Dari Masa Romawi,Visigothic sampai Islam
Oleh : Hanafi Wibowo
PENDAHULUAN
Dalam dunia Islam berlaku satu peradaban yang berbeda dengan
peradaban-peradaban yang terdahulu di wilayah Persia dan Romawi. Suatu
peradaban yang berbeda dengan peradaban Arab yang mendominasi Jazirah Arab pada
masa ekspansi. Itulah peradaban Islam yang jiwa dan sendi-sendinya disarikan
dari Islam serta diserap dari keunggulan-keunggulan peradaban dunia yang sesuai
dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Dunia lebih mendapatkan manfaat dari peradaban Islam
dibandingkan peradaban dua negara adikuasa sebelumnya, Yunani dan Romawi.
Peradaban Yunani lebih banyak memusatkan perhatian kepada pemikiran dan
filsafat serta tidak banyak memperhatikan kebutuhan masyarakat dan kehidpan
individu. Lain halnya dengan peradaban Islam selain memotivasi kepada pemikiran
dan filsafat, ujuga sangat memperhatikan aspek-aspek kehidupan individu dan
masyarakat serta bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan dunia dan akhirat.
Oleh sebab itu ekspansi Islam berbeda dengan ekspansi yang
dilakukan Romawi dan Mongol yang sama sekali tidak memperhatikan nilai
peradaban yang tinggi, bahkan sebaliknya, bangsa Mongol telah merusak dan
membinasakan peradaban yang telah ada. Sedangkan ekspansi Islam membawa risalah
peradaban yang mengajak pada perdamaian, kesejahteraan dan ketenangan dalam
kehidupan.
Andalusia mrupakan mata rantai pertama dan terpenting tempat
terjadinya kontak antara orang-orang Arab Islam dengan orang-orang Kristen
Eropa pada tahun 711 M. Andalusia yang kini merupakan bagian provinsi dari
negara Spanyol sekaligus wilayah Eropa pertama yang mampu dikuasai oleh umat
Islam. Sejak pertama kali menapakkan kaki di daratan Eropa, sejarah mencatat
masyarakat muslim di Spanyol bergerak naik turun antara kekuatan dan kelemahan,
antara ekspansi dan penolakan diri.
Lebih jauh kemudian, Andalusia atau Semenanjung Iberia
(Spanyol dan Portugal) sendiri merupakan jembatan penghubung yang
mentransmisikan peradaban Islam ke wilayah Eropa lainnya hingga benua Amerika.
Bahkan sebelum Spanyol mampu merebut kembali (reconquista) wilayah mereka dari
kaum muslimin dan mengusir penduduk muslim dari wilayah tersebut. Hal ini tak
dapat dipungkiri mengingat Spanyol dan Portugal merupakan negara Eropa pertama
yang melakukan perjalanan penting di luar wilayahnya pada abad ke-16. Beberapa
tahun setelah mereka dapat mengusir umat Islam dari Semenanjung Iberia.
Setelah itu, lahirlah sebuah babak baru dalam lembaran
sejarah manusia ketika ratusan ribu bangsa Eropa menaklukkan bangsa-bangsa
lainnya di belahan bumi, dari ujung benua Afrika, benua Amerika hingga Asia. Islam
di Spanyol juga menjadi peretas kejayaan Eropa hingga berabad-abad lamanya
ketika Benua Biru ini mencapai zaman aufklarung dan masa renaissance hingga
revolusi industri sebagai penanda era modern.
A. Spanyol Pra-Islam
Semenanjung Iberia di
benua Eropa barat daya, berbatasan di sebelah timur dan tenggara timur dan
tenggara adalah Laut Tengah, di selatan Benua Afrika yang terhalang oleh Selat
Gibraltar, di barat Samudera Atlantik dan di utara oleh Teluk Biscy. Pegunungan
Pyrenia di timur laut membatasi dengan Prancis. Orang Yunanilah yang memberi
nama Iberia untuk Semenanjung tempat Negara Modern Spanyol & Portugal ,
diambil dari nama sungai Ibre (Ebro). Orang orang Yunani mendirikan Koloni
dagangnya di Wilayah Timur Laut Spanyol, tepatnya di Emporion (sekarang Kota
Empurias yang terletak di Perbatasan Prancis).
Pada abad ke-6 SM, orang orang Punisia tiba di Iberia, dan mendirikan
Koloni di Spanyol Selatan yang dinamai “Cartago Nova” (sekarang Kota
Cartagena). Bagi Punisia, Iberia adalah wilayah penting sebagai pemasok
Prajurit bagi Punisia dalam Perang, juga tambang Perak.
