=Sdetail&sp=0&sp=F&sp=60#)
Diposkan oleh cacing padang pasir di Wednesday, June 26, 2013
Email This
BlogThis!
Share to Twitter
Share to Facebook
Share to Pinterest


Label: Arab Pra-Islam, Arab setelah Islam (7-13 M)

No comments:

Post a Comment