1. Roman Hispania (218 BC–400 CE)
Setelah Romawi mengusir orang orang Punisia dari Iberia pada abad yang kedua mereka menamainya dengan
“Hispania” yang berasal dari bahasa
Punisia Kuno span,artinya “Tersembunyi” (Hidden) , mungkin mengindikasikan
betapa jauhnya wilayah tersebut..[1]
Dibawah kekuasaan Romawi. Wilayah ini dibagi menjadi Hispania Citerior dan Hispania Ulterior.
Bahasa Latin menjadi Bahasa Resmi Hispania, berbagai Infrastruktur seperti
Amphiteater,Stadion,Kuil,Aquaduk,Pemandian Umum,dsb dibangun dengan baik.
Hispania menjadi salah satu tulang punggung Ekonomi Romawi dengan hasil buminya
seperti Minyak Zaitun & anggur belum lagi dari sector pertambangan seperti
perak,emas,besi dan tembaga[2]
2. Gothic Hispania (409-711 CE)
Pada januari 409 M, Ketika Romawi melemah suku suku Germanic
seperti Ostrogothic,Vandal & Suevi menyebrangi sungai Rhine, yang ketika
itu sedang membeku, dan masuk ke Kekaisaran Romawi, Peristiwa ini disebut
Periode Migrasi (Völkerwanderung)[3]. Tidak ada pasukan Romawi yang
menghentikan mereka, sehingga mereka begitu bebas menjarah segala yang mereka
temukan. Mereka datang dalam keadaan lengkap, terdiri atas pria, wanita, dan
anak-anak. Ini berarti bahwa mereka datang untuk bermukim. Suku Vandal, dibawah
pimpinan Geiseric adalah yang pertama mengacak-ngacak Roma[4]. Mereka kemudian
mengambil alih bagian selatan Spanyol pada 411 M.
Pada tahun 509 M Suku Frank yang telah menguasai Prancis
utara, berupaya untuk menerobos ke Mediterania di bawah pimpinan Raja mereka,
Clovis. Setelah pertempuran besar di Vouillé, suku Franka menang, dan suku
Visigoth kalah, dan raja mereka juga terbunuh. Suku Frank merebut sebagian
besar Prancis sehingga Kerajaan Visigoth memindahkan Ibukotanya ke
Toledo.
Kaisar Byzantium, Justinian Agung, berkeinginan
mengembalikan Kejayaan Romawi. Justinianus mengirimkan pasukan untuk ikut campur
dalam Konflik internal Visigothic antara Agila & Athanagild. Akan tetapi
ketika Athanagild berterima kasih kepada pasukan Romawi dan mengatakan bahwa
mereka boleh pulang, pasukan Romawi punya rencana lain, mereka menduduki
Pesisir Selatan Spanyol dan mendirikan Provinsi yang bernama “Byzantine Spania”
. Selama sekitar tujuh puluh tahun berikutnya, suku Visigoth berjuang untuk
mengusir Romawi dari Spanyol.[8]
Pada tahun 600 M suku Visigoth adalah satu-satunya kelompok
penganut Arian di Mediterania dan pada akhirnya mereka pun berpindah menjadi
penganut Katolik, di bawah raja mereka Rekkared.
Di bawah Kekuasaan Visigoth, sama sekali tidak mempengaruhi
perkembangan Bahasa Latin. Bahasa latin tetap dipakai dan malah Bahasa Gothic
sama sekali tak berbekas di Semenanjung Iberia.
Dari segi, pembangunan ekonomi pun, sejumlah Insfrastruktur
buatan Romawi seperti Pemandian,Toilet Umum,Stadion,dan lainnya ikut
terbengkalai.[9] Karena orang orang Gothic tidak menguasai Teknologi untuk
merawat apalagi memperbarui fasilitas umum pada masa Romawi tersebut. Baru pada
masa Islam lah, Infrastruktur-infrastruktur tersebut diperbarui kembali.[10]
Situasi diperburuk, dengan konflik internal antara Raja
Roderick dengan keluarga dan Pejabatnya,ditambah pula dengan tentara yang
kebanyakan adalah budak, sudah pasti mereka tidak sepenuhnya loyal pada Raja,
hal itu memicu keruntuhan Kerajaan Vishigothic di tangan pasukan Muslim pada
711 M.
B. Usaha Umat Islam Menaklukkan Spanyol
Semenanjung Iberia mulai ditaklukan oleh umat Islam pada
zaman khalifah Bani Umayyah, Al-Walid bin Abdul Malik (86-89 H/705-715 M).
Sebelumnya, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai
salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas
Afrika Utara ini terjadi pada masa Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), dimana
dia mengangkat Hasan bin Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu.
Penaklukan atas Afrika Utara memakan waktu selama 53 tahun.[11] Setelah kawasan
ini dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya ke Spanyol. Dengan
demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam
penaklukan wilayah Spanyol[12].
Kedatangan pasukan Islam terdengar oleh Raja Roderick
melalui para Bangsawan yang menyaksikannya. Maka Raja itupun mempersiapkan bala
tentaranya untuk menghadapi pasukan Thariq. Pada tanggal 19 Juli 711, kedua
pasukan bertemu ditepi sungai Rio Guadalete, sehingga terjadilah pertempuran
yang sengit. Pasukan Roderick terdesak
dan dapat dikalahkan, bahkan Roderick sendiri tewas tenggelam di Rio Babate
ketika hendak melarikan diri[13].
Kesuksesan di Rio Guadalete mendorong semangat pasukan
muslim untuk terus bergerak memasuki wilayah-wilayah kekuasaan Visigoth
lainnya. Mula-mula bergerak ke Toledo dengan melewati dan menguasainya terlebih
dahulu kota-kota Malaga, Elvira, Murcia dan Cordova. Kemudian Thariq terus
bergerak hingga kebagian barat semenanjung Iberia. Thariq mendapat dukungan
penduduk taklukannya untuk menaklukkan wilayah-wilayah lainnya[14]
Mendengar kesuksesan yang dicapai oleh Thariq bin ziyad,
maka Amir Musa bin Nushair pada tahun 712 berangkat menuju Spanyol. la bersama
pasukannya sebanyak 18.000 personil yang kebenyakan dari suku-suku Arab dengan
menempuh jalur yang tidak dilewati oleh pasukan Thariq, la mampu menaklukkan Sidonia,Carmona, dan berhasil memasuki
Sevilla, Huelva dan ahirnya mengikuti arah sungai,sampailah ia bersama
pasukannya kekota Merido dan kota-kota kecil lainnya. Kemudian ia dapat bertemu
dan bergabung dengan pasukan Thariq di Toledo pada bulan Juli tahun 713[15].
Gelombang perluasan wilayah berikutnya ditujukan untuk
menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan
pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan dilanjutkan
oleh Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota
Bordeaux, Poitier, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi,
di antara kota Poitier dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga
penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke
Spanyol[16].
C. Perkembangan Politik
Islam di Spanyol
Secara garis besar perkembangan Politik Islam di Spanyol dapat dibagi kepada
beberapa tahap perkembangan sebagai berikut :
1.Provinsi Umayyah Andalusia
Pada periode ini Spanyol merupakan salah satu propinsi di
bawah kekuasaan Dinasti Umayyah di Damaskus, yang dipimpin oleh para wali wakil
Khalifah disana, mulai dari tahun 93 H / 716 M sampai tahun 138 H/ 756 M.[17]
Pada masa ini, stabilitas politik di Spanyol belum tercipta
dengan sempurna, dimana diantara para elite penguasa masih terdapat
perselisihan, terutama diakibatkan oleh perbedaan etnis dan golongan, seperti
antara etnis Barbar dan Arab yang masing-masing merasa berhak untuk memerintah
di negeri tersebut. Bahkan terjadi pula perbedaan pandangan politik antara
Khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara, dimana diantara mereka merasa
paling berhak berkuasa di Spanyol. Hal ini sering menyulut terjadinya perang
saudara, sehingga dalam jangka 40 tahun terjadi 20 kali pergantian wali dengan
wali yang pertama adalah Abdul Aziz bin Musa bin Nushair, sampai Gubernur
terakhirnya Yusuf bin Abdurrahman al-Fihri.[18]
Itulah sebabnya di
Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya
untuk jangka waktu yang agak lama. Periode ini berakhir dengan datangnya
Abdurrahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.[19]
2.Emirat Umayyah Andalusia
Periode ini dimulai dengan masuknya Abdurrahman
ad-Dakhil[20] Amir Abdurrahman yang dipanggil al-Dakhil (New Comer) menetapkan
Cordova sebagai ibu kotanya. Karena ketangkasan dan kegigihannya, ia mampu
melepaskan diri dari kejaran Bani Abbas hingga dapat mendirikan Emirat (Dinasti
Umayyah di Spanyol), Khalifah al-Mansur di Bagdad menjulukinya sebagai
"The Falcon of Quraysh" atau si rajawali Quraysh[21].
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh
kemajuan-kemajuan baik di bidang politik maupun bidang peradaban. Abdurrahman
Al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar
Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang
memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman Al-Ausath
dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai
dikembangngkan pada periode ini.[22]
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi.
Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan
Kristen fanatik yang mencari kesyahidan (martyrdom). Namun, Gereja Katolik Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan
itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama[23]
3.Kekhalifahan Umayyah Andalusia
Periode ini berlangsung semenjak Abdurrahman III yang
bergelar an-Nashir memerintah pada tahun 315 H/912 M sampai munculnya periode
Muluk ath-Tahwaif pada tahun 1013 M. Pada masa ini penguasa di Spanyol bergelar
khalifah. Gelar tersebut bermula ketika Abdurrahman III dihadapkan dengan
ancaman invasi oleh Fatimiyah, sebuah kerajaan Islam berideologi Syiah yang
berbasis di Kairo. Dinasti Fatimiyah telah mengclaim dirinya sebagai Khalifah
Tandingan melawan Khalifah Abbasiyah di Baghdad, Abdurrahman III memutuskan
memakai gelar Khalifah juga. Langkah ini
membantu Abdurrahman III mendapatkan prestise di hadapan rakyatnya, dan gelar
tersebut tetap dipertahankan sampai akhir masa kekuasaan Umayyah Andalusia
[24].
Khalifah Abdurrahman II di Istananya, Madinat Az-Zahra
bersama para ilmuwan,Menteri dan Musisi Istana [48]
Abdurrahman III dengan gelar an-Nashir yang memerintah + 50
tahun telah berhasil menciptakan stabilitas politik di Spanyol, hal ini
dibuktikan dengan keberhasilannya memadamkan pemberontakan-pemberontakan, dan
meredam timbulnya perpecahan dan perselisihan diantara bangsa Arab. &
bangsa Berber[25]
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan
dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman
Al-Nasir mendirikan universitas Cordova. Ia mendahului Al-Azhar Kairo dan
Madrasah Nizamiyah Seljuk, juga menarik minat para siswa, Kristen dan Muslim,
tidak hanya di Spanyol tetapi juga dari wilayah-wilayah lain di Eropa, Afrika
dan Asia.[26]
Akhirnya pada tahun 1013 M, sebagai puncak dari Perang
Saudara yang berlarut-larut, Andalusia terpecah menjadi banyak Kerajaan kecil
yang mengclaim dirinya penerus Sah dari Umayyah Andalusia.[27]
4.Muluk at-Tawaif
Fitnah Andalusia (1009–1031) membuat Spanyol terpecah kepada
lebih dari tiga puluh negara kecil yang dikenal dengan istilah muluk
at-thawaif, yang berlangsung dari tahun 1013 – 1086 M. diantara Negara Negara
kecil itu yang terkuat adalah Toledo,Sevilla & Zaragoza[28]
Pemerintah pada periode ini diwarnai dengan berbagai
peperangan antara golongan, kerajaan yang kuat menyerang yang lemah sehingga
untuk mempertahankan kekuasaannya, ada sebagian golongan yang meminta bantuan
kepada non muslin. hal ini diwujudkan dengan berbagai serangan oleh pihak
Kristen terhadap Islam. Pihak Kristen yang diwakili oleh Raja Leon, Alfonso VI Jimenez berhasil
merebut kota Toledo pada tahun 1085,[29]
Walaupun secara Politik, umat Islam Andausia terpecah
belah,namun Seni dan Budaya berkembang pesat, setiap Kota berusaha keras
menyaingi kota lain dalam hal peradaban, fenomena serupa juga terjadi pada Masa
Abbasiyah pertengahan hingga akhir[30]
5. Masa Dinasti Murabithun
Dinasti Murabithun adalah dinasti berber[31] yang mulanya
merupakan gerakan Tarekat yang kemudian berkembang menjadi gerakan
religio-militer. Para Ulama & anggota Tarekat tinggal bersama di dalam
ribat yang terletak di mulut sungai Senegal. Asal-usul dinasti ini dari
Lamtunah, salah satu dari suku Sanhaja, Mereka juga disebut al-Mulassimun
(orang-orang bercadar)[32]
Tarekat Murabithun ini dipelopori Yahya bin Ibrahim
Al-Jaddali, salah seorang kepala suku Lamtunah. Gerakan ini dimulai
sekembalinya dari perjalanan ibadah haji. Ia berjumpa dengan Abdullah bin Yasin
Al-Jazuli & memintanya untuk mengajarkan ilmu agama yang benar kepada
penduduk ditempat tinggalnya. Tarekat ini berkembang sangat cepat , sehingga
dapat menghimpun sekitar 1000 orang pengikut. Selanjutnya, mereka melirik cara
lain dalam perkembangan ajaran yaitu dengan memasuki wilayah politik militer
& kekuasaan serta mengangkat Yahya bin Umar sebagai panglima militer.
Mereka melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah Sahara Afrika dan kemudian ke
Spanyol pada tahun tahun 1055[33].
Kekuasaan Dinasti Murabithun di Spanyol hanya berlangsung
sampai tahun 1149 M. Ketika Yusuf bin Tasyufin mangkat, ia digantikan oleh
putranya Alif bin Yusuf yang selalu disibukkan oleh usaha untuk menumpas
pemberontakan, maka lambat laun Murabithun pun mundur. Para penggantinya pun
bukanlah orang-orang yang cakap, sehingga kekuasaan Dinasti ini dapat diambil
oleh Dinasti Muwahhidun, disamping adanya serangan dari pihak Kristen, yang
pada masa ini telah berhasil merebut beberapa daerah kekuasaan Islam seperti
Castile, Barcelona, dan beberapa daerah lainnya.[34]
6. Masa Dinasti Muwahhidun
Kekuasaan Dinasti Muwahhidun di Spanyol dimulai pada tahun
1149 M adalah salah satu dinasti yang terkonsentrasi di Afrika Utara bagian
Barat. Dinasti Muwahhidun berasal dari Suku Berber, yang pada awalnya adalah
suatu gerakan Tarekat kemudian berkembang menjadi suatu kekuatan politik dengan
mendirikan sebuah Dinasti yang berpusat di Maroko[35], dengan pendirinya
Muhammad bin Tumart, setelah berhasil menumbangkan kekuasaan Dinasti Murabithun
di Maghribi, kemudian berhasil merebut kekuasaan di Spanyol dengan tekad
mengembalikan kejayaan Islam di sana.[36]
Pada masa ini serangan dari pihak Kristen semakin gencar,
pada awalnya serangan yang dilancarkan oleh pihak Kristen dapat dipatahkan,
sampai akhirnya Dinasti Muwahhidun dihadapkan pada perang Las Navas de Tolosa.
Pada saat itu pasukan Kristen dipimpin oleh Alfonso VIII, Raja Castile,
mengobarkan Reconquesta. Mereka berhasil menghimpun bantuan dari Perancis,
Aragorn,Leon dan Orde Militer Kristen seperti Calatrava & Santiago .Pasukan
Islam yang saat itu dibawah kepemimpinan al-Mansur Billah mengalami kekalahan
besar, yang membawa kepada berakhirnya kekuasaan Dinasti Muwahhidun di Spanyol.
Sejak saat itu satu per satu daerah kekuasaan Islam di Spanyol jatuh ke tangan
pasukan Nasrani, selama tahun 1238 – 1260 M ,mereka dapat menguasai seluruh
Spanyol,kecuali Granada,[37]
7. Masa Bani Ahmar
(1232 – 1492 M)
Pada periode ini Islam hanya memiliki daerah kekuasaan di
Granada, di bawah pemerintahan Bani Ahmar. Mereka berhasil mengendalikan
daerah-daerah pegunungan di Propinsi Granada, yang kemudian di sana didirikan
Istana Al-Hambra. Pada masa ini peradaban kembali mengalami kemajuan seperti
pada zaman Abdurrahman III, Granada pada waktu itu menjadi pusat peradaban yang
banyak menarik perhatian para cendikiawan dan sastrawan khususnya yang berada
di kawasan barat Islam. Keadaan ini dapat dipertahankan selama 2 ½ abad, yang
mungkin sangat erat kaitannya dengan penguasa Granada hanya terdiri dari satu
etnis yaitu Berber, yang berasal dari daerah Spanyol lainnya, yang kemudian
berlindung di bawah kekuasaan Bani Ahmar.[38]
Akan tetapi pada masa ini, gesekan internal di tubuh istana
tetap saja terjadi, dan hal itu dimanfaatkan Isabella-Ferdinand untuk menguasai
Granada dan menyatukan Semenanjung Iberia. Sultan Granada, Mohammad XII Boabdil
mencoba meminta bantuan Ottoman Empire namun ditolak oleh Bayazid II dan
akhirnya Granada mengalami kekalahan telak. Melalui kapitulasi
Granada,diputuskan bahwa Granada menjadi milik Los Reyes Católicos.[39]
Kapitulasi Granada, Mohammad
XII Boabdil menyerahkan Kekuasaan pada Isabella-Ferdinand [47]
Jatuhnya kota Granada ke tangan Kristen menjadi tanda
berakhirnya kekuasaan Islam di Spanyol selama 700 Tahun. Umat Muslim mengambil
inisiatif untuk hijrah ke daerah Afrika Utara. Sedangkan non Katolik di Spanyol
yang tidak pergi dipaksa untuk Konversi atau disiksa oleh Dewan Inkuisisi
Gereja, pada masa Raja Philip von Habsburg dilakukan penghapusan sisa budaya
umat muslim dan pengusiran sisa orang islam, juga Yahudi[40]
D. Kemajuan-Kemajuan yang Dicapai Spanyol pada Masa Islam
1.Pembangunan fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat
Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun.
Dalam bidang pertanian diperkenalkan sistem irigasi. Dam, kanal, saluran dan
jembatan air didirikan. Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik
untuk tujuan irigasi. Pengaturan hidrolik itu dibangun dengan memperkenalkan
roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan naurah (Spanyol: noria)[41]
Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling
menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana,
masjid, pemukiman, dan taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah
masjid Cordova, kota az-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo,
masjid Sevilla, dan istana al-Hambra di Granada. Jembatan besar dibangun
melintang di atas sungai Al-Wadi Al-Kabier (Spanyol: Guadalquivier) yang
mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol
Islam itu. [42]
2. Kebudayaan
Seorang Seniman yang Bakatnya kurang dihargai, bernama
Ziryab memutuskan untuk pindah dari Baghdad ke Andalusia dan memberikan banyak
kontribusi bagi Kebudayaan. Ia menciptakan gaya pakaian yang elegan untuk empat
musim di Eropa. Bayangkan, bahkan sebelum Paris dikenal sebagai pusat mode
dunia, Ziryab sudah melakukan terobosan langkah awal dalam perkembangan dunia
mode. Pada musim semi para wanita disarankan memakai busana warna terang[43]
Ziryab juga memperkenalkan "Tata Cara Makan"
dengan buah dan sayuran seperti asparagus, dan juga memperkenalkan bahwa
makanan disajikan di taplak meja dari kulit, bersikeras bahwa makanan harus
disajikan terpisah dalam tiga bagian
yang terdiri atas sup, hidangan utama, dan dessert. Dia juga memperkenalkan
penggunaan kristal sebagai wadah untuk minuman, yang lebih efektif daripada
gelas logam. Sebelum waktu itu, makanan disajikan begitu saja di piring-piring
di meja , seperti yang terjadi pada masa Kekaisaran Romawi.[44]
3. Ilmu Pengetahuan
IImu-ilmu sains di zaman Spanyol Islam berkembang dengan
baik. Abbas ibn Firnas (ilmu kimia dan astronomi) ialah orang pertama yang
menemukan pembuatan kaca dari batu, ia juga menjadi manusia pertama yang
melakukan eksperimen terbang dengan sayap, mendahului Otto Lilienthal di German
& Wright Brothers di America.
Ahli Matematika Andalusia bernama Al-Qalasadi menggunakan ﻭ
(wa) yang berarti ''dan'' untuk penambahan (+). Untuk pengurangan (-),
al-Qalasadi menggunakan ﻻ
(illa) berarti ''kurang''. Sedangkan untuk perkalian (x), ia menggunakan ف (fi) yang berarti ''kali''. Simbol ة (ala) yang berarti ''bagi''
digunakan untuk pembagian (/).
Selain itu, al-Qalasadi juga menggunakan simbol ﺝ (j) untuk melambangkan
''akar''. Simbol ﺵ (sh) digunakan untuk melambangkan sebuah
variable (x). Lalu, ia menggunakan
simbol ﻡ (m) untuk
melambangkan ''kuadrat'' (X2). Huruf ﻙ
(k) digunakan sebagai simbol ''pangkat tiga'' (x3). Sedangkan, ﻝ (l) melambangkan sama dengan (=).
Astronom Toledo bernama Al-Zarqali mampu membuat astrolab
paling canggih dan akurat. Atrolab yang
ciptakannya tergolong paling bagus di antara astrolab lain yang dibuat
sebelumnya serta pada masa itu. Astrolab itu bisa digunakan untuk beragam
keperluan.
Astrolab ciptaannya bisa digunakan untuk mengamati siklus
zodiak. Selain itu juga bisa didesain
secara khusus untuk mengukur garis lintang dan memproyeksikan letak ekuator.
Teknologi astrolab yang dibuatnya juga bisa menentukan jam atau waktu.
Dari bidang Filsafat, ada Ibnu Rusyd yang berpendapat
bahwasanya akal (reason) merupakan basis bagi pengetahuan manusia terhadap
wujud ketuhanan, dan dan bahwa al-Qur’an merupakan sebuah ungkapan alegoris
yang memerlukan penafsiran rasional. . Demikian besar pengaruhnya di Eropa,
hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme[45]
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah
al-Islamiyah, jilid 4, (Kairo: Maktabah al-Mishriyah, 1979
Ali Audah, Dari Khazanah Dunia Islam, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1999
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2000
Bernard F. Reilly, The Medieval Spains ,Cambridge: Cambridge
University Press, 1993)
Bossong, Georg. 2002. Der Name Al-Andalus: Neue Überlegungen
zu einem alten Problem. In David Restle and Dietmar Zaefferer, eds, Sounds and
systems: studies in structure and change. A festschrift for Theo Vennemann.
Berlin: Mouton de Gruyter. pp. 149–164. (In German)
C.E. Bosworth, The Islamic Dynasties, Bandung : Mizan, l993
Chejne, Anwar G, 1974, Muslim Spain: Its History and
Culture, Menneapolis, The
University of Minnesota Press
Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik
Hingga Modern .Ponorogo: STAIN Ponorogo Pres, 2009)
David Wessenstein, Politics and Society in Islami Spain:
1002-1086, (New Jersey: Princeton University Press, 1985)
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Khilafah, Jakarta : PT.
Icktiar Baru Van Hoeve, 2002
Gill, John (2008). Andalucia: A Cultural History. Oxford :
Oxford University Press
Glick, Thomas F (2005). Islamic And Christian Spain in the
Early Middle Ages. Leiden : Ej Brill
Hamka, Sejarah Umat Islam, (Bukittinggi : Penerbit
Nusantara),
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid
I, Jakarta: UI Press, 1985,
Heather and Matthews, Goths in the Fourth Century,Liverpool
: Liverpool University Press
John Hines, Karen Høilund Nielsen, Frank Siegmund, The pace
of change: studies in early-medieval chronology, Oxbow Books, 1999
Jurji Zaidan, Tarikh
al-Tamaddun al-Islami, juz III. (Kairo: Dara l-Hilal, tt)
Lapidus, Ira M. (2002). Sejarah Sosial Uma Islam. Cambridje
: Cambridge University Press
Mahmudunnasir, Islam Its Concept & History, (New Delhi:
Kitab Bravan, 1981)
Makki, Mahmoud (1992). "The Political History of
Al-Andalus". In Jayyusi, Salma Khadra. The Legacy of Muslim Spain.
Handbuch der Orientalistik. Part 1, Volume 12. Leiden: E.J. Brill.
Maidir Harun & Firdaus, Sejarah Peradaban Islam,
(Padang: IAIN IB Press, 2001)
Michael Maas, The Cambridge Companion to the Age of
Justinian, Cambridge University Press, 2005
Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual
Barat, Jakarta :Risalah Gusti
Merrilis,Andy (2004), Vandals,Roman & Berber,
Understanding Late antique north Africa, ashgate
Philip K. Hitti, History of The Arabs, Jakarta : PT Serambi
Ilmu Semesta
S. M. Imaduddin, Muslim Spain: 711-1492 A.D,Leiden : EJ
Brill
Syamsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:
Hamzah, 2000
Thomas Hogdkins, Italy and Her Invaders, second edition
(Oxford, 1892)
Ulick Ralph Burke (2008), A History of Spain from the
Earliest Times to the Death of Ferdinand the Catholic, Lightning Source
Incorporated
W. Montgomery Watt (1990), Kejayaan Islam: Kajian kritis
dari tokoh orientalis,Yogyakartra : Tiara wacana
William Presscott. History of the Reign of Philip the Second
: King of Spain, Kessinger Publishing, 2004
Wilson, Andrew (2007): "The Metal Supply of the Roman
Empire.Supplying Rome and the Roman Empire, Journal of Roman Archaeology,
supplement 69, hlm. 109–125
[1] Ulick Ralph Burke (2008), A History of Spain from the
Earliest Times to the Death of Ferdinand the Catholic, Lightning Source
Incorporated,hlm.14
[2] Wilson, Andrew (2007): "The Metal Supply of the
Roman Empire.Supplying Rome and the Roman Empire, Journal of Roman Archaeology,
supplement 69, hlm. 109–125
[3] John Hines, Karen Høilund Nielsen, Frank Siegmund, The
pace of change: studies in early-medieval chronology, Oxbow Books, 1999, hlm.
93
[4] Thomas Hogdkins, Italy and Her Invaders, second edition
(Oxford, 1892), vol. 2 hlm. 244-249
[5] Heather and Matthews, Goths in the Fourth
Century,Liverpool : Liverpool University Press,hlm.143
[6] Merrilis,Andy (2004), Vandals,Roman & Berber, Understanding Lante antique north Africa,
ashgate,hlm.3-28
[7] Bossong, Georg. 2002. Der Name Al-Andalus: Neue
Überlegungen zu einem alten Problem. In David Restle and Dietmar Zaefferer,
eds, Sounds and systems: studies in structure and change. A festschrift for
Theo Vennemann. Berlin: Mouton de Gruyter. pp. 149–164. (In German)
[8] Michael Maas, The Cambridge Companion to the Age of
Justinian, Cambridge University Press, 2005,hlm.28
[9] S. M. Imaduddin, Muslim Spain: 711-1492 A.D,Leiden : EJ
Brill, hlm. 13
[10]Mahmudunnasir, Islam Its Concept & History, (New
Delhi: Kitab Bravan, 1981), hlm. 214
[11] A. Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa
al-Islamiyah, Maktabah
al-Mishriyah, 1979), hlm. 154
[12] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2000, Cet. 11, hlm. 88.
[13] Philip K. Hitti, History of The Arabs, PT Serambi Ilmu
Semesta Jakarta, hlm. 493-494
[14] Chejne, Anwar G, 1974, Muslim Spain: Its History and
Culture, Menneapolis, The
University of Minnesota Press.hlm.8
[15] Watt, Montgomery dan Cachia, Pierre, 1992, A History
Islamic Spain, Edinburgh
University Press,hlm.15
[16] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,
Jilid I, Jakarta: UI Press, 1985, Cet. 5, hlm. 62
[17] Hamka, Sejarah Umat Islam, (Bukittinggi : Nusantara,
t.th), cet. 3, hlm. 284
[18] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2000, Cet. 11., h. 94
[19] David Wessenstein, Politics and Society in Islami
Spain: 1002-1086, (New Jersey: Princeton University Press, 1985), hlm. 15-16
[20] Maidir Harun/Firdaus, Sejarah Peradaban Islam I,
(Padang : IAIN Press, 2001) h. 109-110)
[21] Philip K. Hitti, History of The Arabs, PT Serambi Ilmu
Semesta Jakarta, hlm. 502)
[22] Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa
al-Hadharah al-Islamiyah, jilid 4, (Kairo: Maktabah al-Mishriyah, 1979), hlm. 41-50
[23] Jurji Zaidan,
Tarikh al-Tamaddun al-Islami, juz III. (Kairo: Dara l-Hilal, tt),hlm.200
[24] Bernard F. Reilly, The Medieval Spains ,Cambridge:
Cambridge University Press, 1993), hlm.84.
[25]Hamka, Sejarah Umat Islam, (Bukittinggi : Nusantara,
t.th), cet. 3,hlm. 288
[26]Philip K. Hitti, History of The Arabs, PT Serambi Ilmu
Semesta Jakarta, hlm.506
[27] W. Montgomery Watt (1990), Kejayaan Islam: Kajian
kritis dari tokoh orientalis,Yogyakartra : Tiara wacana,hlm.217-218
[28] http://www.zum.de/whkmla/region/spain/taifas.html
[29] Maidir Harun & Firdaus, Sejarah Peradaban Islam,
(Padang: IAIN IB Press, 2001) hlm. 114
[30] Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Khilafah, Jakarta :
PT. Icktiar Baru Van Hoeve, 2002, hlm. 201
[31] Glick, Thomas F (2005). Islamic And Christian Spain in
the Early Middle Ages. Leiden : Ej Brill,hlm.37
[32] C.E. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, Bandung: Penerbit Mizan, 1993, hlm. 50
[33] Syamsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:
HAmzah, 200), hlm.268
[34] Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik
Hingga Modern .Ponorogo: STAIN Ponorogo Pres, 2009), hlm.200
[35] Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Khilafah, Jakarta :
PT. Icktiar Baru Van Hoeve, 2002. Hlm. 206
[36]C.E. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, Bandung: Penerbit Mizan, 1993. Hlm.52
[37] Philip K. Hitti, History of The Arabs, PT Serambi Ilmu
Semesta Jakarta, hlm.531-534
[38] Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Khilafah, Jakarta :
PT. Icktiar Baru Van Hoeve, 2002,hlm. 212
[39] Makki, Mahmoud (1992). "The Political History of
Al-Andalus". In Jayyusi, Salma Khadra. The Legacy of Muslim Spain.
Handbuch der Orientalistik. Part 1, Volume 12. Leiden: E.J. Brill. Hlm.77
[40] William Presscott. History of the Reign of Philip the
Second : King of Spain, Kessinger Publishing, 2004,hlm.196
[41] Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia
Intelektual Barat, Risalah Gusti hlm. 243
[42] Ali Audah, Dari Khazanah Dunia Islam, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1999,hlm.220
[43] Gill, John
(2008). Andalucia: A Cultural History. Oxford University Press. hlm. 81
[44] Lapidus, Ira M. (2002). Sejarah SOsial Uma Islam.
Cambridge University Press. p. 311.
[45] Ibid,hlm.593
[46]http://www.castelodafantasia.net/2006b/mix4.html
[47] Karya Pelukis Spanyol Francisco Pradilla y Ortiz
(http://www.invertirenarte.es/images/stories/mercadodearte/2009/abr18/francisco_pradilla_rendicion_de_granada_bonhams.jpg)
[48] Karya Dionisio Baixeras Verdaguer
(http://emuseumplus.ird.ub.es/eMuseumPlus?service=direct/1/ResultLightboxView/moduleBottomContextFunctionBar.bottomNavigator.next&sp=10&sp=Scollection&sp=SfieldValue&sp=0&sp=3&sp=3&sp=Slightbox_3x4&sp=48&sp=Sdetail&sp=0&sp=F&sp=60#)
Diposkan oleh cacing padang pasir di Wednesday, June 26,
2013
Email This
BlogThis!
Share to Twitter
Share to Facebook
Share to Pinterest
Label: Arab Pra-Islam, Arab setelah Islam (7-13 M)
Sumber : cacing padang pasir
No comments:
Post a Comment